Jumat, November 20, 2009

Peran Metabolisme Dalam Kimia Medisinal

Tulisan ini sebenarnya jatah posting Senin kemarin, tetapi karena kemarin pabrik tempatku bekerja (terpaksa) libur karena kena jatah mati lampu dari PLN dan aku kecapekan berenang dan nglencer kesana-kemari, jadinya tulisan ini nggak keposting.

Topik tulisan ini sebenarnya bukan bidang yang khusus aku geluti, tapi dari dulu aku menaruh minat pada pengetahuan ini dan perkembangannya. Ini aku share di sini siapa tau dia antara anda ada yang tertarik membaca dan mendapatkan manfaat darinya....

Yang dimaksud dengan metabolisme adalah suatu proses modifikasi suatu senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel. Metabolisme obat dengan demikian berarti proses modifikasi senyawa obat secara biokimia di dalam tubuh atau sel.
Kimia Medisinal secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perancangan senyawa obat.


Perkembangan awal dalam kimia medisinal erat hubungannya dengan beberapa prinsip praduga, isolasi, determinasi struktur dan sintesa obat-obatan yang berasal dari alam nabati. Beberapa contoh penemuan dan perkembangan pada era ini antara lain pada tahun ahun 1820-1945 terjadi isolasi, penemuan struktur kimia dan dilakukan sintesis terhadap senyawa obat quinin. Pada tahun 1805-1968 morfin berhasil diisolasi dari opium oleh F.W.A. Serturner dan diberi nama oleh Gau-Lussac. Selain itu kodein yang dibuat dari bahan dasar morfin berhasil diisolasi oleh Robinquet. Pada tahun 1867-1926 ditemukan Asetilkholin, dilakukan sintesisnya dan diketahui kerjanya sebagai vasodepresor dan sebagai neurotransmiter.

Perkembangan selanjutnya dari kimia medisinal adalah era sintesis senyawa yang sederhana dari suatu senyawa obat yang bermolekul tinggi maupun kompleks. Dalam fase ini perkembangan kimis medisinal sukar dibedakan dengan kimia organik. Zaman keemasan (1940-1960) dalam penemuan beberapa senyawa obat dengan berbagai strategi percobaan berakhir karena tragedi Talidomid (yang belakangan diketahui bersifat teratogen, ibu hamil yang mengkonsumsi Talidomid melahirkan bayi dengan cacat lahir tanpa kedua tangan atau kaki)..

Setelah tragedi Talidomid muncul era yang ditandai dengan rasa pesimis dalam sintesa senyawa obat, baik dalam industri maupun dalam dunia penelitian. Hal ini disebabkan karena selain memberi efek farmakologi (efek sebagai ’obat’), struktur senyawa obat yang baru disintesis atau ditemukan seringkali memberikan efek toksis (racun), karsinogen (pemicu kanker) dan teratogen (potensial memberikan kecacatan pada bayi dalam kandungan). Dan hal ini juga memperlemah kemauan untuk melakukan sintesa secara acak. Di masa itu perkembangan obat baru tersendat-sendat.

Pada masa itu para ahli berpaling untuk lebih mempelajari metabolisme obat dalam tubuh. Mempelajari metabolisme obat dalam tubuh berarti mempelajari struktur obat dalam keadaan aktif, keadaan obat dalam keadaan tidak aktif, metabolit hasil metabolisme obat, mekanisme kerja obat, pengetahuan tentang enzim, struktur obat dengan reseptor dan lain-lain. Mempelajari metabolisme obat dengan lebih intensif ini ternyata memacu perkembangan kimia medisinal dengan lebih cepat. Tentu saja hal ini juga karena didukung oleh kemajuan di bidang kimia fisika dan kimia organik, pemakaian komputer yang banyak memberi kemudahan serta kemajuan dalam metoda analisis seperti kromatografi, radioimunoassay, spektroskopi massa, kristalografi dengan sinar x dan resonansi magnetik inti.

Beberapa contoh perkembangan itu antara lain:
a. Dengan mengetahui kombinasi kekuatan sifat fisika, kimia fisika organik, kimia bioorganik, dan teori reseptor (semua ini terkait dalam mempelajari metabolisme obat) serta teknik perancangan obat secara kuantitatif memberi hasil dengan ditemukannya ‘histamine H2¬ blocker’ yaitu suatu senyawa yang memblok secara kompetitif reseptor H2 histamin, bekerja dengan menghambat sekresi asam basal dan sekresi asam yang distimulasi oleh histamin (golongan obat ini adalah simetidin, famotidin, ranitidin ). Hal ini mengatasi masalah yang dialami oleh banyak pasien mag.
b. Diketahuinya teori enzim-inhibitor yang memacu perkembangan penemuan obat enzim inhibitor tersebut, misalnya asam klavulanat atau tazobactam yang merupakan inhibitor dari enzim beta-laktamase.
c. Diketahui khasiat dan struktur hormon-hormon yang dapat dikembangkan lagi dengan sintesisnya yang memacu munculnya beberapa macam obat kontrasepsi.
d. Diketahui senyawa-senyawa imunostimulator dan imunosupresiv secara drastis telah menghilangkan kehampaan harapan kita dalam menghadapi penyakit yang ditimbulkan oleh virus dan kelainan sistem imum dalam tubuh kita.

Jadi dapat disimpulkan pengetahuan dan pemahaman tentang proses metabolisme ternyata memacu perkembangan kimia medisinal dengan lebih cepat. Dengan mempelajari segala sesuatu tentang metabolisme para ahli kimia medisinal mendapatkan banyak sumber ide untuk rancangan penemuan obat-obat yang baru yang didasarkan dari pengetahuan tentang struktur obat yang aktif maupun tidak aktif, mekanisme kerja obat dan interaksinya dalam tubuh, teori tentang reseptor dan lain-lain...........

Tiap Orang Memikul Dosanya Sendiri

QS Al-Israa’ (17) : 13-15

13. Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.

14. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”.

15. Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah) maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul……

Kamis, November 19, 2009

Wawancara Kerjo Ndhik Suroboyo....

Ini hari Kamis, saatnya aku menulis yang agak berbau literary, art atau film. Tulisan yang aku posting hari ini dapat aku golongkan dalam ‘yang berbau art’. Maksud detailnya adalah ini seninya cekékékan atau dagelan kalau diungkapkan dalam ‘boso Jowo’. Kadang ungkapan atau percakapan yang dalam ‘boso Jowo’ membuat kita (mestinya kita yang bisa memahami ‘boso Jowo’) terpingkal-pingkal, kalau diterjemahkan dalam bahasa lain misalnya bahasa Indonesia, kadar kelucuan dan kemampuan membuat kita terpingkal-pingkal menjadi berkurang.

Wawancara Kerjo Ndhik Suroboyo ini aku peroleh di milis Kasmaji 83 (Bekas SMA Siji Solo, lulus tahun 83)..... Ini merupakan percakapan antara bagian HRD (G) dengan calon karyawan (a,b,c,d,e,f,h,k,m,n,o...)


G : Kowe nduwe omah opo ora.....?
A : dereng....
G : Wah kowe ora iso ketompo nang kene
a : Lho kok ngaten...... ..?
G : Mengko kowe mesthi ngajukne utang nang perusahaan.
a : Ah.. mboten kok, sak janipun tiyang sepuh kulo niku sampun sugih.
G : Yo malah ora ketompo
a : Lho kok ngaten.....?
G : Mengko kowe kerjo mung nggo hiburan, nongkrang nongkrong ae.

G : Kowe nduwe motor opo ora....?
b : Mboten.
G : Ora ketompo
b : Lho kok mboten ketompo ?
G : Mengko kowe mesthi njaluk bantuan kredit.
b : Sak janipun gadhah, ning tasih ten kampung, gampil mangke kulo beto
ngriki.
G : Wah malah ra ketompo....
b : lho kok ngoten
G : Tempat parkire wis ra cukup.

G : Kowé wis lulus sarjana tenan.....?
c : Sampun pak....
G : Ora ketompo, kéné iki golék sing SMA aé, luwih manutan lan bén mbayaré
murah
c : Sak janipun kulo tasih badhe skripsi
G : Malah ora ketompo.....
c : Lho kados pundi to....?
G : Mengko kowé kerjo mung ngetik skripsi, lék wis lulus mesti golék kerjo
neng perusahaan liyo.

G : Kowé seneng guyon opo ora ?
d : Mboten pak, kulo serius nék nyambut damel.
G: Ra' ketompo.....
d : Waa......kok ngoten?
G : Mengko konco koncomu lan anak buahmu podho stress.
d : Sak jané nggih sekedhik-sekedhik seneng guyon.
G: Malah ora ketompo.
d : Lho kok......
G: Engko kowé mung email-emailan sing lucu.......

G : Kowé mau mréné numpak opo ?
e : Nitih mobil
G : Kowé ora ketompo
e : Sebabipun ?
G : Saiki BBM mundhak terus, mengko kowé njaluk mundhak bayar terus
e : Wo, kulo wau namung mboncèng, kok
G : Tambah ora ketompo
e : Lho, lha kok ... ?
G : Mengko mung gawéné mboncéng mobil kantor. Ngrusuhi !

G : Anakmu akèh opo sithik ?
f : Kathah pak
G : Kowé ora ketompo
f : Sebabipun ?
G : Nyambut gawemu ora jenjem, mung mikir gawe uanaaaaaak terus
f : Lha wong namung anak adopsi, kok.
G : Tambah ora ketompo
f : Lho, lha kok ... ?
G : Gawé anak baé aras2en, opo manèh nyambut gawé

G : Kowé wis ngerti gawéyanmu durung ?
h : Dèrèng
G : Kowé ora ketompo
h : Sebabipun ?
G : Arep nyambut gawé kok ora ngerti gaweyané ?
h : Oo, nèk damelan niku mpun ngertos kok
G : Tambah ora ketompo
h : Lho, lha kok ... ?
G : Kowé rak mung arep keminter, to ?

G : Kowe ngerti kahanan kantor kéné durung
k : Dèrèng
G : Kowé ora ketompo
k : Sebabipun ?
G : Arep nyambut gawé kok ora ngerti kantoré ?
k : Wo, sekedhik2 mpun ngertos kok
G : Tambah ora ketompo
k : Lho, lha kok ... ?
G : Kowé senengané ngudhal-udhal wewadi kantor, to ?

G : Kowé kerep lara ?
m : Mboten
G : Kowé ora ketompo
m : Sebabipun ?
G : Mesthi kerep mbolos, wong arang2 gering
m : Wah, sakjanipun nggih asring
G : Tambah ora ketompo
m : Lho, lha kok ... ?
G : Kantor iki ora nompo karyawan pileren.

G : Kowé biso main Internét ?
n : mBoten
G : Kowé ora ketompo
n : Sebabipun ?
G : Perusahaan ora nompo BI (Buta Internet)
n : Wah, sakjanipun nggih saged
G : Tambah ora ketompo
n : Lho, lha kok ... ?
G : Mesthi ora bakal nyambut gawé, kakèhan dolanan Internet, to?
Ngenték-entekké pulsa !

G : Kowe waras opo ora?
o : Lha, kulo nggih waras to Pak.
G : Ra ketompo..... ..
o : Kenging nopo .....?
G : Mengko kowe mesthi ora krasan neng kene.
o : Niku rumiyin Pak, sakmeniko sampun rodo edan.
G : Malah ra ketompo..... .
o : Pripun to niki....?
G : Mengko aku duwe saingan..... .....

Rabu, November 18, 2009

Orang yang Menghancurkan Kita

Si Penulis Buku best seller, The Monk Who Sold His Ferari, si botak keren Robin Sharma menulis di bukunya yang lain, The Greatness Guide,

Orang atau lingkungan yang menghancurkan kekuatan anda memiliki nilai yang luar biasa. Mereka menyibak keyakinan anda yang terbatas, ketakutan-ketakutan anda, asumsi-asumsi anda yang salah. Berterima kasihlah pada orang yang menghancurkan anda atas hadiah yang mereka berikan.....
..............
Apresiasi setelah membaca pernyataan itu:
Hari pertama : What? No way lah yauw....
Hari Kedelapan : Not so wrong, I find the stronger ‘new me’ now….
Hari Ke sekian : Well, thanks anyway. Life is so precious, it should not be filled with despair, it should be filled with best, useful, inspiring steps and activities……

Selasa, November 17, 2009

Betapa Cepat Waktu Berlalu…..(1)

Beberapa hari yang lalu aku tidur lebih awal karena merasa tidak enak badan. Dan terbangun sedikit lewat tengah malam. Suasana rumah begitu sepi. Aku keluar kamar, di ruang tengah aku mendengar bunyi napas teratur, anak sulungku, Lia, tertidur di sofa di dekat komputer dengan buku-buku kuliah yang barusan digunakan untuk mengerjakan tugas kuliahnya berserakan di lantai. Beberapa ekor nyamuk gendut menclok di pahanya yang terbuka. Kupandangi dia. Gen bapaknya mengalir dominan sekali pada dirinya. Kemiripan wajah membuat semua orang tidak heran kalau dia anak Herlan. Kebiasan-kebiasaannya juga banyak miripnya, seperti kebiasaan tidur di sembarang tempat di rumah, di sofa, di kamar adeknya atau bahkan di sajadah tempat dia shalat. Anak perempuanku satu-satunya. Tinggi dan besar badannya sudah melebihi aku. Ukuran baju dan celananya pun sudah lebih besar dariku. Fisiknya juga menurun dari gen bapaknya.....

Kuambil selimut di kamar Salman dan kuselimuti dia. Dalam hati aku mengucap ’alhamdulillah’ berulang-ulang. Allah telah mengamanahkan dia padaku. Betapa cepat waktu berlalu....Masa kecilnya terasa begitu singkat. Dia cerdas, itu sudah kelihatan dari kecil. Ingatannya kuat, dia bisa menghapal banyak lagu anak-anak, umur 3 tahun, di Bandung, sudah mau ikut belajar di Taman Pendidikan Al Qur’an. Kupikir dia akan mudah bosan, ternyata di luar dugaanku, dia mulai bisa menghapal surat-surat pendek. Umur 4 tahun dia mulai bisa membaca. Aku mulai mengajarkan huruf kapital kepadanya, dalam waktu singkat dia bisa membaca bahkan huruf kecil juga. Semua buku dibacanya, bahkan buku-buku pelatihan di Telkom milik bapaknya...(di situ aku baru menyadari anakku yang baru 4 tahun sudah bisa membaca kata restrukturisasi dengan benar...). Kesukaannya membaca ini pernah membuat malam-malamku dengan Herlan menjadi nightmare, karena tiap malam kami berdua dipaksanya mendengarkan apa yang dibacanya sampai dia tertidur karena kecapaian.

Kelas 6 SD di Surabaya, di luar dugaanku dia lolos beberapa kali seleksi dan menjadi pelajar teladan ke dua tingkat Kodya Surabaya. Mendaftar SMP Negeri 5 Bandung dan diterima, malah lolos seleksi program akselerasi, hingga lulus SMP selama 2 tahun saja. Iseng-iseng mendaftar beasiswa SMA di Singapura, dipanggil tes seleksi di Hotel JW Marriot dan Le Meridien Jakarta, dan akhirnya dinyatakan lolos seleksi (18 orang diterima dari 1000 an orang yang ikut seleksi awal) tinggal tes kesehatan dan berangkat, tapi akhirnya dia ogah berangkat (dan ini sempat membuat bapaknya sangat kecewa...), dengan alasan belum siap jauh dari rumah dan ibu.... Di SMA maunya main dulu, nggak mau serius-serius belajar. Akibatnya di SMA ini begitu banyak konconya. Hingga saat akhir SMA masih bingung mau milih jurusan apa saat kuliah nantinya. Ikut USM I ITB dan ternyata nyangkut di STEI ITB. Dan ujung-ujungnya memilih jurusan telekomunikasi kayak bapaknya....

Lia menggaruk-garuk pahanya yang digigit nyamuk. Aku menghela napas menyadari alangkah cepat waktu berlalu... Rasanya baru kemarin aku menggendong bayinya di Palembang, mengajaknya mengunjungi bapaknya di Munchen dan mengajaknya berlari-lari di taman di Goethe Platz, menyanyi lagu ’Siluman Ular Putih’ bersamanya, memenuhi panggilan guru TK nya ke sekolah karena dia mengamuk karena digangguin temannya, menjahit sendiri baju-bajunya karena baju ukuran anak di Matahari Dept Store pun tak ada yang muat bagi badan bongsornya.... Sekarang dia sudah dewasa, sudah mahasiswa, sudah kuberi kewenangan untuk mengatur kebutuhan dan keuangannya sendiri, sudah sering pulang malam karena mengikuti kegiatan di kampusnya...

Aku mengucap ’alhamdulillah’ lagi dan lagi. Anak ini bukan anak yang sulit dan merepotkan, dari kecil dia menyenangkan dan tidak nakal, sekarangpun dia bisa membantuku ’mengurus’ dua adik laki-lakinya. Bakat bermain musiknya telah begitu sering menghiburku, suara piano atau gitar yang dimainkannya sering membuat hatiku gembira dan perasaanku terasa ’hidup’. Kesadaran untuk menjalankan perintah agamanya sedikit banyak mengurangi kekhawatiranku dengan pergaulan yang tidak betul di luar sana...

Dia diambang kedewasaan. Aku sudah lama tidak memeluknya, tapi aku yakin kami dekat hati. Kami alhamdulillah masih tetap bicara dari hati ke hati. Ketika aku pernah merasa sangat down, dengan sikapnya yang sedikit kaku (tidak selembut adiknya), dia mengatakan padaku,’bu, jangan menyerah dan putus asa...’. Begitu banyak nasihat yang kuberikan padanya, ...jangan mengganggu pria yang sudah berpasangan, baik yang baru pacaran apalagi sudah beristri, karena ibu tidak akan meridloi tindakanmu.... Dia berjanji, aku akan mengingat nasihat ibu. Dia sekarang sering pulang malam, dan sering ku sms dia, ’Lia, kamu sering pulang malam sekarang, tolong jaga keselamatanmu, jaga kehormatanmu....’ Dia mengatakan, insya Allah,.... Secara tidak langsung dia sering menasihatiku juga. Kadang dia memberiku masukan kalau adiknya sudah susah diatur, tulisan-tulisannya sering memberiku kesadaran yang lebih baik mengenai sesuatu. Aku pernah menemukan tulisannya yang nggak selesai....... Memaknai hidup. Oke. Sebenarnya apa definisi dari memaknai hidup? Memaknai hidup, bagi saya berarti mengetahui makna dan tujuan kehidupan. Dengan definisi seperti itu, menurut saya memaknai hidup itu perlu. Mengapa? Karena jika kita tidak tahu apa sebenarnya hidup itu, untuk apa kita hidup, apa yang dicari dalam hidup, maka selama kita hidup, kita hanya akan ‘nyampah’ mengalokasikan waktu di kehidupan kita yang singkat ini untuk hal-hal yang tidak berguna........ Aku mengakui kebenaran tulisannya itu.
Belum berapa lama ini dia menulis di Fbnya....orang bodoh enggan memaafkan maupun melupakan kesalahan, orang naif selalu siap memaafkan dan melupakan kesalahan, orang bijak mau memaafkan tapi tidak melupakan kesalahan......Entah kulakan dari mana kata-kata itu, tapi sekali lagi aku mengakui kebenarannya, dan itu mendorongku untuk memaafkan meskipun tidak pernah melupakan kesalahan....

Dia amanah Allah buatku. Aku ingin mengantarnya sampai gerbang kedewasaan, sampai dia mengambil keputusan untuk mengembangkan kehidupan dan keluarganya sendiri. Selama Allah memberiku umur dan kesehatan yang baik, aku ingin mendampinginya atau melihat keluarganya bertumbuh, akupun ingin jadi ibu yang membuatnya bangga, ibu yang akan selalu dikenangnya dan dapat terus dapat menghibur dan membesarkan hatinya di kala senang dan sedih...... Semoga Allah SWT memberiku kesempatan untuk itu.....

Jumat, November 13, 2009

Al Mumtahanah QS 60 : 8-9

In the name of Allah the Compassionate, the Merciful.

God has not forbidden you to be charitable and just to those
who have not fought you over religion or driven you from your homes, for God
loves the just.

God only forbids you to befriend those who fight you over
religion and drive you from your homes, and back your expulsion; and any who
befriend them are themselves wrongdoers. [60: 8,9]

Kamis, November 12, 2009

Remind it……

This posting was taken from The Book of
Assistance, which is written by Imam ‘Abdallah ibn ‘Alawi Al Haddad, as resumed by Mrs. Iffath Hasan….

Whenever you notice in your soul any laziness in His worship
or inclination to disobedience, remind it that God hears and sees you, and knows your secrets and secret conversation.

If this reminding does not benefit it because of inadequacy of its knowledge of the Majesty of God, remind it of the two noble angels who record good and evil deeds.

If this reminding does not influence it, remind it of the proximity of death, that it is the nearest of all hidden and awaited things; frighten it of its sudden pouncing, whereby if it does come when it is in an unsatisfactory state it will end up in endless perdition.

If this threat is of no use, remind it of the immense reward
which God has promised those who obey Him, and the painful torment with which He has threatened those who disobey Him. Say to it: 'O soul! After death there will be no opportunity to repent, and there will be, after this life, only the Garden or the Fire. Choose, if you will, obedience, the consequence of which is triumph, contentment, immortality in vast gardens, and looking at the Face of God, the Generous, the Beneficent; or else disobedience, the consequence of which is degradation, humiliation, mockery, deprivation, and imprisonment between layers of fire.' Endeavor to cure your soul through such reminders when it neglects obedience and inclines to rebellion, for they are useful medicines for the heart's diseases……

Rabu, November 11, 2009

The Cause of Chandra-Bibit Case

Most of us are now focusing on the case of Chandra-Bibit. I think everybody has his own opinion about the case. I do. I know nothing about politics, conspiracy theory, etc, which may become the background of the case. I am just so sure that the cause is about the heart of the people involved.The Messenger of God, may blessings and peace be upon him, has said: 'In the body there lies a small piece of flesh; when it is good the rest of the body is good also, and when it is corrupt the rest of the body becomes corrupt also: it is the heart.' So, it was begun by the heart that corrupt, and was followed by many activities with politics/conspiracy or another else wrapping.

O, my pity nation, you have so many people, but maybe most of them have the corrupt heart inside them. They corrupt your wealth day by day…….

What must we do? Wise man in The Book of
Assistance said, my brother and sister,you must, improve your inward aspect until it becomes better than your virtuous outer appearance, for the former is the where the gaze of the Real obtains, while the latter is where the envious gaze of creation is to be found. God never mentioned the inward and the outward in His Book without beginning with the inward. And the Prophet used to pray, may blessings and peace be upon him: 'O God! Make my inward better than my outward, and make my outward virtuous.'

When the inward is good the outward is also inevitably so, for
the outward always follows the inward, whether for good or evil…..

Selasa, November 10, 2009

Give thanks for another day of living…..

I post this writing as a note in my FB and tagged this posting to the light of my eyes, Lia, Akbar and Salman,

….no matter how big or soft or warm your bed is, you still have
to get out of it. Do not shorten the morning by getting up late; look upon
it as the quintessence of life, and to a certain extent sacred. If God
added another day to our life, let us receive it gladly. Wake at dawn with
a winged heart and give thanks for another day of living…..

Selasa, November 03, 2009

Perempuan dalam Serat Centhini….

Anda sekalian pernah dengar mengenai Serat Centhini? Serat Centhini ini adalah suatu karya sastra yang digubah sekitar tahun 1815 oleh tiga orang pujangga Kraton Surakarta yaitu Yasadipura 11, Ranggasutrasna, dan
R. Ng. Sastradipura (Haji Ahmad Ilhar) atas perintah K.G.P.A.A.
Amengkunegara II atau Sinuhun Paku Buwana V.
Postingku kali ini tidak akan mengupas tuntas Serat Centhini yang terdiri dari jilid I hingga XXII dan terdiri dari 722 tembang. Aku hanya ingin mengomentari tentang perempuan yang ditulis dalam serat itu.
Serat Centhini menggambarkan sosok perempuan (istri) ideal ibarat lima jari tangan. Ibarat jempol, istri harus pol mengabdi kepada suami. Ibarat telunjuk, istri harus menuruti segala perintah suami. Ibarat panunggul (jari tengah), istri harus mengunggulkan suami bagaimanapun keadaannya. Ibarat jari manis, istri harus selalu bersikap manis. Ibarat jejenthik, istri harus selalu hati-hati, teliti, rajin, dan terampil melayani suami. Mengingat tahun digubahnya Serat itu, gambaran sosok perempuan itu memang cocok untuk peran perempuan Jawa pada masa lalu, yang konon diyakini hanya sebatas lingkup dapur (memasak), sumur (mencuci), dan kasur (melayani suami). Ekstremnya, seperti adagium: yen awan dadi theklek, yen bengi dadi lemek (kalau siang jadi sandal, kalau malam jadi selimut), jika siang hari berperan sebagai pembantu, sedangkan pada malam hari sebagai “penghangat” tubuh suami. Jadi, peran kaum perempuan Jawa tak lebih sekadar kanca wingking yang harus manut, taat, sendika dhawuh, dan rela diperlakukan sesuai kehendak suami; tanpa argumentasi.
Peradaban telah jauh berkembang baik di tanah Jawa maupun dunia. Suatu falsafah kalau diyakini suatu hal yang benar dan adil pada semua pihak, pasti tidak akan berkurang penganutnya. Gambaran Serat Centhini terhadap perempuan ideal yang menjadikan perempuan selalu dalam posisi subordinasi suami telah banyak kehilangan penganut. Mengapa? Ya karena falsafah itu tidak adil pada kaum perempuan. Disamping itu sepertinya falsafah itu menjadikan perempuan pasif dan cenderung bodoh, dan hal ini ternyata tidak mendukung kemajuan kaum lelaki juga.
Lihatlah kebanyakan perempuan Jawa sekarang, peran mereka (aku yakin) sudah jauh mengalami pergeseran dari yang disebut ideal dalam Serat Centhini itu. Nggak jamannya lagi deh seorang istri hanya hanya menunggu kepulangan sang suami sekadar ingin mencopot sepatu yang diyakini sebagai simbol kesetiaan. Kesempatan memperoleh pendidikan dan pemahaman tentang ajaran agama (Islam) telah banyak mengubah peran itu.
Aku sendiri wanita Jawa dan dalam batas tertentu aku masih mengadopsi nilai-nilai positif dari falsafah Jawa mengenai bagaimana seharusnya etika, kesetiaan, kelembutan wanita. Akan tetapi aku juga sangat ingin menghapus mitos kanca wingking itu. Untuk itu aku berusaha untuk mandiri, memiliki inisiatif, mau belajar untuk menggapai ilmu, kreatif dan berusaha profesional bila berkiprah di sektor publik tanpa harus kehilangan rasa dan naluri sebagai seorang ibu yang perhatian bagi anak-anak dan suami, tetap memiliki kesetiaan, rasa hormat, etika, kelembutan, harga diri dan martabat yang tinggi.
Jadi kelihatan kan bedanya dengan sosok perempuan dalam Serat Centhini yang totally surrender to their husband. I won’t. We’ll face the future together, hand in hand with trust and allegiance, or you can also apart, break the rule and I won’t wait for you, I will be standing here, blessing my life with dignity…..

Selasa, Oktober 27, 2009

Ten Words

Ten Words ini dikirimkan padaku oleh Puan Aini Juhaida Abu Samah, lecturer di HELP International College of Technology, Klang, Selangor, Malaysia, beberapa waktu yang lalu. (Puan Aini, thanks a lot for the precious ten words you’d informed me, keep in touch…..)

The most selfish one-word……
“I”….
Avoid it.
The most satisfying two-word……
“We”….
Use it.
The most poisonous three-word……
“Ego”…..
Kill it.
The most used four-word……
“Love”…
Value it.
The most pleasing five-word……
“Smile”….
Keep it.
The most fastest spreading six-word……
“Rumour”….
Ignore it.
The most hard working seven-word……
“Success”…
Achieve it.
The most enviable eight-word……
“Jealousy”…
Distance it.
The most powerful nine-word……
“Knowledge”…
Acquire it.
The most divine ten-word……
“Friendship”…..
Maintain it.
...................

Senin, Oktober 26, 2009

Pendekatan Untuk Merancang Bentuk Sediaan Mengapung

Minggu lalu anda membaca postinganku mengenai tentang GRDDS (Gastro Retentive Drug Delivery System). GRDDS dapat dirancang dengan dua cara. Yang pertama adalah dengan membuat sediaan mengapung di dalam lambung (yang pendekatan ringkasnya dapat anda baca di postingku hari ini). Yang kedua adalah dengan memformulasikan sediaan bioadhesi (insya Allah mudah-mudahan anda dapat membaca sedikit ulasannya di blog ini lain waktu).

Untuk merancang sediaan mengapung ada dua pendekatan yang dapat digunakan. Yang pertama adalah pendekatan sistem bentuk sediaan tunggal (seperti tablet atau kapsul), sedangkan yang kedua adalah pendekatan sistem bentuk sediaan jamak (seperti granul atau mikorosfer).

Bentuk Sediaan Tunggal
Sistem yang seimbang secara hidrodinamis (Hidrodynamically Balance Systems=HBS) yang dapat berupa tablet atau kapsul, dirancang untuk memperpanjang waktu tinggal sediaan di dalam saluran cerna (dalam hal ini di lambung) dan meningkatkan absorpsi. Sistem dibuat dengan menambahkan 20-75% b/b hidrokoloid tunggal atau campuran ke dalam formula tablet atau kapsul.
Sistem ini dapat anda bayangkan sebagai berikut: anda mencampurkan bahan aktif obat, hidrokoloid (20-75% dari bobot tablet) dan bahan bahan pembantu lain yang diperlukan (pada umumnya proses pencampuran ini diikuti dengan proses granulasi), selanjutnya granul dicetak menjadi tablet atau diisikan ke dalam kapsul. Setelah dikonsumsi, di dalam lambung, hidrokoloid dalam tablet atau kapsul berkontak dengan cairan lambung dan menjadi mengembang. Karena jumlahnya hidrokoloidnya banyak (sampai 75%) dan mengembang maka berat jenisnya akan lebih kecil dari berat jenis cairan lambung. Akibatnya sistem tersebut menjadi mengapung di dalam lambung. Karena mengapung sistem tersebut akan bertahan di dalam lambung, tidak mudah masuk ke dalam pylorus dan terus ke usus. Hidrokoloid yang mengembang akan menjadi gel penghalang yang akan membatasi masuknya cairan lambung ke dalam sistem dan berkontak dengan bahan aktif obat, sekaligus akan mengatur pelepasan bahan aktif obat dari sistem terapung itu ke dalam cairan lambung.

Sistem HBS paling baik diterapkan pada obat yang memiliki kelarutan yang lebih baik dalam lingkungan asam dan obat yang memiliki tempat absorpsi khusus di daerah usus bagian atas. Untuk dapat bertahan dalam lambung untuk waktu yang lebih lama maka bentuk sediaan harus memiliki bobot jenis kurang dari satu. Sediaan tersebut harus bertahan dalam lambung, integritas strukturnya terjaga dan melepaskan obat secara konstan dari bentuk sediaan. Sistem HBS ini telah berhasil dikembangkan pada klordiazepoksid hidroklorida. Obat ini merupakan contoh klasik obat yang memiliki masalah kelarutan. Pada pH 3 kelarutannya 4000 kali lebih besar dibandingkan pada pH 6. Kapsul klordiazepoksid hidroklorida yang dibuat dengan sistem HBS memiliki kadar dalam darah yang setara dengan kadar dalam darah dari 3x10 mg kapsul klordiazepoksid hidroklorida komersial biasa.

Beberapa polimer dan kombinasi polimer dengan teknik pembuatan granulasi basah telah digunakan untuk menghasilkan tablet yang dapat mengapung. Pada HBS dapat ditambahkan komponen pembentuk gas, seperti golongan garam karbonat. Garam karbonat bila berkontak dengan cairan lambung yang asam akan melepaskan gas karbondioksida yang akan terperangkap dalam hidrokoloid yang mengembang. Hal ini akan mempercepat waktu mulai mengapung. Pada HBS yang ditambahkan komponen pembentuk gas maka komposisi hidrokoloidnya dapat dikurangi hingga tinggal 10-20%.

Sistem HBS ini dapat dikembangkan dalam bentuk tablet lapis tunggal , tablet lapis dua atau tiga. Yang et. al., telah mengembangkan tablet tiga lapis tidak simetris yang memiliki kemampuan mengapung untuk memperpanjang waktu tinggal di dalam lambung dari tiga jenis obat yaitu tetrasiklin, metronidazol dan garam bismut untuk menangani tukak lambung yang disebabkan oleh Helicobacter pylori. Sebagai polimer yang mengatur kecepatan pelepasan obat digunakan HPMC dan polietilenoksid.

Rancangan sistem pelepasannya berdasarkan kemampuan mengembang dari tablet tiga lapis itu. Sistem ini dapat anda bayangkan sebagai berikut. Tablet dibuat menjadi 3 lapis (seperti tablet Decolgen yang ada di pasaran). Lapis pertama berisi garam bismut yang diformulasikan untuk pelepasan segera. Tetrasiklin dan metronidazol berada di lapis kedua, dimasukkan sebagai komponen tablet inti yang pelepasannya dikendalikan oleh matriks. Lapis ketiga berisi komponen pembentuk gas. Efek mengapung disebabkan oleh lapisan pembentuk gas yang terdiri dari natrium bikarbonat : kalsium karbonat (1:2). Saat berkontak dengan cairan lambung, karbonat pada komponen pembentuk gas bereaksi dengan asam lambung membentuk karbondioksida. Karena diformulasikan untuk pelepasan segera, lapis pertama akan segera terdiintegrasi dan garam bismut akan segera terlepas dari sediaan tablet itu. Sedangkan lapis kedua, hidrokoloidnya akan mengembang. Adanya karbondioksida yang terperangkap dalam hidrokoloid yang mengembang menyebabkan sistem menjadi mengapung. Dan hidrokoloid yang mengembang itu akan menjadi gel penghalang pelepasan tetrasiklin dan metronidazol ke dalam cairan lambung, sehingga pelepasannya dikatakan diperlambat.
Hasil pengujian in vitro menunjukkan pelepasan diperlambat dari tetrasiklin dan metronidazol dapat dicapai dalam 6-8 jam dan selama itu tablet tetap berada dalam keadaan terapung. Kemampuan memperpanjang waktu tinggal di dalam lambung ini meningkatkan efektivitas tetrasiklin dan metronidazol .

Bentuk Sediaan Jamak
Sediaan jamak ini dapat berupa granul atau mikrosfer yang mengandung komponen polimer yang dapat mengembang saat berkontak dengan cairan lambung sehingga membentuk koloid penghalang yang mengendalikan kecepatan penetrasi cairan ke dalam sistem dan kecepatan pelepasan obat dari sistem sediaan. Adanya udara yang terperangkap dalam polimer yang mengembang akan menurunkan bobot jenis sehingga mikrosfer dapat mengapung. Bentuk sediaan jamak ang sudah dikembangkan saat ini adalah mikrosfer yang menggunakan resin akrilat, Eudragit, polietilenoksid, dan selulosa asetat. Selain itu juga sudah dikembangkan cangkang polistiren, balon polikarbonat dan granul menggunakan Gelucire.

Sistem ini prospektif diterapkan, tapi rasanya belum ada ya industri yang membuatnya (bahkan di luar negeri). Mengapa? Salah satu kemungkinan yang besar adalah karena penelitian ini pada umumnya dipatenkan. Dan masa paten itu umumnya 15-20 tahun. Jadi sebelum masa paten itu kadaluarsa, sistem yang dipatentan itu tidak boleh ditiru........

Untuk posting ini aku ngintip artikelnya Arora et al., 2005, Floating Drug Delivery System: A Review, AAPS PharmSciTech, 06(03), E372-E390 dan bukunya Chien, 1992, Novel Drug Delivery System, Drug and The Pharmaceutical Sciences Volume 50, Marcel Dekker Inc., New York, 139 – 196

Sabtu, Oktober 24, 2009

Nasihat Daud

Nabi Daud a.s. pernah memberi nasihat kepada Sulaiman, putranya, tentang kiat-kiat untuk meraih kemuliaan hidup, sebagai berikut:
1. Bertakwalah kepada Allah SWT secara baik, dalam mencapai sesuatu yang belum tercapai
2. Jangan mengingat atau abaikan segala sesuatu yang telah terjadi di masa lalu (amal yang sudah dilakukan)
3. Sabar dengan lepasnya segala sesuatu yang telah engkau raih dengan tanganmu

Ihsan

If you find emerging in your heart, when you call to mind the
fact that God observes you, a shyness that prevents you from disobeying Him and
drives you to exert yourself in obeying Him, you are in possession of something
of the realities of vigilance (muraqaba). Know that vigilance is
one of the most noble stations, high positions, and lofty degrees. It is
the station of excellence (ihsan).
……………………………..

This writing should be written yesterday (religion day)……

Rabu, Oktober 21, 2009

Tiga Hal yang Telah Hilang

Al-Harits al-Muhasibi - rahimahullah - berkata, “Tiga hal, jika didapatkan maka akan terasa nikmat, tapi kita telah kehilangan tiga hal tersebut:
(1) Bertutur kata yang baik disertai dengan kokoh beragama;
(2) Paras muka yang cantik (tampan) dengan selalu melindungi diri;
(3) Berteman dengan baik disertai kesetiaan dan tepat janji.”

Mari kita introspeksi, berapa dari tiga hal tersebut yang masih kita miliki……

Selasa, Oktober 20, 2009

Hari Terakhir dalam Hidup

Tulisan ini kujadikan Notes di FB ku hari ini dan ku tags-kan pada ketiga anakku Lia, Akbar dan Salman.

Bangun pagi-pagi setiap hari dan bertanya pada diri sendiri, ”Apa yang akan saya lakukan jika hari ini adalah hari terakhir dalam hidup saya?” bukanlah latihan motivasi yang kurang baik. Ini menjadi cara yang berguna agar hari-hari anda diisi dengan komitmen dan hal-hal penting (Robin Sharma).

Senin, Oktober 19, 2009

Mengapa Lebih Baik GRDDS? CRDF Saja Tidak Cukupkah?

Segmen usus halus merupakan tempat terjadinya proses absorpsi pada sebagian besar obat. Pada umumnya waktu tinggal berbagai macam obat di dalam usus halus tidak berbeda secara nyata, tidak bergantung pada ukuran partikel dan ada tidaknya makanan. Sediaan dalam bentuk larutan, suspensi, emulsi, mikrokapsul dan sejenisnya melewati usus halus dalam waktu yang kurang lebih sama yaitu sekitar 3-5 jam. Absorpsi obat dari usus halus akan terbatas bila bahan aktif obat memiliki kecepatan melarut yang rendah dalam usus dan hanya diabsorpsi dari segmen tertentu usus halus. Terbatasnya absorpsi ini menyebabkan diperlukan dosis berulang agar kadar obat di dalam darah mencukupi untuk menimbulkan efek terapi. Pemberian dosis berulang sering menimbulkan masalah kepatuhan pasien.

Bentuk sediaan dengan pelepasan terkendali atau diperlambat (dikenal sebagai Controlled Released Dosage Form = CRDF) dapat mengurangi frekuensi pemberian obat. Tapi tidak semua bahan aktif obat dapat dirancang dalam bentuk CRDF. Mengapa? Setidaknya ada 2 penyebab dari hal ini. Yang pertama adalah seperti yang sudah disebut di atas, waktu tinggal berbagai macam obat di dalam usus halus tidak berbeda secara nyata, tidak bergantung pada ukuran partikel dan ada tidaknya makanan, kurang lebih sekitar 3-5 jam. Kalau dalam batas waktu tersebut bahan aktif obat belum diabsorpsi semua, maka obat tidak akan efektif lagi, kecuali untuk obat yang memberi efek lokal pada usus besar (pada umumnya di usus besar tidak terjadi proses absorpsi lagi). Penyebab kedua adalah absorpsi di sepanjang usus halus diketahui tidak seragam, ya jelas karena pH di sepanjang usus halus juga berbeda-beda, sehingga kelarutan obat dan jumlah obat yang diabsorpsi di sepanjang usus halus juga berbeda-beda. Jadi meskipun pelepasan obat dari sediaannya didisain agar teratur, absorpsinya di sepanjang usus halus tidak akan terkontrol seragam. Pada saat ini dengan bantuan teknologi yang ada sudah dapat dirancang obat dengan pelepasan diperlambat atau terkontrol selama 12-24 jam untuk beberapa jenis obat. Tapi hal ini tidak dapat diterapkan pada obat-obat yang hanya diabsorpsi pada bagian atas usus halus (dikenal sebagai obat-obat yang memiliki ‘narrow absorption window n the upper part of GI tract i.e. stomach and small intestine’). Juga tidak dapat diterapkan pada obat-obat yang kurang diabsorpsi pada cairan usus, tidak stabil pada cairan usus atau obat-obat yang berefek lokal pada lambung.
CRDF yang ideal tidak sekedar dapat melepaskan bahan aktif obat dalam waktu yang diperlama, terkendali dan dapat diprediksi, tetapi juga harus dapat mempertahankan keberadaan sediaan pada lokasi absorpsinya. Waktu tinggal obat di dalam usus halus sukar untuk diubah atau dipengaruhi, maka usaha yang dapat dilakukan adalah mengontrol waktu tinggal obat di dalam lambung, dan ini disebut sediaan yang bertahan lama di dalam lambung (Gastro Retentive Drug Delivery System= GRDDS).

Kebanyakan obat sangat sedikit diabsorpsi di dalam lambung tetapi bila bentuk sediaan bertahan lama di dalam lambung dan melepaskan obat secara sinambung dalam waktu yang cukup lama, maka akan dapat menyalurkan obat ke dalam usus halus dengan cara sinambung juga. Oleh karena itu obat dapat diabsorpsi dalam usus halus dengan lebih baik, dan meningkatkan ketersediaan hayati pada pemberiannya secara oral. Jadi itulah mengapa GRDDS lebih baik dari CRDF.

Lain kali akan kutulis beberapa pendekatan untuk merancang GRDDS…..

Sabtu, Oktober 17, 2009

Marriage

Then Almitra spoke again and said, 'And what of Marriage, master?'
And he answered saying:
You were born together, and together you shall be forevermore.
You shall be together when white wings of death scatter your days.
Aye, you shall be together even in the silent memory of God.
But let there be spaces in your togetherness,
And let the winds of the heavens dance between you.

Love one another but make not a bond of love:
Let it rather be a moving sea between the shores of your souls.
Fill each other's cup but drink not from one cup.
Give one another of your bread but eat not from the same loaf.
Sing and dance together and be joyous, but let each one of you be alone,
Even as the strings of a lute are alone though they quiver with the same music
Give your hearts, but not into each other's keeping.
For only the hand of Life can contain your hearts.
And stand together, yet not too near together:
For the pillars of the temple stand apart,
And the oak tree and the cypress grow not in each other's shadow.


By: Khalil Gibran (1883 - 1931 / Bsharri - Lebanon)

Jumat, Oktober 16, 2009

QS Adz-Dzaariyaat : 1-5

’Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya.
Dan awan yang mengandung hujan.
Dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah.
Dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan.
Sesungguh Nya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar’.

..................
Dengan berusaha dan berpegang pada keyakinan pada ayat-ayat ini, insya Allah tenteramlah hidup kita...

Pemimpin Menurut Robin Sharma

Tulisan ini mestinya aku post hari Kamis kemarin, tapi berhubung aku sibuk di tempat kerja sehingga pulang sudah capek, jadinya baru Jum'at ini aku post.


Pemimpin Menurut Robin Sharma

Robin Sharma dalam bukunya The Greatness Guide (terbitan PT Bhuana Ilmu Populer) menulis mengenai pemimpin:

Pemimpin besar tidak takut bersuara keras. Mereka menyuarakan kebenaran. Mereka mengikuti kompetisi mereka sendiri., membuat keputusan yang tepat dan tidak terlalu khawatir dengan pendapat umum. Mereka menerapkan keberanian mereka dalam tindakan.

Kepemimpinan yang luar biasa adalah keseimbangan antara lembut dan tegas, simpatik dan berani, sebagian menjadi orang suci dan sebagian menjadi pejuang, ramah dan cukup keras.

Menjadi seorang pemimpin bukanlah menjadi disukai orang, melainkan bagaimana melakukan hal yang benar.
.....................................

Aku paling cocok dengan pernyataan terakhir itu. Bagaimana anda dikatakan pemimpin yang baik kalau anda memberi contoh tindakan yang tidak benar...???

Sabtu, Oktober 10, 2009

Allah

I tried to find Him,………………..
but I could not find a trace of Him anywhere.
I searched on the mountains and in the valleys
but neither in the heights nor in the depths was I
able to find Him.
I went to the Ka'bah in Mecca,
but He was not there either.
I questioned the scholars and philosophers but
He was beyond their understanding.
I then looked into my heart and it was there
where He dwelled that I saw Him;
He was nowhere else to be found.


By: Jalaluddin Rumi

Malaikat Pelipur Lara

Baru-baru ini aku membaca buku ‘Dialog dengan Para malaikat, Perspektif Sufi’, karangan Syaikh Muhammad Hisyam Karbani (Penerbit Hikmah, 2003). Ada tulisan yang menarik pada bab ‘ Urwah dan Malaikat Pelipur Lara’. Bagian itu aku share di sini ya…

Malaikat pelipur lara mengikuti malaikat duka lara. Begitu malaikat duka cita menyentuh hati seseorang dengan sayapnya, orang itu mulai menangis. Kesedihan merupakan penyakit jiwa dan merupakan ujian terberat yang Allah kirimkan kepada manusia untuk mengingatkan mereka agar mereke tidak mengejar-ngejar segala yang jasmaniah dan melupakan warisan kemalaikatan mereka. Para malaikat selalu mengingat Allah. Jika mereka berhenti, mereka dengan serta merta akan berhenti hidup. Demikian pula, manusia diperlukan untuk mengingat Yang Maha pencipta segala yang melingkupi mereka agar mereka hidup dalam kebahagiaan dan bersyukur.

Allah memerintahkan para malaikat untuk melayani mereka yang mengingatNya dan memerangi mereka yang melupakanNya. Ini bukan untuk menghukum mereka tapi untuk menolong dan membenarkan mereka. Ketika manusia menjadi lupa mengingat Allah dalam waktu yang panjang,karat bertambah di hatinya. Depresi mengendap dan melankoli menemukan rumah tetapnya. Inilah mengapa Nabi bersabda, ’Segala sesuatu ada semirnya, dan semir hati adalah zikir kepada Allah’.

Depresi adalah penyakit hati dan jiwa yang menjadi mungkin hanya melalui ketidakpedulian. Hati yang waspada menjaga kepercayaan, harapan dan iman (kepada Allah), gerbangnya akan dijaga oleh banyak malaikat pelindung. Mereka tidak akan mengijinkan kegelapan depresi dan keraguan untuk masuk. Hati manusia adalah harta yang berharga. Banyak pencuri yang bersembunyi di bayang-bayang sekelilingnya siap-siap merapok dan merampasnya. Bagaimanapun, jika pemilik harta itu kawan Allah, hati itu akan dilindungi. Para pelindungnya diberi makan dan dibayar dengan mata uang iman dan zikir. Jika tidak ada iman, tidak akan ada pelindung. Jika tidak ada zikir tidak akan ada gaji bagi para pelindung gerbang hati. Tanpa malaikat pelindung, pintu hati akan terbuka ke arah yang tidak diinginkan. Itulah mengapa Al Qur’an menekankan bahwa, ’Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam,’ (QS Al Isra [17] : 70). Yang dimaksud dengan pemuliaan itu adalah harta benda yang Allah tanamkan ke dalam hati manusia. Malaikat akan mengajarkan pada manusia untuk tidak pernah dapat dibohongi atau diambil cahaya kemalaikatan yang tertanam dalam hati mereka.

................................

Tulisan ini mestinya diposting hari Kamis lalu, tapi karena tiap pulang kerja sudah capek banget, jadi baru Sabtu ini aku post......

Senin, Oktober 05, 2009

Ya Aziz…..

Ya Aziz…
Ya Aziz…
Ya Aziz…..
Ya yang Maha Perkasa,
limpahkanlah sedikit keperkasaanMu kepadaku
agar aku memiliki tambahan
kekuatan jasmani
untuk terus tegak berdiri
menjaga amanahMu kepadaku, ketiga anakku,
mengantarkan mereka ke jenjang
baligh dan kemandirian
hingga mereka mampu mempertanggungjawabkan
perbuatan mereka di hadapanMu dan makhluqMu

Ya Aziz…
Ya Aziz…
Ya Aziz…..
Ya yang Maha Perkasa,
Bermurah hatilah
Untuk mengkaruniakan kepadaku
Kekuatan hati,
Untuk tidak meminta selain kepadaMu,
Untuk tidak bergantung selain kepada kasih sayangMu,
Untuk tidak berharap kepada makhluqMu

Ya Aziz…
Ya Aziz…
Ya Aziz…..
Ya yang Maha Perkasa,
Dengan keperkasaanMu, arahkanlah segala sumber nur
Ke jalan yang terbentang di hadapanku
Agar aku tiada ragu untuk memilih
Jalan yang membawa kebaikan bagiku dan ketiga anakku,
Jalan yang membawa kami pada keberkahan dunia akhirat

Ya Aziz…
Ya Aziz…
Ya Aziz…..
Ya yang Maha Perkasa,
KeperkasaanMu adalah sumber kekuatanku

................

Do You Remember –nya Phil Collins

Aku sudah lama kenal dengan lagu Phil Collins yang satu ini. Tapi nggak pernah aku perhatikan dengan serius syairnya. Baru ketika CD Peppy Kamadhatu yang ada di mobilku sering kudengarkan aku jadi menyimak syairnya. Mengingat syairnya membangkitkan produksi asam lambungku, perih sekali…

……………………….

We never talked about it
But I hear the blame was mine
I'd call you up to say I'm sorry
But I wouldn't want to waste your time

'Cos I love you, but I can't take any more
There's a look I can't describe in your eyes
Yes we could try, like we tried before
When you kept on telling me those lies

Do you remember...?

There seemed no way to make up
'Cos it seemed your mind was set
And the way you looked it told me
It's a look I know I'll never forget

You could've come over to my side
You could've let me know
You could've tried to see the difference between us
But it seemed too far for you to go.

Do you remember...?

Through all of my life
In spite of all the pain
You know people are funny sometimes
'cos they just can't wait
To get hurt again

Do you remember...?

There are things we won't recall
Feelings we'll never find
It's taken so long to see it
Cos we never seemed to have the time

There was always something more important to do
More important to say
But "I love you" wasn't one of those things
And now it's too late

Do you remember...?
…………………………….

Rabu, September 30, 2009

Sendratari Ramayana

Kalau mendengar Sendratari Ramayana, apa yang terbayang di benak anda? Ya, pasti suatu seni gerak dan tari yang menceritakan kisah Rama Sinta. Nah yang aku maksud di judul postingku ini adalah sendratari Ramayana yang digelar selama 4 malam berturutan di candi Prambanan saat bulan sedang purnama. Aku jadi pengin menulis tentang ini karena pas kemarin mudik ke Solo, lewat Prambanan malam-malam, aku jadi ingat pengalamanku dulu jadi salah satu pendukung sendratari tersebut selama berbulan-bulan.

Adalah guru kesenianku di SMP Negeri 4 Solo (Ibu Suyuti, seandainya beliau masih ’sugeng’ / hidup semoga Allah memberinya kesehatan yang baik) yang mula-mula mengajakku berlatih menari di ndalem Sosromijayan, Njero Mbeteng Solo. Kalo nggak salah tiap hari Selasa/Kamis, sore hari aku dan kakakku, mbak Ninik, bersepeda ke ndalem Sosromijayan, untuk berlatih menari Jawa. Teman sekolahku yang ikut berlatih antara lain Tutuk (Kusmartinjung Probo Nugroho) dan Dyah Qwartina (sekarang di Telkom Datel Malang). Sedang temen mbak Ninik yang ikut latihan adalah mbak Citra dan mbak Teki. Di ndalem Sosromijayan kami berlatih 4 buah tarian yang memang jadi jatah kami dalam sendratari Ramayana itu, yaitu tari jin,mina (ikan), api dan parkan Sinta. Sementara penari yang lebih senior juga berlatih tarian yang menjadi bagian mereka masing-masing, seperti penari Rama, Sinta, Rahwana, Laksmana, Trijatha, Anoman, Karna, dll.

Pada tahun 1976-1979, saat kejadian yang kuceritakan ini berlangsung, tim yang berlatih menari di ndalem Sosromijayan itu adalah tim yang ditunjuk
untuk mengisi sendratari Ramayana setiap bulan purnama, 4 malam berurutan. Sebenarnya tidak hanya tim tersebut tapi ada satu tim lagi dari daerah prambanan dengan jumlah personil yang cukup banyak tapi tidak perlu banyak berlatih serius. Mengapa? Karena tarian yang mereka bawakan lebih sering bersifat spontanitas dan improvisasi, lebih banyak berjumpalitan, melompat dan berguling-guling yang boleh semau-maunya. Mereka menarikan rombongan kera dan raksasa.

Dalam setiap bulan, aku dan mbak Ninik bisa dapat jatah 2-4 malam menari di panggung. Setiap malam manggung ada judul ceritanya. Malam pertama dan kedua aku lupa judulnya, tapi yang jelas bercerita tentang awal diculiknya Sinta oleh Rahwana dan awal pencarian oleh Rama. Malam ketiga berjudul Rama Tambak, yang bercerita usaha Rama membendung lautan agar dapat menyeberang ke Alengka. Malam keempat berjudul Sinta Obong yang bercerita tentang dibakarnya Sinta untuk menunjukkan bahwa dirinya masih suci dari jamahan Rahwana.

Bila kebagian 4 malam manggung biasanya aku menari parkan Rahwana (malam 1), menari jin (malam 2), menari parkan Sinta atau mina (malam 3) dan menari sebagai api (malam4). Dintara tarian itu yang paling berat kalau menari parkan Sinta. Parkan berarti pelayan jadi paling berat menari sebagai pelayan Sinta. Soalnya ini adalah tari putri, dengan gerakan lambat, kostumnya kain jarik panjang yang ribet (bandingkan dengan tari api, mina dan jin yang pake celana sedengkul), rambutnya dikonde lagi. Belum lagi berada di panggungnya lama dan harus menguasai blocking panggung, banyak adegan menangis dengan posisi jongkok jadi pegelnya minta ampun, banyak dishoot oleh lampu jadi kalau salah gerak ketahuan banget sama penonton. Paling enak kalau kebagian menari parkan Rahwana, sebenarnya itu bukan menari tapi hanya mejeng alias pemain figuran. Habis dengan kostum pelayan yang membawa segala makanan si raja raksasa Rahwana, masuk panggung berbaris mengikuti Rahwana, lalu duduk seperti pager ayu di ujung pintu keluar panggung. Ya sudah, duduk dan ikut nonton adegan yang terjadi di panggung, kalau bosan bisa ngobrol dengan sesama parkan Rahwana. Kalau si juragan Rahwana keluar dari panggung, baru kita berbaris lagi di belakangnya ikut keluar. Sedangkan tari jin, mina dan api merupakan tarian massal dengan gerak serempak dan kostum yang ’agak santai’ berupa celana sedengkul dan rambut terurai tapi memakai jamang (ikat kepala). Sesuai namanya tari jin itu menari sebagai jin, makhluk halus yang mengganggu Rama/Laksmana yang sedang bertapa. Sedangkan tari mina(=ikan) itu menari tentang ikan yang menderita karena lautannya dikeringkan oleh Rama agar dia dan pasukan kera dapat menyerbu Alengka. Setelah datang dewa Baruna, barulah air laut dikembalikan lagi dan para ikan hidup normal kembali. Pada tari api kami berperan sebagai api yang membakar tubuh Sinta, dengan kostum merah cerah yang membuat panggung menyala di malam terakhir pertunjukan.

Pada malam manggung biasanya kami harus sudah berkumpul di ndalem Sosromijayan sesudah Ashar. Jam setengah empat sore dengan dua buah bis (namanya bis ’PENI’) kami berangkat. Menjelang magrib kami sampai di Prambanan. Sesudah shalat magrib, kami mulai berdandan. Tau nggak tim periasnya? Mereka adalah ibu-ibu sepuh yang pantas jadi nenekku. Pada awal ikut manggung, aku menyerahkan diriku untuk dirias oleh mereka. Hasil riasan yang bagaimanapun aku terima. Setelah beberapa bulan aku mulai belajar merias mukaku sendiri dibantu temen-temanku. Untuk kostum kami memang harus bisa memakainya sendiri, juga dibantu sesama teman. Aku hanya menyerahkan kepalaku pada ibu perias bila aku kebagian menari parkan Sinta, karena memang aku nggak bisa pasang konde sendiri. Sekitar jam setengah delapan pertunjukan dimulai. Ibu Suyuti dibantu suaminya selalu mengingatkan kita untuk siap di belakang panggung tepat pada waktunya agar semua adegan berlangsung sesuai skenario. Bila jatah tarian kita kelar, kita dapat berganti kostum, menghapus riasan, mengembalikan kostum kita pada yang bertugas dan ke bagian administrasi untuk menerima honor. Berapa honornya? Awal aku bergabung di sekitar tahu 1977, honor menari itu hanya Rp 600,- setiap malam. Tidak peduli kita menari sebagai Rama yang serius , parkan Rahwana yang cuma figuran atau pasukan kera/raksasa yang pegel badannya karena berkali-kali berguling, honornya rata, Rp 600,- per kepala per malam. Honor ini naik sedikit demi sedikit, honor terakhir yang aku terima di tahun 1979 adalah Rp 1250,-. Kalau sudah terima honor di tengah pertunjukan biasanya aku dan mbak Ninik ikut duduk di tempat penonton dan mengikuti sisa adegan selanjutnya. Bila pagelaran selesai, sambil menunggu teman-teman yang lain berganti kostum, kami menunggu di dalam bis PENI atau jajan makanan di sekitar itu. Jam setengah sepuluh malam kami meluncur kembali ke Solo. Di dalam bis seringkali terjadi guyonan tentang aksi panggung malam tadi. Biasanya ini karena aksi spontanitas di panggung. Misalnya si tukang kendang yang nggerundel tentang si pemain Anoman yang nggak cepet bergerak meskipun si kendang sudah ngajak. Atau sebaliknya cengengesan gaya Tukul, si tukang kendang sengaja membuat penari melakukan gerakan yang sama berkali-kali sehingga si penari mengerling dan mengancam akan membalasnya di belakang panggung. Dalam gamelan Jawa, kendang memang berfungsi sebagai pengatur irama, mau cepet atau lambat, kendanglah komandonya. Ritme ini diikuti penari. Jadi kalau tukang kendangnya sinting banyak kejadian di panggung yang bisa terjadi di luar skenario. Jam sebelas malam sampai di ndalem Sosromijayan, papiku sudah menjemput aku dan mbak Ninik dengan vespa tuanya.

Begitu sudah di SMA aku tidak lagi bergabung dengan tim sendratari Ramayana itu. Aku nggak ingat sebabnya, tapi kemungkinan adalah aku jarang berlatih. Jatah manggung memang diprioritaskan bagi yang rajin berlatih. Ini berlaku bagi penari junior seperti aku atau penari-penari senior pemeran Rama, Laksmana, Sinta, Trijatha dan lain –lain.

Ada hal-hal positif yang dapat aku ambil dengan bergabung dengan para seniman tari itu. Mereka punya jiwa solidaritas yang tinggi, perasaan mereka pada umumnya halus, sehingga sering dari adegan tari terbawa ke hati jadi cinta lokasi. Aku tidak tahu dengan panggung baru sekarang ini (tempat aku manggung dulu sudah dipindah ke lokasi baru yasng sekarang ini), tim kesenian mana yang ditunjuk untuk mengisi sendratari Ramayana di candi Prambanan. Apakah masih tim Sosromijayan itu, aku tidak tahu. Semoga pihak-pihak yang berkepentingan masih memelihara budaya menampilkan sendratari ini setiap bulan. Sambil memelihara budaya dapat pemasukan dari turis yang menonton. Panggung terbuka tidak memerlukan AC, (konon tiap malam manggung selalu ada pawang hujan yang bertugas agar hujan tidak turun), di bawah cahaya bulan purnama, menyaksikan kisah cinta Rama Sinta yang melegenda (tapi menurutku berakhir sia-sia).

Secara tidak langsung, menjadi bagian dari sendratari Ramayana memberi manfaat lain bagiku. Aku jadi menyukai menyukai bahasa Inggris dan berani mempraktekkan kemampuan bahasa Inggrisku yang masih minimal untuk berkomunikasi dengan turis bule, menterjemahkan adegan yang sedang berlangsung di panggung, hingga si bule dapat mengikuti jalan ceritanya. Istilahnya menjadi penerjemah nekad alias ’hantem kromo’, he..he.. Tapi dari penerjemah nekad itu, sampai sekarang aku tetap menyukai dan aktif mempergunakan bahasa Inggris untuk menulis dan menyampaikan aspirasi serta perasaanku.

Selasa, September 29, 2009

Lebaran di Rumah Orang Tuaku

Alhamdulillah, lebaran tahun ini seluruh anggota keluargaku dapat lengkap berkumpul di rumah orang tuaku di Solo. Kalau kubilang lengkap itu berarti formasinya terdiri dari kedua orang tuaku, aku dan tujuh orang saudara kandungku, suamiku dan ketujuh iparku, ketiga anakku dan 14 orang keponakanku. Momen seperti ini langka terjadi, dulu hanya mungkin terjadi pada saat diantara kami (aku atau saudaraku) ada yang menikah. Sudah beberapa kali lebaran ini adikku yang di Balikpapan tidak bisa berlebaran bersama kami. Tapi tahun ini kami lengkap hadir di hari pertama lebaran dan bergiliran sungkem pada kedua orang tuaku. Papiku yang baru saja mulai pulih dari serangan stroke yang kedua dan ibuku yang makin sepuh tapi alhamdulillah kelihatan sehat, terlihat berbahagia dengan berkumpulnya kami semua. Semoga kebahagiaan itu benar-benar menjadi obat bagi segala penyakit mereka di usia sepuh itu.

Berkumpul dengan formasi lengkap itu tidak sekedar membahagiakan tapi harus diimbangi dengan manajemen yang handal untuk mengatur segala kebutuhan geng sebesar keluargaku itu. Manajemen itu meliputi pengaturan lokasi kamar, pengaturan menu dan pengadaan makan, pengaturan penyediaan minum, pengaturan tugas cuci piring dan bersih-bersih rumah hingga pengaturan jadwal mencuci baju.

Dulu dengan anak sejumlah 8 orang, rumah orang tuaku yang luas rasanya sangat cukup mengakomodasi ruang gerak kami berdelapan. Mau tidur di kamar yang manapun, tidak perlu aturan njelimet. Sekarang dengan 8 pasangan kita dan 17 anak-anak kita, aturan ‘siapa tidur di kamar yang mana’ itu harus disepakati. Biasanya ibuku yang mengatur, kami 8 anak beserta pasangan masing-masing pasti dapat satu buah kamar. Sedangkan anak-anak kami, tidak akan cukup kalau diberikan kamar masing-masing. Oleh karena anak-anak kami belum ada yang berumah tangga makanya anak-naka kami biasanya tersebar di berbagai kamar dan di ruang publik. Pengaturan ini tentu ada baiknya karena anakku dan sepupu-sepupunya tetap bisa lebih akrab. Mereka ada yang tidur di depan TV, di sofa, di kamar tamu dll.

Untuk acara makan, sudah beberapa tahun terakhir ini kita terapkan pengaturan menu yang notabene lebih banyak menu ’beli’ alias tidak memasak sendiri. Hal ini karena masalah kepraktisan dan mencegah ibuku repot dan capek. Untuk tahun ini hari pertama lebaran kami memborong bebek goreng pak Slamet yang kesohor di Solo itu. Hari kedua kami belanja nasi liwet lengkap, hari ketiga kita memilih beli gudeg Yogya mbah Mul di Pasar Klewer, hari keempat dan selanjutnya giliran beli ketengan ada bakso, selat jawa, soto Triwindu, goreng bandeng dll. Pokoknya untuk lauk kita lebih banyak beli. Sedangkan untuk nasi dan minum tetap kita sediakan sendiri. Minum ada aqua dan dispensernya, tapi setiap pagi dan sore kami selalu menyediakan teh anget dalam mug. Ini ritual keluarga kami dari dulu, menikmati teh anget terutama di sore hari. Hebohnya adalah setiap pagi dan sore selain mug teh untuk papi dan ibuku, kami membuat teh dalam 33 buah mug. Masing-masing untuk 8 orang kami dan pasangan kami beserta 17 orang cucu papi dan ibuku. Kayak mau arisan saja kan?

Untuk tugas cuci piring dan bersih-bersih rumah tidak kita atur dengan begitu ketat, tapi alhamdulillah di antara kami ada tenggang rasa dalam hal ini. Kalau belum kebagian biasanya terus ambil bagian. Anak sulungku sudah gadis, jadi pas giliranku aku bisa minta bantuannya. Kebayang gak, sekali kena tugas nyuci, yang dicuci adalah 35 buah piring, 35 buah mug, sendok garpunya juga tempat sayur dan nasinya. Lumayan makan waktu dan tenaga....

Bagaimana dengan jadwal mencuci baju? Ya diatur dengan bijaksana dan penuh tenggang rasa di antara kami, tapi rasanya tidak tenggang rasa terhadap mesin cuci kami (baca: tidak berperimesincucian). Lha gimana, mesin cuci kami yang dua buah itu rasanya tidak berhenti kerja siang dan malam. Kalau pagi ini aku dan adikku yang mencuci, nanti satu jam lagi ganti kakakku dan adikku yang lain, siang nanti giliran saudaraku yang lain, bahkan malam haripun sambil kita bercengkerama masih ada yang nyambi nyuci. Bener-bener menguras tenaga mesin cuci kami...

Itulah gambaran suasana lebaran di rumah orang tuaku di Solo tahun ini. Tahun ini kami tidak bepergian kemana-mana karena kondisi papiku yang tidak memungkinkan diajak bepergian. Tahun-tahun lalu kami ada kalanya bepergian, ke luar kota bersama-sama. Atau nonton film bersama-sama (tahun lalu kami nonton Laskar Pelangi dan membeli 17 buah tiket).

Kadang aku membayangkan, kalau Allah memberiku perkawinan yang langgeng dengan Herlan, dan memberiku usia yang panjang sehingga aku bisa menyaksikan ketiga anakku berkeluarga dan memberiku cucu-cucu yang mengunjungiku di hari lebaran, sepertinya suasananya tidak akan seramai dan seheboh suasana di rumah orang tuaku saat ini. Tapi aku tahu pasti persamaannya, yaitu suasana dan berkumpulnya anak, menantu dan cucu-cucuku akan membuatku bahagia, sangat bahagia. Semoga Allah memberiku kesempatan menikmati masa itu....

Senin, September 28, 2009

Faktor-Faktor Farmasetik yang Mempengaruhi Pemberian Obat Secara Parenteral

Beberapa karakteristik farmasetik mempengaruhi metoda,rute pemberian, kecepatan dan ketercapaian ketersediaan hayati obat-obat yang diberikan secara parenteral. Faktor-faktor itu antara lain kelarutan obat dan volume injeksi; karakteristik pembawa; pH dan osmolalitas larutan injeksi, bentuk sediaan injeksi dan komponen formulasi.

Kelarutan Obat dan Volume Injeksi
Pada pemberian secara intravena, obat-obat harus sepenuhnya dalam keadaan terlarut dalam pembawa (dan lebih disukai pembawa yang digunakan adalah air). Kelarutan obat dalam pembawa yang digunakan dan dosis yang diperlukan akan menentukan volume injeksi intravena. Untuk rute injeksi selain intravena seperti intramuskular, intradermal, subkutan, intraokular, intraventrikular, intratekal, ada volume maksimum yang dapat diberikan. Untuk rute intramuskular sediaan injeksi dapat berupa suspensi atau larutan dalam pembawa non air.

Karakteristik Pembawa
Pembawa air dapat digunakan untuk sediaan injeksi melalui berbagai rute pemberian, sedangkan injeksi dalam pembawa non air (yang bercampur atau tidak bercampur dengan air) hanya digunakan terutama untuk rute injeksi intramuskular. Injeksi dengan rute pemberian intravena dapat diformulasikan dengan menggunakan pelarut campur (misalnya untuk formula injeksi mengandung diazepam, digoxin dan fenitoin), dengan catatan kecepatan pemberian infus harus tetap diperhatikan agar tidak terjadi pengendapan obat di lokasi pemberian. Emulsi lemak dapat juga diberikan secara intravena (dengan catatan emulsinya harus berupa emulsi mikro). Pembawa non air yang lebih kental dari air akan mempengaruhi kecepatan injeksi melalui jarum dan kecepatan absorpsi di lokasi injeksi.

pH dan Osmolalitas Larutan Injeksi
Idealnya sediaan injeksi adalah isohidri dan isotoni dengan cairan biologis, sayangnya hal ini seringkali tidak dapat dicapai karena beberapa sebab, misalnya banyak obat-obat yang tidak stabil pada pH netral (pH cairan biologis). Karena itu banyak obat diformulasikan dalam bentuk sediaan injeksi pada pH stabilitasnya yang tidak sama dengan pH cairan biologis. Sebagai contoh diazoxide (turunan benzotiadiazin non diuretik) diformulasikan sebagai sediaan injeksi pada pH stabilitasnya yaitu 11,6. Banyak senyawa obat yang merupakan basa lemah banyak diformulasikan sebagai sediaan injeksi dalam bentuk garamnya (misalnya tetrasiklin HCl) pada pH stabilitasnya yaitu sekitar 2,0. Atau senyawa obat yang merupakan asam lemah banyak diformulasikan sebagai sediaan injeksi dalam bentuk garamnya (misalnya Dilantin®) pada pH stabilitasnya yaitu sekitar 12,0. Sediaan injeksi dengan pH ekstrem (berbeda jauh dari pH cairan biologis) harus diinjeksikan dengan kecepatan yang terkontrol untuk menghindari terjadinya nyeri dan iritasi pada pasien serta terjadinya kerusakan jaringan di sekitar lokasi penyuntikan.

Beberapa formulasi sediaan injeksi merupakan sediaan yang hiperosmotik atau hipertoni dibandingkan dengan cairan biologis dengan tujuan untuk mencapai ketersediaan hayati yang diinginkan. Sebagai contoh adalah golongan anestetik spinal, diaxozide dan golongan diuretik osmotik, dan obat tetes mata sulfasetamide. Produk nutrisi parenteral mengandung asam amino dan dekstrosa dengan konsentrasi tinggi sehingga hipertoni. Larutan ini disebut larutan hiperalimentasi dan harus diberikan melalui vena yang besar seperti vena subclavian. Darah dari vena ini langsung menuju jantung sehingga larutan yang hipertoni itu langsung diencerkan dengan volume darah yang besar.

Pada umumnya sediaan yang hipertoni merupakan kontarindikasi untuk rute pemberian intramuskular dan subkutan. Karena pada lokasi penyuntikan tersebut, tidak banyak cairan biologis yang tersedia untuk mengencerkan larutan hipertoni itu sehingga hal ini dapat menimbulkan rasa sakit dan kerusakan jaringan di sekitar tempat penyuntikan.

Bentuk Sediaan Injeksi
Bentuk sediaan parenteral berupa larutan sejati, suspensi atau padatan steril untuk direkonstitusi dengan pembawa steril. Bentuk sediaan suspensi hanya dapat digunakan melalui rute intramuskular dan subkutan. Tidak boleh ada partikel sedikitpun pada sediaan yang diberikan secara intravena, atau rute parenteral lain yang obatnya langsung cairan biologis atau jaringan yang sensitif (misal otak atau mata), sehingga untuk rute-rute tersebut bentuk sediaannya harus berupa larutan sejati. Padatan steril sebelum digunakan harus dilarutkan dahulu dalam pembawa steril sebelum digunakan. Formulasi ini seringkali berhubungan dengan stabilitas bahan aktif obat dalam bventuk terlarut. Karena itu pelarutan bahan aktif obat dilakukan sesaat sebelum penyuntikan dilakukan.

Komponen Formulasi
Komponen formulasi sediaan parenteral antara lain meliputi bahan aktif obat, pembawa, pendapar, pengisotoni, antioksidan, surfaktan, pengikat logam (chelating agents) dan pengawet. Komponen pengawet terutama digunakan untuk sediaan dosis ganda atau multidose. Pengawet tidak boleh diberikan pada sediaan injeksi untuk rute melalui cairan cerebrospinal atau cairan intraokular karena dapat menimbulkan toksisitas. Surfaktan kadang dimasukkan dalam formulasi untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif, tapi harus diingat surfaktan dapat juga mengubah permeabilitas membran, oleh karena itu sebaiknya surfaktan digunakan dengan hati-hati pada sediaan yang ditujukan untuk rute intramuskular dan subkutan.

Untuk sediaan pelepasan lambat atau terkontrol seringkali ditambahkan eksipien berupa pelarut minyak atau polimer dengan berat molekul yang tinggi. Sediaan pelepasan lambat ini seringkali ditujukan untuk rute subkutan atau intramuskular.

...........................
untuk posting ini aku ngintip buku Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral Medications, Volume I, yang diedit oleh Kenneth A. Avis, Leon Lachman dan Herbert A. Lieberman, Marcel Dekker, Inc., New York, 1984, halaman 14-16.

Minggu, September 27, 2009

Maaf yang Membangkitkan

Judul postingku kali ini kuambil dari judul tulisan Zaim Ukhrowi di Republika, Jum’at, 18 September 2009. Sesungguhnya adalah aku setuju dan membenarkan apa yang ditulisnya itu. Secara ringkas, Zaim menulis:

‘Memaafkan sepertinya merupakan kebaikan hati kita terhadap orang lain yang telah berbuat salah pada kita atau menyakiti kita. Dengan memaafkan seolah-olah posisi kita tampak lebih tinggi dibanding yang kita maafkan. Sebenarnya, kepentingan terbesar memaafkan adalah buat diri kita sendiri, bukan buat orang lain yang kita anggap salah. Ketika kita menganggap seseorang bersalah terhadap diri kita, orang atau kesalahan itu akan menyita perhatian kita, mendominasi pikiran kita, berpikir seolah kesalahan itu menentukan nasib kita, menggeser berbagai urusan yang lebih penting dan lain-lain. Dengan memaafkan akan berarti membebaskan diri kita sendiri dari beban-beban yang tidak penting itu. Dengan memaafkan berarti membebaskan diri dari amarah, dendam dan mengingat kesalahan orang lain. Hanya ketika telah terbebas dari beban-beban itu dan hanya ketika telah bersih dari ‘kotoran-kotoran’ itu, setiap pribadi akan menjadi dirinya sendiri secara murni, kembali ke jati dirinya yang sejati dan disebut berada pada posisi fitri. Menjadi bersih dan tanpa beban merupakan modal terpenting buat bangkit menjadi pribadi yang sukses dunia akherat. Jadi memaafkan akan membangkitkan diri kita sendiri dan bukan orang lain….’

Yap. Aku setuju dengan yang ditulis bang Zaim itu. Seperti kata Al Qur’an QS Asy Syuuraa:40 ..dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim…
Jadi sebenarnya Islam mengajarkan umatnya untuk menuntut balas secara sepadan. Namun lebih dari itu Al Qur’an menegaskan bahwa memaafkan adalah lebih baik daripada menuntut balas….

Al Qur’an dan tulisan bang Zaim sungguh membuka mata dan very inspiring. Memaafkan lebih baik daripada menuntut balas. Memaafkan akan membangkitkan diri kita. Kebangkitan akan lebih lagi kalau kita mau meminta maaf juga. Jadi mumpung masih dalam suasana lebaran, aku memaafkan anda dan tolong maafin aku juga ya......

Sabtu, September 26, 2009

All Mighty

Grant me authority.
My craft is to travel on the sea light
Do not amend my attention to others, but you,
My head, brain and acumen
Shall be acquiescent to you.

I pray to you.
I shall not desire depending upon the will of another.
Where doubtful and uncertainty
You are compassionate.

I pray to you.

I have no accusation but am grateful to you.
Me and my life, the gifts you manifest.

I pray to you.

.......

By: Abu Bakr Ahmad al Haroun

QS Al Jatsiyah:14-15

14. Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan Hari-hari Allah, karena Dia akan membalas suatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

15. Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhan-mulah kamu dikembalikan.

..........

Tulisan harusnya diposting hari Jum'at kemarin, tapi karena kemarin aku dan keluarga masih dalam perjalanan dari Solo ke bandung makanya tak posting hari Sabtu ini....

Rabu, September 16, 2009

Menjaga Kemabruran Haji

Sepulang haji awal tahun 2006, aku berjanji dalam hatiku untuk selalu menjaga kemabruran hajiku (semoga Allah SWT benar-benar menganugerahi aku dengan haji yang mabrur, amin). Aku berusaha untuk menambah ibadahku kepada Allah, aku berusaha lebih tawadlu’ terhadap sesama, lebih berkontribusi yang baik terhadap lingkungan, ikhlas menerima semua ketentuan Allah untukku, dan sabar menghadapi semua kesulitan dan cobaan hidup.

Rasanya untuk yang besar-besar itu, planning dan implementasinya sudah nyata (aku lakukan). Tapi kadang untuk hal-hal yang kesannya sepele malah kurasa aku belum sepenuhnya mampu aku lakukan. Sebagai contoh adalah aku sering tidak mampu bersabar dan menahan diri untuk tidak mengumpat bila sedang menyetir mobil dan di jalan banyak orang yang tidak tertib. Jalanan sepi, tapi tiba-tiba ada motor nyelonong memotong jalanku yang membuat aku kaget dan mengerem mendadak. Paling tidak ‘dasar kampret…’ atau ‘astaghfirullaah, dasar semprul, samin…..’. Atau jalanan macet..cet, semua antri tapi ada orang yang keluar dari antrian, bikin barisan baru yang membuat jalan lebih macet lagi. Paling tidak, ‘wah memang kemplu itu orang…’ atau ‘mobil aja yang bagus tapi IQ nya jongkok pisan…’, itu gerundelanku. Meskipun umpatan itu tidak seheboh umpatan kapten Haddock, aku tahu bahwa itu sudah cukup membuktikan kalo aku tidak menjaga kemabruran hajiku. Apalagi bila aku hanya mengucap, ‘masya Allah sopir angkot itu…..’, tapi anakku yang paling kecil, Salman, yang duduk di sebelah tempat dudukku ikut-ikutan berucap, ‘kentir bin koplak itu, bu…’. Aku tidak hanya mengumpat tapi juga mengajari anakku meniru kebiasaan burukku, jadi aku belum berhasil menjaga kemabruran hajiku. Aku menyadari kesalahan itu, dan aku akan berusaha untuk memperbaikinya dengan tidak lagi mengulanginya lagi….

Aku berhaji bersama Herlan, suamiku. Entah apa yang sudah dilakukannya untuk menjaga kemabruran hajinya……

Bella Luna

Anakku, Akbar, beberapa waktu yang lalu seneng banget nyanyi dan main gitar lagu Bella Luna-nya Jason Mraz. Begitu denger lagunya, bapaknya langsung menyukainya dan ikut-ikutan nyanyi. Adik dan kakaknya juga ikutan seneng. Terakhir mak-nya juga seneng dengernya. Cuma seneng dengernya tapi sulit apal nyanyinya. Lha gimana, syair lagu itu terdiri dari 47 baris, tapi nggak ada yang diulang sama sekali. Nggak tau deh sudah estewe begini ingatanku kok agak error (Jawa:’kethul’), susah untuk mengingat dengan cepat. Pokoknya lagunya enak, cengkok suara penyanyinya khas banget.

Oya ini tak copy-in text lagu Bella Luna yang sempet jadi fave song di rumahku....

BELLA LUNA
Jason Mraz

Mystery the moon
A hole in the sky
A supernatural nightlight
So full but often right
A pair of eyes a closing one
A chosen child in golden sun
A marble dog that chases cars
To farthest reaches of the beach and far
beyond into the swimming sea of stars

The cosmic fish they love to kiss
They're giving birth to constellations
No riffs and oh no reservation
If they should fall you get a wish or dedication
May I suggest you get the best
For nothing less than you and I
Let's take a chance as this romance is rising over
before we lose the lighting
Oh bella bella please
Bella you beautiful luna
Oh bella do what you do
Do do do do do

You are an illuminating anchor
Of leagues to infinite number
Of crashing waves and breaking thunder
Tiding the ebb and flows of hunger
You're dancing naked there for me
You expose all memory
You make the most of boundary
You're the ghost of royalty imposing love
You are the queen and king combining everything
Intertwining like a ring around the finger, of a girl
I'm just a singer, you're the world
All I can bring ya
Is the language of a lover
Bella luna, my beautiful beautiful moon
How you swoon me like no other

May I suggest you get the best
Of your wish may I insist
That no contest for little you or smaller I
A larger chance yet, but all them may lie
On the rise, on the brink of our lives
Bella please
Bella you beautiful luna
Oh bella do what you do
Bella luna
My beautiful beautiful moon
How you swoon me like no other, oh oh oh

Senin, September 14, 2009

MEMBUAT TABLET DENGAN KECEPATAN DISOLUSI ZAT AKTIF MAKSIMUM (Bagian 3 dari 3 Tulisan)

PROSES PEMBUATAN TABLET

Metoda Granulasi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses granulasi meningkatkan kecepatan disolusi dari zat aktif yang kurang larut. Pemakaian bahan pengisi seperti amilum, laktosa anhidrat, laktosa spray-dried dan mikrokristal selulosa cenderung meningkatkan hidrofilisitas zat aktif dan meningkatkan karakteristik disolusinya. Karena itu sering dikatakan metoda granulasi basah lebih baik dibanding metoda granulasi kering atau slugging. Tetapi sekarang dengan lebih canggihnya mesin cetak tablet dan adanya bahan-bahan yang cocok untuk tablet cetak langsung, dengan formula yang sesuai dapat dihasilkan tablet dengan karakteristik disolusi yang lebih baik dari tablet yang dibuat dengan cara granulasi basah. Bila digunakan metoda granulasi basah maka harus diperhatikan waktu pencampuran granul, jumlah zat pengikat, metoda, waktu dan suhu pengeringan, waktu pencampuran dengan lubrikan, usia granul (saat pencetakan), kadar air granul saat pencetakan dan kekerasan tablet.
Ho dan Hersey, memperkenalkan suatu metoda novel granulasi yang didasarkan pada terbentuknya aglomerat bila penggerusan serbuk dilakukan dalam waktu yang panjang. Metoda ini disebut Agglomerative Phase of Comminution (APOC). Metoda ini diketahui menghasilkan tablet dengan kekuatan mekanik yang lebih besar dan kecepatan disolusi zat aktif yang lebih besar dibanding tablet yang diperoleh dengan cara granulasi basah. Tetapi bagaimanapun pemilihan metoda pembuatan tablet yang menekankan pada hasil yang memiliki karakteristik disolusi yang baik harus tetap mempertimbangkan kecocokannya dengan zat aktif yang digunakan. Misalnya zat aktif tidak tahan dengan suhu pengeringan (panas) atau terhidrolisa dengan adanya air, sebaiknya tidak dibuat dengan metoda granulasi basah. Sedangkan zat aktif yang merupakan polimorf yang dengan penggerusan dapat terjadi polimorf yang tidak aktif secara biologi maka tidak dapat digranulasi dengan cara APOC.

Kekuatan Kompresi (Pencetakan)
Kekuatan kompresi pada satu sisi menyebabkan penambahan luas permukaan partikel tablet yang memberi efek meningkatkan disolusi zat aktif, tetapi pada sisi yang lain memberi efek menurunkan disolusi karena meningkatnya ikatan antar partikel akan meningkatkan densitas sehingga akan meningkatkan kekerasan tablet.
Kekuatan kompresi berpengaruh pada densitas, porositas, kekerasan dan waktu hancur tablet. Porositas tablet dapat memfasilitasi penetrasi medium ke dalam tablet, sehingga membuat tablet lebih cepat hancur memungkinkan zat aktifnya terliberasi dari matriks tablet dan terdisolusi. Kekuatan kompresi yang besar akan mengurangi porositas tablet sehingga kemungkinan dapat berpengaruh pada disolusi zat aktifnya. Kekuatan kompresi yang besar juga akan meningkatkan kekerasan tablet, sehingga meningkatkan waktu hancurnya dan mungkin dapat menurunkan kecepatan disolusi zat aktifnya.
Jadi pengaruh kekuatan kompresi terhadap disolusi zat aktif dari tablet sebenarnya merupakan akibat berbagai faktor yang saling bergantung. Karena itu menentukan kekuatan kompresi harus mempertimbangkan faktor-faktor yang saling bergantung tersebut, yang penting diperoleh tablet dengan kekerasan yang optimal dan memiliki waktu hancur yang cukup singkat serta karakteristik disolusi zat aktifnya juga memenuhi syarat.


PENUTUP

Demikian sudah diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi zat aktif dari sediaan tablet yang berasal dari sifat fisikokimia zat aktif, formulasi tablet dan proses pembuatan tablet. Dari uraian di atas teoritis bila ingin membuat tablet dengan kecepatan disolusi zat aktif yang maksimum dalam media yang dipersyaratkan maka dapat dicapai dengan menggunakan:
a. Pilih bentuk zat aktif yang memiliki kelarutan paling tinggi (misal bentuk garamnya)
b. Dilakukan pengecilan ukuran partikel zat aktif lebih dahulu sampai tingkat yang optimum
c. Pilih bentuk zat aktif yang anhidrat
d. Pilih bahan pengisi golongan amilum yang sudah ada di pasaran (spesifikasi jelas) digunakan dengan konsentrasi 5-20%
e. Pilih disintegran Ac-Di-Sol digunakan dengan konsentrasi yang sesuai
f. Pilih lubrikan Mg-sterat <1% bila zat aktif cukup hidrofil, atau pakai Na-lauril sulfat bila zat aktif sangat hidrofob dan kelarutan kecil
g. Pilih pengikat polivinilpirolidon 3-15%
h. Kalau perlu ditambahkan Na-Lauril Sulfat untuk meningkatkan pembasahan
i. Dibuat dengan metoda granulasi basah
j. Kekuatan kompresi sedang

Uraian di atas adalah uraian teoritis yang belum tentu dapat diterapkan pada semua zat aktif. Karena sesungguhnya untuk memperoleh kecepatan disolusi zat aktif yang maksimum itu harus melihat zat aktif yang digunakan, baru kemudian ditetapkan formulasinya (bahan-bahan pendukungnya) serta proses pembuatan tablet yang sesuai dengan sifat zat aktif tersebut .

Semoga 3 bagian tulisan ini bermanfaat buat anda.

O ya untuk bahan tulisan itu aku ngintip bukunya pak Hamed M. Abdou
(Dissolution, Bioavailability & Bioequivalence, Mack Publishing Company, Pensylvania, 53-105) dan bukunya pak Lieberman, pak Lachman dan pak Schwartz (Pharmaceutical Dosage Forms: Tablet Volume 1, 2nd ed., Marcel Dekker, Inc., New York, 88-120 ).

Sabtu, September 12, 2009

Nobody Knows the Trouble I see

Nobody knows the trouble I see, nobody knows my sorrow….
Those phrase was crafted at the gravestone of Soe Hok Gie (before the gravestone was secondly demolished, the rest of his bones were cremated and the ashes were spreaded over mount Pangrango), whose diary often accompanied my bed time in 1983-1984. As long as his life he struggled for something he convinced about right, but everytime the system, the situation and the mentality of the people around him made him dissappointed. Idealism and pride had made him isolated, wanted to be separated out of his environment and he felt that his struggle was meaningless and useless.

Nobody knows the trouble I see, nobody knows my sorrow….Very sad and so gloomy, Gie. Recently I truly understand what you felt at that time. Once, just like you, I ever feel so meaningless and for the first time in my life I feel so desperate.

You know Gie, as your brother Arief Budiman said, your life was not meaningless. A soft, sadness cry of the coffin maker and the pilot that flied your dead body to Jakarta, who ever read your writings, proved that. So do I, Gie. No, despair is prohibited in my life. Maybe someone or something ever makes me so meaningless, but I believe that another one or another thing will really need me and make me so worthy and meaningful.

Nobody knows the trouble I see, nobody knows my sorrow….

Jumat, September 11, 2009

Peliharalah Shalatmu !!!

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

Barang siapa memelihara shalat, Allah memuliakannya dengan 5 hal yaitu dihilangkan darinya kesempitan hidup dan siksa kubur; Allah memberikan padanya kitab pada tangan kanannya; diperjalankan di atas al-shirath seperti kilat; dan masuk surga tanpa penghisaban.
Akan tetapi barang siapa meremehkan shalatnya, Allah mengancamnya dengan 14 macam siksaan. 5 Siksaan diberikan di dunia, 3 siksaan ketika mati, 3 siksaan di dalam kubur dan 3 macam lagi ketika dikeluarkan dari kubur.

Siksa yang diberikan di dunia adalah dicabutnya berkah dari umurnya; dihapuskan tanda orang saleh dari wajahnya; tidakdiberika pahala untuk semua amal baiknya; tidak diangkat doanya ke langit dan tidak mendapat bagian dari doa orang-orang saleh.

Siksa yang diberikan ketika mati adalah kematian dalam kehinaan, kematian dalam kelaparan dan kematian dalam kehausan.

Siksa yang diberikan di dalam kubur adalah disempitkan kuburannya sehingga tulang-tulangnya patah, dinyalakan api dalam kuburnya sehingga ia berguling di dalam bara api itu siang dan malam dan dikerubungi ulat bernama al-syujaa al-aqra’ yang matanya dari api, kukunya dari besi, dan panjangnya sepanjang jarak perjalanan satu hari, suaranya seperti guntur mengelegar. Ia berkata pada mayat, “Tuhanku menyuruhku untuk memukulmu karena disia-siakannya shalat shubuh hingga terbit matahari. Aku memukulmu karena disia-siakannya shalat zuhur hingga tiba waktu ashar. Aku memukulmu karena disia-siakannya shalat ashar hingga tiba waktu maghrib. Aku memukulmu karena disia-siakannya shalat maghrib hingga tiba waktu isya’. Aku memukulmu karena disia-siakannya shalat isya’ hingga terbit waktu fajar. Setiap dipukul satu pukulan orang itu terbenam ke dalam bumi sedalam 70 hasta. Ia terus menerus disiksa hingga hari kiamat.

Adapun siksa yang diberikan ketika dikeluarkan dari kubur adalah di tempat perhentian hari kiamat dengan kerasnya penghisaban, kemurkaan Tuhan dan masuk neraka.

Naudzubillaahi min dzalik, semoga kita termasuk golongan umat yang menegakkan dan memelihara shalat kita sehingga kita menjadi umat yang terhindar dari segala siksa yang disebutkan dalam sabda baginda nabi di atas……

Kamis, September 10, 2009

Pelajaran dari Kisah Ramayana

Sebagian dari kita tentu mengenal kisah Ramayana, yang konon ditulis oleh Resi Walmiki. Sindhunata menuliskan kisah Ramayana ini dalam bukunya yang berjudul “Anak Bajang Menggiring Angin” (diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1983).

Aku selalu merasa sedih dan menyesal setiap membaca bagian akhir dari buku itu. Rahwana sudah dibinasakan, Sinta sudah diselamatkan. Tapi Rama tetap menyangsikan kesucian Sinta.

Sinta : Rama, ketahuilah, tahun-tahun telah berlalu, belum sekecap aku menikmati kebahagiaan bersamamu. Aku telah ditakdirkan untuk menderita, penderitaan telah menjadi hidupku. Demikian penderitaan telah menjadikan aku, sampai aku sendiri telah menjadi penderitaan itu. Penderitaan itu telah membuatku tak berdaya untuk meraih kemuliaan, bahkan andaikata aku berdaya, aku tak berani membayangkan kemuliaan itu, karena kemuliaan itu bukan milikku. Tapi aku percaya Rama, karena penderitaankulah maka kemuliaan menjadi milikmu. Sebagai wanita aku hanya ingin menumpang pada kemuliaanmu. Memang demikianlah nasib wanita, ia hanya layak untuk menumpang pada kebahagiaan dan kemuliaan lelakinya, meski untuk menumpang itu saja ia harus menderita dan hidup celaka..

Rama : Sinta, cukup sudah segala kata-katamu. Sekarang buktikanlah kesucianmu. Kalau kau berani membuktikannya terjunlah ke dalam api yang kusediakan bagimu. Dan bila kau memang suci belum terjamah oleh Rahwana sedikit jua, takkan api menelanmu sampai binasa...

Laksmana: Rama, urungkan niatmu. Seharusnya keraguanmu sendiri yang harus dimurnikan oleh kesucian kekasihmu...

Sugriwa: Apa artinya pengorbanan kami selama ini kalau akhirnya kami mesti menyaksikan kesedihan ini. Tak terbayangkan oleh bangsa kera bahwa di dunia ini ada wanita seluhur Dewi Sinta. Mengapa manusia tak pernah puas akan apa yang sebenarnya telah menjadi miliknya?....

Wibisana: Rama, jangan kau menyia-nyiakan milikmu yang berharga seperti Dewi Sinta ini...

Trijata: Tak terbayangkan oleh hamba, paduka masih tega untuk meragukan pengorbanan dan kesucian Dewi Sinta junjungan hamba...

Anoman: Paduka, cincin paduka menyala ketika dikenakan di jari manis kekasih paduka. Tapi ingatlah paduka, permata Dewi Sinta tak menyala terang ketika paduka kenakan di dada paduka. Tidakkah keraguan paduka sendiri yang menuduh paduka, sampai paduka tidak tahan lalu melemparkan tuduhan itu pada kekasih paduka yang tak bercela?....

Sinta : Rama, sediakan api itu bagiku. Aku akan terjun ke dalamnya, karena memang demikianlah kehendakmu. Aku telah berbuat segala-galanya demi dirimu, mengapa aku takut akan api yang hendak menguji kesucianku? Rama, tak hendak aku membuktikan kesucianku, karena sejak pertama kali bertemu denganmu tak pernah aku menodai kesucian itu. Semata-mata aku hanya hendak menunjukkan betapa aku mencintaimu...

Maka disulutlah tumpukan kayu, api berkobar-kobar ke angkasa. Dalam sekejap Sinta tertelan dalam warna merah yang menyala-nyala.

Kera-kera menutup matanya tak tega menyaksikan api yang menyala di tengah kesucian itu. Para wanita berteriak, memohon para dewa melindungi kesucian itu. Para bidadari menitikkan air mata agar air mata itu dapat memadamkan api. Awan-awan sedih menghitam, merendah ingin menjatuhkan hujannya. Samudra melarikan ombaknya ke tepi daratan memaksa diri untuk melimpahkan airnya ke jilatan api yang membakar kesucian. Tapi api tak juga padam, Sinta makin tenggelam dalam bara yang menghanguskan.

Tapi anak-anak kera dan anak-anak raksasa bermain riang bersama. Mereka telah kehilangan ayah-ayah mereka yang mati dalam peperangan. Tapi tiada kesedihan, dendam dan permusuhan pada mereka. Dan mereka tiada peduli dengan api yang menghanguskan Sinta. Kegembiraan mereka seakan mengejek kisah Rama Sinta dan riwayat yang dialami orang tua mereka ternyata hanyalah mimpi yang berakhir dengan kesia-siaan belaka.........

Rabu, September 09, 2009

Anjing dan Sepotong Daging

Seekor anjing tengah berjalan riang sembari membawa sepotong daging yang segar. Ia merasa sangat bahagia, bahkan sombong dengan apa yang dimilikinya. Tatkala ia menyeberangi sebuah jembatan, di air dia melihat seekor anjing lain sedang menggigit daging yang tampak lebih besar daripada yang ada di mulutnya. Seketika perasaan riangnya hilang karena tertutupi rasa iri untuk meraih daging yang lebih besar itu. Maka ia membuang daging di mulutnya dan terjun ke sungai untuk merenggut daging itu. Namun alih-alih mendapatkan daging yang lebih besar, badannya basah kuyup dan letih karena harus berenang menuju tepian.

Tidak lama kemudian seekor gagak menyambar daging itu dan terbang jauh. Sementara itu sang anjing melangkah gontai meninggalkan jembatan dan sungai itu. Sambil menarik nafas panjang ia mengeluh, ”Celakalah diriku. Kerakusan telah menyesatkanku. Aku membuang yang sedikit karena menginginkan yang banyak, sehingga tidak mendapatkan keduanya”.

.......banyak sekali orang yang melepaskan esensi hanya untuk mengejar bayangan........

(diambil dari Fabled Wisdom for modern life, ditulis oleh Nia Kurniawati –Dedeh Sri Ulfah, Progressio, Bandung)

Smile

Hampir jam 12 malam dan belum bisa tidur juga. Pertengahan bulan Ramadhan ini aku merasa makin dekat dengan Allah. Banyak kekhawatiran, kesedihan, kegelisahan, ketakutan dan bermacam-macam persoalan kuadukan padaNya, dan rasanya hatiku menjadi lapang. Keadaan papiku yang sedang sakit, persoalan dik Salman, dan luka hati, sejenak serasa terlupakan. Allah melapangkan hatiku melalui syair lagu Nat king Cole yang kudengar dari radio di malam yang larut ini.....

Smile though your heart is aching
Smile even though it's breaking
When there are clouds in the sky, you'll get by
If you smile through your fear and sorrow
Smile and maybe tomorrow
You'll see the sun come shining through for you

Light up your face with gladness
Hide every trace of sadness
Although a tear may be ever so near
That's the time you must keep on trying
Smile, what's the use of crying?
You'll find that life is still worthwhile
If you just smile

Smile, kali memang benar dengan tersenyum kita dapat menyadari kalau hidup pemberian Allah ini memang sangat berharga untuk diisi dengan hal-hal yang berharga pula….

Selasa, September 08, 2009

MEMBUAT TABLET DENGAN KECEPATAN DISOLUSI ZAT AKTIF MAKSIMUM (Bagian 2 dari 3 Tulisan)

Ini lanjutan dari tulisanku Senin yang lalu. Mestinya tak posting hari Senin kemarin tapi karena sibuk di tempat kerja trus malamnya ngantuk jadi baru Selasa ini dipostingnya....


FORMULASI TABLET

Bahan Pengisi
Kecepatan disolusi zat aktif dari sediaan tablet dapat dipengaruhi oleh bahan pengisi tablet yang digunakan. Pemakaian amilum sebagai bahan pengisi dengan konsentrasi 5-20% diketahui dapat meningkatkan kecepatan disolusi zat aktif karena adanya amilum berfungsi juga sebagai disintegran. Bila waktu hancur lebih cepat dapat diharapkan kecepatan disolusi juga meningkat. Underwood dan Cadwallader meneliti kemampuan beberapa jenis amilum dalam meningkatkan disolusi zat aktif dari sediaan tablet, dan hasilnya adalah kemampuan meningkatkan disolusi pada amilum kentang >amilum jagung>amilum garut (ararut)> amilum beras , bila pengujian disolusi menggunakan pengaduk tipe ‘stirring’. Sedangkan bila digunakan pengaduk tipe ‘oscillating’ maka kemampuan meningkatkan kecepatan disolusi pada amilum jagung>amilum beras>amilum garut>amilum kentang.

Disintegran
Disintegran adalah bahan yang digunakan untuk memecahkan tablet bila tablet terpapar pada lingkungan berair. Pemilihan disintegran yang baik umumnya akan mengantar pada peningkatan kecepatan disolusi. Secara umum dikenal enam golongan disintegran yaitu golongan amilum, ‘clay’, selulose, alginat, ‘gum’ dan lain-lain. Dari enam golongan itu ada yang dikenal dapat dipakai luas untuk berbagai macam zat aktif dan memberi waktu disintegrasi yang cukup pendek. Disintegran itu antara lain sodium starch glycolat (Primojel/Explotab), Starch 1500 (keduanya ini dari golongan amilum dengan beberapa modifikasi) dan Ac-Di-Sol yaitu sutu bentuk ‘crosslink’ dari karboksimetilselulosa natrium.Agar dapat membantu meningkatkan kecepatan disolusi harus dipilih disintegran yang memeberikan waktu hancur yang singkat tetapi juga cocok untuk zat aktif yang digunakan.

Lubrikan
Fungsi utama lubrikan adalah untuk mengurangi friksi pada antar partikel dan antara permukaan tablet dan dinding die selama pencetakan. Seringkali lubrikan juga berfungsi sebagai antiadherent dan glidan. Antiadherent itu untuk mencegah perlengketan ke punch dan dinding die. Sedang glidan untuk memperbaiki aliran granul/serbuk. Pemakaian lubrikan dan waktu pencampurannya yang tidak tepat dapat menurunkan efektivitas disintegran. Lubrikan hidrofobik seperti magnesium stearat akan membentuk film hidrofobik yang tipis di sekeliling eksipien tablet sehingga mencegah penetrasi air melewati pori tablet dan menunda disintegrasi tablet, dan biasanya hal ini dapat berpengaruh pada kecepatan disolusi zat aktifnya. Karena itu pemakaian lubrikan harus dalam jumlah yang tepat dan waktu pencampurannya dengan seluruh eksipien (serta zat aktif) harus dalam waktu yang tepat pula agar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap waktu hancur dan disolusi zat aktifnya. Sebaliknya Natrium Laurilsulfat bila digunakan sebagai lubrikan akan meningkatkan kecepatan disolusi zat aktif. Hal ini terutama karena natrium lauril sulfat meningkatkan pembasahan dan penetrasi pelarut ke dalam tablet dan granul sebagai akibat dari turunnya tegangan permukaan antara permukaan partikel tablet dan pelarut (media disolusi).
Umumnya dengan evaluasi berbagai faktor, golongan logam stearat (magnesium/kalsium/natrium) paling baik digunakan sebagai lubrikan asalkan dalam jumlah kecil (<1%) dan dicampur dengan matriks (bahan-bahan) tablet dalam waktu yang cukup singkat. Tetapi bila bila karakteristik disolusi dari zat aktif yang hidrofobik sangat ingin ditingkatkan maka bisa digunakan surfaktan seperti natriun lauril sulfat sebagai lubrikan.

Bahan Pengikat
Bahan pengikat adalah zat yang ditambahkan untuk menambah kohesivitas atau kualitas ikatan dari serbuk bahan tablet untuk menjamin tablet tidak mudah pecah sesudah pencetakan. Bahan pengikat digunakan pada tablet yang dibuat dengan metoda granulasi basah.Yang termasuk bahan pengikat adalah larutan gelatin, amilum, gula, gum alam (akasia, tragakan) dan gum sintetik (polietilen glikol, polivinilpirolidon, veegum dan karboksimetilselulosa).
Metoda granulasi basah diketahui dapat meningkatkan kecepatan disolusi zat aktif yang kurang larut dengan cara membuat permukaan partikel menjadi lebih hidrofilik. Solvgang dan Finholt meneliti disolusi granul fenobrbital, fenasetin dan prednisolon lebih baik dibanding disolusi serbuknya. Disamping itu terbukti bahwa disolusi tablet hasil pencetakan granulnya juga lebih baik dari disolusi granulnya. Hal ini disebabkan oleh karena tablet menjadi lebih mudah terbasahi dan kenyataan bahwa adanya deformasi granul selama pencetakan meningkatkan luas permukaan sehingga pembasahan menjadi lebih efektif lagi. Pemilihan bahan pengikat harus disesuaikan dengan zat aktif dan dalam jumlah tepat agar diperoleh kualitas pengikatan yang diinginkan tetapi tidak mempengaruhi kualitas disintegrasi tablet dan disolusi zat aktifnya.

Zat Tambahan Lain
Zat tambahan lain di sini misalnya adalah surfaktan, zat pewarna dan komponen salut. Ada kalanya dalam formula tablet ditambahkan surfaktan terutama untuk tablet yang memiliki sifat permukaan hidrofobik dan kelarutan kecil. Penambahan dalam jumlah kecil (Penambahan dalam jumlah besar (>harga konsentrasi misel kritik) surfaktan berfungsi untuk meningkatkan kelarutan zat aktif dengan cara membentuk misel dengan zat aktif sehingga hal ini akan meningkatkan disolusi juga.

Ada kalanya tablet perlu diberi warna sehingga dalam formulanya ditambahkan zat warna yang larut air. Kadang-kadang adanya zat warna ini dapat menurunkan kecepatan disolusi zat aktif . Hal ini terjadi pada disolusi Sulfatiazol yang diketahui menurun dengan adanya FD&C Blue No.1. Efek pengurangan disolusi ini disebabkan oleh molekul zat warna teradsorpsi pada permukaan partikel zat aktif sehingga mengahalangi disolusinya. Karena itu perlu kehati-hatian pada penambahan zat warna pada formula tablet agar tidak terjadi pengaruh pada kecepatan disolusi zat aktifnya.

Komponen salut khususnya shellac (selulosa asetat ftalat) dapat memberi pengaruh yang signifikan pada kecepatan disolusi zat aktif dari tablet salutnya. Tetapi biasanya efek ini lebih disebabkan karena waktu hancur dan kelarutan zat salutnya daripada tablet intinya.

....to be continued next Monday ya......

Sabtu, September 05, 2009

I Cry

Sometimes when I'm alone I Cry,
Cause I am on my own.
The tears I cry are bitter and warm.
They flow with life but take no form
I Cry because my heart is torn.
I find it difficult to carry on.
If I had an ear to confide in,
I would cry among my treasured friend,
but who do you know that stops that long,to help another carry on.
The world moves fast and it would rather pass by.
Then to stop and see what makes one cry,
so painful and sad.
And sometimes...
I Cry
and no one cares about why.


(By: Tupac Shakur)

Selasa, September 01, 2009

Give Me Strength

This is my prayer to thee, my lord,
strike, strike at the root of penury in my heart.
Give me the strength lightly to bear my joys and sorrows.
Give me the strength to make my love fruitful in service.
Give me the strength never to disown the poor or bend my knees before insolent might.
Give me the strength to raise my mind high above daily trifles.
And give me the strength to surrender my strength to Thy will with love.


(By: Rabindranath Tagore 1861-1941)

Tulisan ini mestinya diposting hari Sabtu yang lalu, tapi karena aku sibuk nengok papiku yang sakit di Solo, baru sekarang diposting....

MEMBUAT TABLET DENGAN KECEPATAN DISOLUSI ZAT AKTIF MAKSIMUM (Bagian 1 dari 3 Tulisan)

PENDAHULUAN

Disolusi secara umum didefinisikan sebagai proses melarutnya zat padat (dalam zat cair). Sedangkan tablet menurut Farmakope Indonesia edisi ketiga adalah sediaan padat, kompak, berbentuk silinder putih dengan kedua permukaan rata atau cembung, mengandung dalam jumlah tertentu satu atau beberapa jenis zat aktif dengan atau tanpa zat tambahan.

Disolusi zat aktif dalam sediaan tablet secara umum dipengaruhi oleh faktor yang menyangkut keadaan tablet itu sendiri dan faktor yang berhubungan dengan peralatan disolusi dan parameter pengujian disolusi.

Faktor yang mempengaruhi disolusi zat aktif dalam sediaan tablet yang menyangkut keadaan tablet itu sendiri meliputi:
a. Sifat-sifat fisikokimia zat aktif itu sendiri
b. Formulasi Tablet (pemilihan pengisi, pengikat, disintegran, lubrikan, zat tambahan lain)
c. Proses Pembuatan (metoda granulasi, gaya kompresi)

Faktor yang mempengaruhi disolusi zat aktif dalam sediaan tablet yang menyangkut peralatan dan parameter pengujian disolusi meliputi:
a. Pengadukan dan kecepatan pengadukan
b. Media disolusi (jenis, pH, viskositas, volume,’sink condition’, deaerasi, suhu dan tegangan permukaan)

Tulisan ini hanya membahas faktor yang mempengaruhi disolusi zat aktif dalam sediaaan tablet yang menyangkut keadaan tablet itu sendiri, dan pemilihan bahan untuk formulasi sehingga diperoleh tablet dengan kecepatan disolusi yang maksimum secara teoritis.

SIFAT-SIFAT FISIKOKIMIA ZAT AKTIF

Kelarutan Zat Aktif:
Kelarutan zat aktif (dalam media air) memegang peranan penting dalam disolusi. Sesuai dengan Rumus Noyes and Whitney yang dimodifikasi sebagai berikut:

R = dc/dt = k.DS/vh . [Cs – Ct] = k1 [Cs – Ct]

pada keadaan ‘sink condition’ persamaan di atas menjadi:
R = k2.Cs

Dimana R = kecepatan disolusi; D=koefisien difusi; S=total luas permukaan partikel ; v=volume media disolusi; h= tebal lapisan difusi; sedangkan k, k1 dan k2 adalah konstanta disolusi pada masing-masing persamaan di atas.



Dari persamaan R = k2 Cs bila dibuat plot antara R dan Cs harus diperoleh garis lurus dengan kemiringan = k2.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Hamlin, et al, pada 45 jenis zat dengan kelarutan yang berbeda disimpulkan bahwa kecepatan disolusi berbanding lurus dengan harga kelarutannya (dalam medium yang sama). Dan secara matematis ditemukan hubungan R = 2,24.Cs, yang berarti kecepatan disolusi berbanding lurus dengan 2,24 kali harga kelarutannya. Jadi kecepatan disolusi akan makin besar pada zat aktif yang harga kelarutannya dalam medium disolusi makin besar.

Pembentukan Garam:
Pembentukan garam merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan dalam usaha untuk meningkatkan kelarutan zat dan kecepatan disolusinya. Hasil studi yang dilakukan oleh Nelson menunjukkan bahwa kecepatan disolusi beberapa asam lemah lebih rendah dibanding kecepatan disolusi garam dari asam-asam lemah tersebut. Karena itu bila dalam formulasi sediaan tablet memungkinkan untuk memilih zat aktif dalam bentuk garamnya, maka ada kemungkinan akan diperoleh kecepatan disolusi yang lebih tinggi.

Ukuran Partikel:
Seperti diketahui kelarutan suatu zat bergantung pada ukuran partikel zat tersebut. Persamaan Ostwald-Freundlich sebagai menyatakan:
ln S sebanding dengan 1/r


dimana S adalah kelarutan zat dan r adalah jari-jari ukuran partikel. Jadi log naturalis kelarutan berbanding terbalik dengan ukuran partikel. Bila ukuran partikel makin kecil (jari-jari kecil) maka harga ln S akan makin besar maka S (kelarutan) akan makin besar juga. Bila kelarutan makin besar maka diharapkan kecepatan disolusi akan bertambah besar pula. Karena itu untuk meningkatkan kecepatan disolusi zat aktif dari tablet bila memungkinkan perlu dilakukan pengecilan ukuran partikel zat aktif sampai tingkat yang mikro. Pengecilan partikel secara ekstrem ini tidak dapat dilakukan secara milling biasa tetapi harus dengan metoda khusus seperti mendispersikan zat aktif dalam pembawa yang larut air seperti larutan PVP.

Keadaan Kristal:
Karakteristik keadaan padat zat aktif seperti amorfisitas, kristalinitas, keadaan hidrasi, solvasi dan struktur polimorfik diketahui memberi pengaruh pada kecepatan disolusi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bentuk anhidrat memiliki kelarutan yang lebih tinggi daripada bentuk hidratnya, hal ini terbukti pada ampisilin, kalsium sulfat dan teofilin, yang bentuk anhidratnya memiliki kelarutan lebih besar dari bentuk hidratnya, dengan demikian kecepatan disolusinya juga lebih tinggi dari bentuk hidratnya.

Polimorfisme:
Polimorfisme pada zat aktif diketahui potensial memberi perbedaan kecepatan disolusi pada setiap bentuk polimorfnya. Biasanya bentuk-bentuk polimorf memberi kecepatan disolusi lebih baik daripada bentuk stabilnya. Karena itu dalam usaha untuk meningkatkan disolusi zat aktif, bila memungkinkan dipilih bentuk polimorf yang diketahui memberikan kecepatan disolusi terbesar.

....to be continued next Monday ya......