Jumat, November 20, 2009

Peran Metabolisme Dalam Kimia Medisinal

Tulisan ini sebenarnya jatah posting Senin kemarin, tetapi karena kemarin pabrik tempatku bekerja (terpaksa) libur karena kena jatah mati lampu dari PLN dan aku kecapekan berenang dan nglencer kesana-kemari, jadinya tulisan ini nggak keposting.

Topik tulisan ini sebenarnya bukan bidang yang khusus aku geluti, tapi dari dulu aku menaruh minat pada pengetahuan ini dan perkembangannya. Ini aku share di sini siapa tau dia antara anda ada yang tertarik membaca dan mendapatkan manfaat darinya....

Yang dimaksud dengan metabolisme adalah suatu proses modifikasi suatu senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel. Metabolisme obat dengan demikian berarti proses modifikasi senyawa obat secara biokimia di dalam tubuh atau sel.
Kimia Medisinal secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perancangan senyawa obat.


Perkembangan awal dalam kimia medisinal erat hubungannya dengan beberapa prinsip praduga, isolasi, determinasi struktur dan sintesa obat-obatan yang berasal dari alam nabati. Beberapa contoh penemuan dan perkembangan pada era ini antara lain pada tahun ahun 1820-1945 terjadi isolasi, penemuan struktur kimia dan dilakukan sintesis terhadap senyawa obat quinin. Pada tahun 1805-1968 morfin berhasil diisolasi dari opium oleh F.W.A. Serturner dan diberi nama oleh Gau-Lussac. Selain itu kodein yang dibuat dari bahan dasar morfin berhasil diisolasi oleh Robinquet. Pada tahun 1867-1926 ditemukan Asetilkholin, dilakukan sintesisnya dan diketahui kerjanya sebagai vasodepresor dan sebagai neurotransmiter.

Perkembangan selanjutnya dari kimia medisinal adalah era sintesis senyawa yang sederhana dari suatu senyawa obat yang bermolekul tinggi maupun kompleks. Dalam fase ini perkembangan kimis medisinal sukar dibedakan dengan kimia organik. Zaman keemasan (1940-1960) dalam penemuan beberapa senyawa obat dengan berbagai strategi percobaan berakhir karena tragedi Talidomid (yang belakangan diketahui bersifat teratogen, ibu hamil yang mengkonsumsi Talidomid melahirkan bayi dengan cacat lahir tanpa kedua tangan atau kaki)..

Setelah tragedi Talidomid muncul era yang ditandai dengan rasa pesimis dalam sintesa senyawa obat, baik dalam industri maupun dalam dunia penelitian. Hal ini disebabkan karena selain memberi efek farmakologi (efek sebagai ’obat’), struktur senyawa obat yang baru disintesis atau ditemukan seringkali memberikan efek toksis (racun), karsinogen (pemicu kanker) dan teratogen (potensial memberikan kecacatan pada bayi dalam kandungan). Dan hal ini juga memperlemah kemauan untuk melakukan sintesa secara acak. Di masa itu perkembangan obat baru tersendat-sendat.

Pada masa itu para ahli berpaling untuk lebih mempelajari metabolisme obat dalam tubuh. Mempelajari metabolisme obat dalam tubuh berarti mempelajari struktur obat dalam keadaan aktif, keadaan obat dalam keadaan tidak aktif, metabolit hasil metabolisme obat, mekanisme kerja obat, pengetahuan tentang enzim, struktur obat dengan reseptor dan lain-lain. Mempelajari metabolisme obat dengan lebih intensif ini ternyata memacu perkembangan kimia medisinal dengan lebih cepat. Tentu saja hal ini juga karena didukung oleh kemajuan di bidang kimia fisika dan kimia organik, pemakaian komputer yang banyak memberi kemudahan serta kemajuan dalam metoda analisis seperti kromatografi, radioimunoassay, spektroskopi massa, kristalografi dengan sinar x dan resonansi magnetik inti.

Beberapa contoh perkembangan itu antara lain:
a. Dengan mengetahui kombinasi kekuatan sifat fisika, kimia fisika organik, kimia bioorganik, dan teori reseptor (semua ini terkait dalam mempelajari metabolisme obat) serta teknik perancangan obat secara kuantitatif memberi hasil dengan ditemukannya ‘histamine H2¬ blocker’ yaitu suatu senyawa yang memblok secara kompetitif reseptor H2 histamin, bekerja dengan menghambat sekresi asam basal dan sekresi asam yang distimulasi oleh histamin (golongan obat ini adalah simetidin, famotidin, ranitidin ). Hal ini mengatasi masalah yang dialami oleh banyak pasien mag.
b. Diketahuinya teori enzim-inhibitor yang memacu perkembangan penemuan obat enzim inhibitor tersebut, misalnya asam klavulanat atau tazobactam yang merupakan inhibitor dari enzim beta-laktamase.
c. Diketahui khasiat dan struktur hormon-hormon yang dapat dikembangkan lagi dengan sintesisnya yang memacu munculnya beberapa macam obat kontrasepsi.
d. Diketahui senyawa-senyawa imunostimulator dan imunosupresiv secara drastis telah menghilangkan kehampaan harapan kita dalam menghadapi penyakit yang ditimbulkan oleh virus dan kelainan sistem imum dalam tubuh kita.

Jadi dapat disimpulkan pengetahuan dan pemahaman tentang proses metabolisme ternyata memacu perkembangan kimia medisinal dengan lebih cepat. Dengan mempelajari segala sesuatu tentang metabolisme para ahli kimia medisinal mendapatkan banyak sumber ide untuk rancangan penemuan obat-obat yang baru yang didasarkan dari pengetahuan tentang struktur obat yang aktif maupun tidak aktif, mekanisme kerja obat dan interaksinya dalam tubuh, teori tentang reseptor dan lain-lain...........

Tiap Orang Memikul Dosanya Sendiri

QS Al-Israa’ (17) : 13-15

13. Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.

14. “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”.

15. Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah) maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul……

Kamis, November 19, 2009

Wawancara Kerjo Ndhik Suroboyo....

Ini hari Kamis, saatnya aku menulis yang agak berbau literary, art atau film. Tulisan yang aku posting hari ini dapat aku golongkan dalam ‘yang berbau art’. Maksud detailnya adalah ini seninya cekékékan atau dagelan kalau diungkapkan dalam ‘boso Jowo’. Kadang ungkapan atau percakapan yang dalam ‘boso Jowo’ membuat kita (mestinya kita yang bisa memahami ‘boso Jowo’) terpingkal-pingkal, kalau diterjemahkan dalam bahasa lain misalnya bahasa Indonesia, kadar kelucuan dan kemampuan membuat kita terpingkal-pingkal menjadi berkurang.

Wawancara Kerjo Ndhik Suroboyo ini aku peroleh di milis Kasmaji 83 (Bekas SMA Siji Solo, lulus tahun 83)..... Ini merupakan percakapan antara bagian HRD (G) dengan calon karyawan (a,b,c,d,e,f,h,k,m,n,o...)


G : Kowe nduwe omah opo ora.....?
A : dereng....
G : Wah kowe ora iso ketompo nang kene
a : Lho kok ngaten...... ..?
G : Mengko kowe mesthi ngajukne utang nang perusahaan.
a : Ah.. mboten kok, sak janipun tiyang sepuh kulo niku sampun sugih.
G : Yo malah ora ketompo
a : Lho kok ngaten.....?
G : Mengko kowe kerjo mung nggo hiburan, nongkrang nongkrong ae.

G : Kowe nduwe motor opo ora....?
b : Mboten.
G : Ora ketompo
b : Lho kok mboten ketompo ?
G : Mengko kowe mesthi njaluk bantuan kredit.
b : Sak janipun gadhah, ning tasih ten kampung, gampil mangke kulo beto
ngriki.
G : Wah malah ra ketompo....
b : lho kok ngoten
G : Tempat parkire wis ra cukup.

G : Kowé wis lulus sarjana tenan.....?
c : Sampun pak....
G : Ora ketompo, kéné iki golék sing SMA aé, luwih manutan lan bén mbayaré
murah
c : Sak janipun kulo tasih badhe skripsi
G : Malah ora ketompo.....
c : Lho kados pundi to....?
G : Mengko kowé kerjo mung ngetik skripsi, lék wis lulus mesti golék kerjo
neng perusahaan liyo.

G : Kowé seneng guyon opo ora ?
d : Mboten pak, kulo serius nék nyambut damel.
G: Ra' ketompo.....
d : Waa......kok ngoten?
G : Mengko konco koncomu lan anak buahmu podho stress.
d : Sak jané nggih sekedhik-sekedhik seneng guyon.
G: Malah ora ketompo.
d : Lho kok......
G: Engko kowé mung email-emailan sing lucu.......

G : Kowé mau mréné numpak opo ?
e : Nitih mobil
G : Kowé ora ketompo
e : Sebabipun ?
G : Saiki BBM mundhak terus, mengko kowé njaluk mundhak bayar terus
e : Wo, kulo wau namung mboncèng, kok
G : Tambah ora ketompo
e : Lho, lha kok ... ?
G : Mengko mung gawéné mboncéng mobil kantor. Ngrusuhi !

G : Anakmu akèh opo sithik ?
f : Kathah pak
G : Kowé ora ketompo
f : Sebabipun ?
G : Nyambut gawemu ora jenjem, mung mikir gawe uanaaaaaak terus
f : Lha wong namung anak adopsi, kok.
G : Tambah ora ketompo
f : Lho, lha kok ... ?
G : Gawé anak baé aras2en, opo manèh nyambut gawé

G : Kowé wis ngerti gawéyanmu durung ?
h : Dèrèng
G : Kowé ora ketompo
h : Sebabipun ?
G : Arep nyambut gawé kok ora ngerti gaweyané ?
h : Oo, nèk damelan niku mpun ngertos kok
G : Tambah ora ketompo
h : Lho, lha kok ... ?
G : Kowé rak mung arep keminter, to ?

G : Kowe ngerti kahanan kantor kéné durung
k : Dèrèng
G : Kowé ora ketompo
k : Sebabipun ?
G : Arep nyambut gawé kok ora ngerti kantoré ?
k : Wo, sekedhik2 mpun ngertos kok
G : Tambah ora ketompo
k : Lho, lha kok ... ?
G : Kowé senengané ngudhal-udhal wewadi kantor, to ?

G : Kowé kerep lara ?
m : Mboten
G : Kowé ora ketompo
m : Sebabipun ?
G : Mesthi kerep mbolos, wong arang2 gering
m : Wah, sakjanipun nggih asring
G : Tambah ora ketompo
m : Lho, lha kok ... ?
G : Kantor iki ora nompo karyawan pileren.

G : Kowé biso main Internét ?
n : mBoten
G : Kowé ora ketompo
n : Sebabipun ?
G : Perusahaan ora nompo BI (Buta Internet)
n : Wah, sakjanipun nggih saged
G : Tambah ora ketompo
n : Lho, lha kok ... ?
G : Mesthi ora bakal nyambut gawé, kakèhan dolanan Internet, to?
Ngenték-entekké pulsa !

G : Kowe waras opo ora?
o : Lha, kulo nggih waras to Pak.
G : Ra ketompo..... ..
o : Kenging nopo .....?
G : Mengko kowe mesthi ora krasan neng kene.
o : Niku rumiyin Pak, sakmeniko sampun rodo edan.
G : Malah ra ketompo..... .
o : Pripun to niki....?
G : Mengko aku duwe saingan..... .....

Rabu, November 18, 2009

Orang yang Menghancurkan Kita

Si Penulis Buku best seller, The Monk Who Sold His Ferari, si botak keren Robin Sharma menulis di bukunya yang lain, The Greatness Guide,

Orang atau lingkungan yang menghancurkan kekuatan anda memiliki nilai yang luar biasa. Mereka menyibak keyakinan anda yang terbatas, ketakutan-ketakutan anda, asumsi-asumsi anda yang salah. Berterima kasihlah pada orang yang menghancurkan anda atas hadiah yang mereka berikan.....
..............
Apresiasi setelah membaca pernyataan itu:
Hari pertama : What? No way lah yauw....
Hari Kedelapan : Not so wrong, I find the stronger ‘new me’ now….
Hari Ke sekian : Well, thanks anyway. Life is so precious, it should not be filled with despair, it should be filled with best, useful, inspiring steps and activities……

Selasa, November 17, 2009

Betapa Cepat Waktu Berlalu…..(1)

Beberapa hari yang lalu aku tidur lebih awal karena merasa tidak enak badan. Dan terbangun sedikit lewat tengah malam. Suasana rumah begitu sepi. Aku keluar kamar, di ruang tengah aku mendengar bunyi napas teratur, anak sulungku, Lia, tertidur di sofa di dekat komputer dengan buku-buku kuliah yang barusan digunakan untuk mengerjakan tugas kuliahnya berserakan di lantai. Beberapa ekor nyamuk gendut menclok di pahanya yang terbuka. Kupandangi dia. Gen bapaknya mengalir dominan sekali pada dirinya. Kemiripan wajah membuat semua orang tidak heran kalau dia anak Herlan. Kebiasan-kebiasaannya juga banyak miripnya, seperti kebiasaan tidur di sembarang tempat di rumah, di sofa, di kamar adeknya atau bahkan di sajadah tempat dia shalat. Anak perempuanku satu-satunya. Tinggi dan besar badannya sudah melebihi aku. Ukuran baju dan celananya pun sudah lebih besar dariku. Fisiknya juga menurun dari gen bapaknya.....

Kuambil selimut di kamar Salman dan kuselimuti dia. Dalam hati aku mengucap ’alhamdulillah’ berulang-ulang. Allah telah mengamanahkan dia padaku. Betapa cepat waktu berlalu....Masa kecilnya terasa begitu singkat. Dia cerdas, itu sudah kelihatan dari kecil. Ingatannya kuat, dia bisa menghapal banyak lagu anak-anak, umur 3 tahun, di Bandung, sudah mau ikut belajar di Taman Pendidikan Al Qur’an. Kupikir dia akan mudah bosan, ternyata di luar dugaanku, dia mulai bisa menghapal surat-surat pendek. Umur 4 tahun dia mulai bisa membaca. Aku mulai mengajarkan huruf kapital kepadanya, dalam waktu singkat dia bisa membaca bahkan huruf kecil juga. Semua buku dibacanya, bahkan buku-buku pelatihan di Telkom milik bapaknya...(di situ aku baru menyadari anakku yang baru 4 tahun sudah bisa membaca kata restrukturisasi dengan benar...). Kesukaannya membaca ini pernah membuat malam-malamku dengan Herlan menjadi nightmare, karena tiap malam kami berdua dipaksanya mendengarkan apa yang dibacanya sampai dia tertidur karena kecapaian.

Kelas 6 SD di Surabaya, di luar dugaanku dia lolos beberapa kali seleksi dan menjadi pelajar teladan ke dua tingkat Kodya Surabaya. Mendaftar SMP Negeri 5 Bandung dan diterima, malah lolos seleksi program akselerasi, hingga lulus SMP selama 2 tahun saja. Iseng-iseng mendaftar beasiswa SMA di Singapura, dipanggil tes seleksi di Hotel JW Marriot dan Le Meridien Jakarta, dan akhirnya dinyatakan lolos seleksi (18 orang diterima dari 1000 an orang yang ikut seleksi awal) tinggal tes kesehatan dan berangkat, tapi akhirnya dia ogah berangkat (dan ini sempat membuat bapaknya sangat kecewa...), dengan alasan belum siap jauh dari rumah dan ibu.... Di SMA maunya main dulu, nggak mau serius-serius belajar. Akibatnya di SMA ini begitu banyak konconya. Hingga saat akhir SMA masih bingung mau milih jurusan apa saat kuliah nantinya. Ikut USM I ITB dan ternyata nyangkut di STEI ITB. Dan ujung-ujungnya memilih jurusan telekomunikasi kayak bapaknya....

Lia menggaruk-garuk pahanya yang digigit nyamuk. Aku menghela napas menyadari alangkah cepat waktu berlalu... Rasanya baru kemarin aku menggendong bayinya di Palembang, mengajaknya mengunjungi bapaknya di Munchen dan mengajaknya berlari-lari di taman di Goethe Platz, menyanyi lagu ’Siluman Ular Putih’ bersamanya, memenuhi panggilan guru TK nya ke sekolah karena dia mengamuk karena digangguin temannya, menjahit sendiri baju-bajunya karena baju ukuran anak di Matahari Dept Store pun tak ada yang muat bagi badan bongsornya.... Sekarang dia sudah dewasa, sudah mahasiswa, sudah kuberi kewenangan untuk mengatur kebutuhan dan keuangannya sendiri, sudah sering pulang malam karena mengikuti kegiatan di kampusnya...

Aku mengucap ’alhamdulillah’ lagi dan lagi. Anak ini bukan anak yang sulit dan merepotkan, dari kecil dia menyenangkan dan tidak nakal, sekarangpun dia bisa membantuku ’mengurus’ dua adik laki-lakinya. Bakat bermain musiknya telah begitu sering menghiburku, suara piano atau gitar yang dimainkannya sering membuat hatiku gembira dan perasaanku terasa ’hidup’. Kesadaran untuk menjalankan perintah agamanya sedikit banyak mengurangi kekhawatiranku dengan pergaulan yang tidak betul di luar sana...

Dia diambang kedewasaan. Aku sudah lama tidak memeluknya, tapi aku yakin kami dekat hati. Kami alhamdulillah masih tetap bicara dari hati ke hati. Ketika aku pernah merasa sangat down, dengan sikapnya yang sedikit kaku (tidak selembut adiknya), dia mengatakan padaku,’bu, jangan menyerah dan putus asa...’. Begitu banyak nasihat yang kuberikan padanya, ...jangan mengganggu pria yang sudah berpasangan, baik yang baru pacaran apalagi sudah beristri, karena ibu tidak akan meridloi tindakanmu.... Dia berjanji, aku akan mengingat nasihat ibu. Dia sekarang sering pulang malam, dan sering ku sms dia, ’Lia, kamu sering pulang malam sekarang, tolong jaga keselamatanmu, jaga kehormatanmu....’ Dia mengatakan, insya Allah,.... Secara tidak langsung dia sering menasihatiku juga. Kadang dia memberiku masukan kalau adiknya sudah susah diatur, tulisan-tulisannya sering memberiku kesadaran yang lebih baik mengenai sesuatu. Aku pernah menemukan tulisannya yang nggak selesai....... Memaknai hidup. Oke. Sebenarnya apa definisi dari memaknai hidup? Memaknai hidup, bagi saya berarti mengetahui makna dan tujuan kehidupan. Dengan definisi seperti itu, menurut saya memaknai hidup itu perlu. Mengapa? Karena jika kita tidak tahu apa sebenarnya hidup itu, untuk apa kita hidup, apa yang dicari dalam hidup, maka selama kita hidup, kita hanya akan ‘nyampah’ mengalokasikan waktu di kehidupan kita yang singkat ini untuk hal-hal yang tidak berguna........ Aku mengakui kebenaran tulisannya itu.
Belum berapa lama ini dia menulis di Fbnya....orang bodoh enggan memaafkan maupun melupakan kesalahan, orang naif selalu siap memaafkan dan melupakan kesalahan, orang bijak mau memaafkan tapi tidak melupakan kesalahan......Entah kulakan dari mana kata-kata itu, tapi sekali lagi aku mengakui kebenarannya, dan itu mendorongku untuk memaafkan meskipun tidak pernah melupakan kesalahan....

Dia amanah Allah buatku. Aku ingin mengantarnya sampai gerbang kedewasaan, sampai dia mengambil keputusan untuk mengembangkan kehidupan dan keluarganya sendiri. Selama Allah memberiku umur dan kesehatan yang baik, aku ingin mendampinginya atau melihat keluarganya bertumbuh, akupun ingin jadi ibu yang membuatnya bangga, ibu yang akan selalu dikenangnya dan dapat terus dapat menghibur dan membesarkan hatinya di kala senang dan sedih...... Semoga Allah SWT memberiku kesempatan untuk itu.....

Jumat, November 13, 2009

Al Mumtahanah QS 60 : 8-9

In the name of Allah the Compassionate, the Merciful.

God has not forbidden you to be charitable and just to those
who have not fought you over religion or driven you from your homes, for God
loves the just.

God only forbids you to befriend those who fight you over
religion and drive you from your homes, and back your expulsion; and any who
befriend them are themselves wrongdoers. [60: 8,9]

Kamis, November 12, 2009

Remind it……

This posting was taken from The Book of
Assistance, which is written by Imam ‘Abdallah ibn ‘Alawi Al Haddad, as resumed by Mrs. Iffath Hasan….

Whenever you notice in your soul any laziness in His worship
or inclination to disobedience, remind it that God hears and sees you, and knows your secrets and secret conversation.

If this reminding does not benefit it because of inadequacy of its knowledge of the Majesty of God, remind it of the two noble angels who record good and evil deeds.

If this reminding does not influence it, remind it of the proximity of death, that it is the nearest of all hidden and awaited things; frighten it of its sudden pouncing, whereby if it does come when it is in an unsatisfactory state it will end up in endless perdition.

If this threat is of no use, remind it of the immense reward
which God has promised those who obey Him, and the painful torment with which He has threatened those who disobey Him. Say to it: 'O soul! After death there will be no opportunity to repent, and there will be, after this life, only the Garden or the Fire. Choose, if you will, obedience, the consequence of which is triumph, contentment, immortality in vast gardens, and looking at the Face of God, the Generous, the Beneficent; or else disobedience, the consequence of which is degradation, humiliation, mockery, deprivation, and imprisonment between layers of fire.' Endeavor to cure your soul through such reminders when it neglects obedience and inclines to rebellion, for they are useful medicines for the heart's diseases……

Rabu, November 11, 2009

The Cause of Chandra-Bibit Case

Most of us are now focusing on the case of Chandra-Bibit. I think everybody has his own opinion about the case. I do. I know nothing about politics, conspiracy theory, etc, which may become the background of the case. I am just so sure that the cause is about the heart of the people involved.The Messenger of God, may blessings and peace be upon him, has said: 'In the body there lies a small piece of flesh; when it is good the rest of the body is good also, and when it is corrupt the rest of the body becomes corrupt also: it is the heart.' So, it was begun by the heart that corrupt, and was followed by many activities with politics/conspiracy or another else wrapping.

O, my pity nation, you have so many people, but maybe most of them have the corrupt heart inside them. They corrupt your wealth day by day…….

What must we do? Wise man in The Book of
Assistance said, my brother and sister,you must, improve your inward aspect until it becomes better than your virtuous outer appearance, for the former is the where the gaze of the Real obtains, while the latter is where the envious gaze of creation is to be found. God never mentioned the inward and the outward in His Book without beginning with the inward. And the Prophet used to pray, may blessings and peace be upon him: 'O God! Make my inward better than my outward, and make my outward virtuous.'

When the inward is good the outward is also inevitably so, for
the outward always follows the inward, whether for good or evil…..

Selasa, November 10, 2009

Give thanks for another day of living…..

I post this writing as a note in my FB and tagged this posting to the light of my eyes, Lia, Akbar and Salman,

….no matter how big or soft or warm your bed is, you still have
to get out of it. Do not shorten the morning by getting up late; look upon
it as the quintessence of life, and to a certain extent sacred. If God
added another day to our life, let us receive it gladly. Wake at dawn with
a winged heart and give thanks for another day of living…..

Selasa, November 03, 2009

Perempuan dalam Serat Centhini….

Anda sekalian pernah dengar mengenai Serat Centhini? Serat Centhini ini adalah suatu karya sastra yang digubah sekitar tahun 1815 oleh tiga orang pujangga Kraton Surakarta yaitu Yasadipura 11, Ranggasutrasna, dan
R. Ng. Sastradipura (Haji Ahmad Ilhar) atas perintah K.G.P.A.A.
Amengkunegara II atau Sinuhun Paku Buwana V.
Postingku kali ini tidak akan mengupas tuntas Serat Centhini yang terdiri dari jilid I hingga XXII dan terdiri dari 722 tembang. Aku hanya ingin mengomentari tentang perempuan yang ditulis dalam serat itu.
Serat Centhini menggambarkan sosok perempuan (istri) ideal ibarat lima jari tangan. Ibarat jempol, istri harus pol mengabdi kepada suami. Ibarat telunjuk, istri harus menuruti segala perintah suami. Ibarat panunggul (jari tengah), istri harus mengunggulkan suami bagaimanapun keadaannya. Ibarat jari manis, istri harus selalu bersikap manis. Ibarat jejenthik, istri harus selalu hati-hati, teliti, rajin, dan terampil melayani suami. Mengingat tahun digubahnya Serat itu, gambaran sosok perempuan itu memang cocok untuk peran perempuan Jawa pada masa lalu, yang konon diyakini hanya sebatas lingkup dapur (memasak), sumur (mencuci), dan kasur (melayani suami). Ekstremnya, seperti adagium: yen awan dadi theklek, yen bengi dadi lemek (kalau siang jadi sandal, kalau malam jadi selimut), jika siang hari berperan sebagai pembantu, sedangkan pada malam hari sebagai “penghangat” tubuh suami. Jadi, peran kaum perempuan Jawa tak lebih sekadar kanca wingking yang harus manut, taat, sendika dhawuh, dan rela diperlakukan sesuai kehendak suami; tanpa argumentasi.
Peradaban telah jauh berkembang baik di tanah Jawa maupun dunia. Suatu falsafah kalau diyakini suatu hal yang benar dan adil pada semua pihak, pasti tidak akan berkurang penganutnya. Gambaran Serat Centhini terhadap perempuan ideal yang menjadikan perempuan selalu dalam posisi subordinasi suami telah banyak kehilangan penganut. Mengapa? Ya karena falsafah itu tidak adil pada kaum perempuan. Disamping itu sepertinya falsafah itu menjadikan perempuan pasif dan cenderung bodoh, dan hal ini ternyata tidak mendukung kemajuan kaum lelaki juga.
Lihatlah kebanyakan perempuan Jawa sekarang, peran mereka (aku yakin) sudah jauh mengalami pergeseran dari yang disebut ideal dalam Serat Centhini itu. Nggak jamannya lagi deh seorang istri hanya hanya menunggu kepulangan sang suami sekadar ingin mencopot sepatu yang diyakini sebagai simbol kesetiaan. Kesempatan memperoleh pendidikan dan pemahaman tentang ajaran agama (Islam) telah banyak mengubah peran itu.
Aku sendiri wanita Jawa dan dalam batas tertentu aku masih mengadopsi nilai-nilai positif dari falsafah Jawa mengenai bagaimana seharusnya etika, kesetiaan, kelembutan wanita. Akan tetapi aku juga sangat ingin menghapus mitos kanca wingking itu. Untuk itu aku berusaha untuk mandiri, memiliki inisiatif, mau belajar untuk menggapai ilmu, kreatif dan berusaha profesional bila berkiprah di sektor publik tanpa harus kehilangan rasa dan naluri sebagai seorang ibu yang perhatian bagi anak-anak dan suami, tetap memiliki kesetiaan, rasa hormat, etika, kelembutan, harga diri dan martabat yang tinggi.
Jadi kelihatan kan bedanya dengan sosok perempuan dalam Serat Centhini yang totally surrender to their husband. I won’t. We’ll face the future together, hand in hand with trust and allegiance, or you can also apart, break the rule and I won’t wait for you, I will be standing here, blessing my life with dignity…..