Jumat, November 20, 2009

Peran Metabolisme Dalam Kimia Medisinal

Tulisan ini sebenarnya jatah posting Senin kemarin, tetapi karena kemarin pabrik tempatku bekerja (terpaksa) libur karena kena jatah mati lampu dari PLN dan aku kecapekan berenang dan nglencer kesana-kemari, jadinya tulisan ini nggak keposting.

Topik tulisan ini sebenarnya bukan bidang yang khusus aku geluti, tapi dari dulu aku menaruh minat pada pengetahuan ini dan perkembangannya. Ini aku share di sini siapa tau dia antara anda ada yang tertarik membaca dan mendapatkan manfaat darinya....

Yang dimaksud dengan metabolisme adalah suatu proses modifikasi suatu senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel. Metabolisme obat dengan demikian berarti proses modifikasi senyawa obat secara biokimia di dalam tubuh atau sel.
Kimia Medisinal secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perancangan senyawa obat.


Perkembangan awal dalam kimia medisinal erat hubungannya dengan beberapa prinsip praduga, isolasi, determinasi struktur dan sintesa obat-obatan yang berasal dari alam nabati. Beberapa contoh penemuan dan perkembangan pada era ini antara lain pada tahun ahun 1820-1945 terjadi isolasi, penemuan struktur kimia dan dilakukan sintesis terhadap senyawa obat quinin. Pada tahun 1805-1968 morfin berhasil diisolasi dari opium oleh F.W.A. Serturner dan diberi nama oleh Gau-Lussac. Selain itu kodein yang dibuat dari bahan dasar morfin berhasil diisolasi oleh Robinquet. Pada tahun 1867-1926 ditemukan Asetilkholin, dilakukan sintesisnya dan diketahui kerjanya sebagai vasodepresor dan sebagai neurotransmiter.

Perkembangan selanjutnya dari kimia medisinal adalah era sintesis senyawa yang sederhana dari suatu senyawa obat yang bermolekul tinggi maupun kompleks. Dalam fase ini perkembangan kimis medisinal sukar dibedakan dengan kimia organik. Zaman keemasan (1940-1960) dalam penemuan beberapa senyawa obat dengan berbagai strategi percobaan berakhir karena tragedi Talidomid (yang belakangan diketahui bersifat teratogen, ibu hamil yang mengkonsumsi Talidomid melahirkan bayi dengan cacat lahir tanpa kedua tangan atau kaki)..

Setelah tragedi Talidomid muncul era yang ditandai dengan rasa pesimis dalam sintesa senyawa obat, baik dalam industri maupun dalam dunia penelitian. Hal ini disebabkan karena selain memberi efek farmakologi (efek sebagai ’obat’), struktur senyawa obat yang baru disintesis atau ditemukan seringkali memberikan efek toksis (racun), karsinogen (pemicu kanker) dan teratogen (potensial memberikan kecacatan pada bayi dalam kandungan). Dan hal ini juga memperlemah kemauan untuk melakukan sintesa secara acak. Di masa itu perkembangan obat baru tersendat-sendat.

Pada masa itu para ahli berpaling untuk lebih mempelajari metabolisme obat dalam tubuh. Mempelajari metabolisme obat dalam tubuh berarti mempelajari struktur obat dalam keadaan aktif, keadaan obat dalam keadaan tidak aktif, metabolit hasil metabolisme obat, mekanisme kerja obat, pengetahuan tentang enzim, struktur obat dengan reseptor dan lain-lain. Mempelajari metabolisme obat dengan lebih intensif ini ternyata memacu perkembangan kimia medisinal dengan lebih cepat. Tentu saja hal ini juga karena didukung oleh kemajuan di bidang kimia fisika dan kimia organik, pemakaian komputer yang banyak memberi kemudahan serta kemajuan dalam metoda analisis seperti kromatografi, radioimunoassay, spektroskopi massa, kristalografi dengan sinar x dan resonansi magnetik inti.

Beberapa contoh perkembangan itu antara lain:
a. Dengan mengetahui kombinasi kekuatan sifat fisika, kimia fisika organik, kimia bioorganik, dan teori reseptor (semua ini terkait dalam mempelajari metabolisme obat) serta teknik perancangan obat secara kuantitatif memberi hasil dengan ditemukannya ‘histamine H2¬ blocker’ yaitu suatu senyawa yang memblok secara kompetitif reseptor H2 histamin, bekerja dengan menghambat sekresi asam basal dan sekresi asam yang distimulasi oleh histamin (golongan obat ini adalah simetidin, famotidin, ranitidin ). Hal ini mengatasi masalah yang dialami oleh banyak pasien mag.
b. Diketahuinya teori enzim-inhibitor yang memacu perkembangan penemuan obat enzim inhibitor tersebut, misalnya asam klavulanat atau tazobactam yang merupakan inhibitor dari enzim beta-laktamase.
c. Diketahui khasiat dan struktur hormon-hormon yang dapat dikembangkan lagi dengan sintesisnya yang memacu munculnya beberapa macam obat kontrasepsi.
d. Diketahui senyawa-senyawa imunostimulator dan imunosupresiv secara drastis telah menghilangkan kehampaan harapan kita dalam menghadapi penyakit yang ditimbulkan oleh virus dan kelainan sistem imum dalam tubuh kita.

Jadi dapat disimpulkan pengetahuan dan pemahaman tentang proses metabolisme ternyata memacu perkembangan kimia medisinal dengan lebih cepat. Dengan mempelajari segala sesuatu tentang metabolisme para ahli kimia medisinal mendapatkan banyak sumber ide untuk rancangan penemuan obat-obat yang baru yang didasarkan dari pengetahuan tentang struktur obat yang aktif maupun tidak aktif, mekanisme kerja obat dan interaksinya dalam tubuh, teori tentang reseptor dan lain-lain...........

Tidak ada komentar: