Alhamdulillah, lebaran tahun ini seluruh anggota keluargaku dapat lengkap berkumpul di rumah orang tuaku di Solo. Kalau kubilang lengkap itu berarti formasinya terdiri dari kedua orang tuaku, aku dan tujuh orang saudara kandungku, suamiku dan ketujuh iparku, ketiga anakku dan 14 orang keponakanku. Momen seperti ini langka terjadi, dulu hanya mungkin terjadi pada saat diantara kami (aku atau saudaraku) ada yang menikah. Sudah beberapa kali lebaran ini adikku yang di Balikpapan tidak bisa berlebaran bersama kami. Tapi tahun ini kami lengkap hadir di hari pertama lebaran dan bergiliran sungkem pada kedua orang tuaku. Papiku yang baru saja mulai pulih dari serangan stroke yang kedua dan ibuku yang makin sepuh tapi alhamdulillah kelihatan sehat, terlihat berbahagia dengan berkumpulnya kami semua. Semoga kebahagiaan itu benar-benar menjadi obat bagi segala penyakit mereka di usia sepuh itu.
Berkumpul dengan formasi lengkap itu tidak sekedar membahagiakan tapi harus diimbangi dengan manajemen yang handal untuk mengatur segala kebutuhan geng sebesar keluargaku itu. Manajemen itu meliputi pengaturan lokasi kamar, pengaturan menu dan pengadaan makan, pengaturan penyediaan minum, pengaturan tugas cuci piring dan bersih-bersih rumah hingga pengaturan jadwal mencuci baju.
Dulu dengan anak sejumlah 8 orang, rumah orang tuaku yang luas rasanya sangat cukup mengakomodasi ruang gerak kami berdelapan. Mau tidur di kamar yang manapun, tidak perlu aturan njelimet. Sekarang dengan 8 pasangan kita dan 17 anak-anak kita, aturan ‘siapa tidur di kamar yang mana’ itu harus disepakati. Biasanya ibuku yang mengatur, kami 8 anak beserta pasangan masing-masing pasti dapat satu buah kamar. Sedangkan anak-anak kami, tidak akan cukup kalau diberikan kamar masing-masing. Oleh karena anak-anak kami belum ada yang berumah tangga makanya anak-naka kami biasanya tersebar di berbagai kamar dan di ruang publik. Pengaturan ini tentu ada baiknya karena anakku dan sepupu-sepupunya tetap bisa lebih akrab. Mereka ada yang tidur di depan TV, di sofa, di kamar tamu dll.
Untuk acara makan, sudah beberapa tahun terakhir ini kita terapkan pengaturan menu yang notabene lebih banyak menu ’beli’ alias tidak memasak sendiri. Hal ini karena masalah kepraktisan dan mencegah ibuku repot dan capek. Untuk tahun ini hari pertama lebaran kami memborong bebek goreng pak Slamet yang kesohor di Solo itu. Hari kedua kami belanja nasi liwet lengkap, hari ketiga kita memilih beli gudeg Yogya mbah Mul di Pasar Klewer, hari keempat dan selanjutnya giliran beli ketengan ada bakso, selat jawa, soto Triwindu, goreng bandeng dll. Pokoknya untuk lauk kita lebih banyak beli. Sedangkan untuk nasi dan minum tetap kita sediakan sendiri. Minum ada aqua dan dispensernya, tapi setiap pagi dan sore kami selalu menyediakan teh anget dalam mug. Ini ritual keluarga kami dari dulu, menikmati teh anget terutama di sore hari. Hebohnya adalah setiap pagi dan sore selain mug teh untuk papi dan ibuku, kami membuat teh dalam 33 buah mug. Masing-masing untuk 8 orang kami dan pasangan kami beserta 17 orang cucu papi dan ibuku. Kayak mau arisan saja kan?
Untuk tugas cuci piring dan bersih-bersih rumah tidak kita atur dengan begitu ketat, tapi alhamdulillah di antara kami ada tenggang rasa dalam hal ini. Kalau belum kebagian biasanya terus ambil bagian. Anak sulungku sudah gadis, jadi pas giliranku aku bisa minta bantuannya. Kebayang gak, sekali kena tugas nyuci, yang dicuci adalah 35 buah piring, 35 buah mug, sendok garpunya juga tempat sayur dan nasinya. Lumayan makan waktu dan tenaga....
Bagaimana dengan jadwal mencuci baju? Ya diatur dengan bijaksana dan penuh tenggang rasa di antara kami, tapi rasanya tidak tenggang rasa terhadap mesin cuci kami (baca: tidak berperimesincucian). Lha gimana, mesin cuci kami yang dua buah itu rasanya tidak berhenti kerja siang dan malam. Kalau pagi ini aku dan adikku yang mencuci, nanti satu jam lagi ganti kakakku dan adikku yang lain, siang nanti giliran saudaraku yang lain, bahkan malam haripun sambil kita bercengkerama masih ada yang nyambi nyuci. Bener-bener menguras tenaga mesin cuci kami...
Itulah gambaran suasana lebaran di rumah orang tuaku di Solo tahun ini. Tahun ini kami tidak bepergian kemana-mana karena kondisi papiku yang tidak memungkinkan diajak bepergian. Tahun-tahun lalu kami ada kalanya bepergian, ke luar kota bersama-sama. Atau nonton film bersama-sama (tahun lalu kami nonton Laskar Pelangi dan membeli 17 buah tiket).
Kadang aku membayangkan, kalau Allah memberiku perkawinan yang langgeng dengan Herlan, dan memberiku usia yang panjang sehingga aku bisa menyaksikan ketiga anakku berkeluarga dan memberiku cucu-cucu yang mengunjungiku di hari lebaran, sepertinya suasananya tidak akan seramai dan seheboh suasana di rumah orang tuaku saat ini. Tapi aku tahu pasti persamaannya, yaitu suasana dan berkumpulnya anak, menantu dan cucu-cucuku akan membuatku bahagia, sangat bahagia. Semoga Allah memberiku kesempatan menikmati masa itu....
Selasa, September 29, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar