Selasa, Juni 16, 2009

Mudik…Mudik…

Dulu ada teman pernah bilang padaku, ‘ngapain sih mudik hari gini? Macet dan tidak praktis, mentalmu kok masih kayak pembokat saja….’. Temanku ini orang Jawa Tengah juga, dia merantau juga, dia juga suka mudik (alias pulang kampung), tapi nggak pas dalam suasana idul fitri seperti kebanyakan saatnya orang mudik.

Meskipun tidak terlalu terpengaruh, aku pernah juga berpikir untuk tidak mudik, Itu terjadi saat anak-anakku masih kecil. Kalau mudik meskipun pakai kendaraan sendiri, kalau jalanan macet mereka suka rewel di jalan. Tapi sejauh ini tiap idul fitri kami sekeluarga selalu mudik ke Solo. Rasanya selama aku berumah tangga hanya sekali atau dua kali aku tidak mudik, pertama saat aku hamil tua anak pertamaku di Palembang, tahun 1991. Anak pertamaku lahir pas di hari lebaran itu. Yang kedua kalau tidak salah pas kami di Makasar. Anak-anak (Lia dan Akbar) masih kecil, harga tiket pesawat melonjak dan kami tidak cukup dana untuk mudik. Sisanya, kami sekeluarga selalu mudik, seperti lebaran kemarin itu.

Lebaran dan mudik sejujurnya selalu membawa suasana yang menyenangkan bagiku. Kalau kucari apa sebabnya ternyata yang terutama adalah kumpul dengan keluarga besar membuatku merasa hangat. Aku memang berasal dari keluarga besar, kami 8 bersaudara. Suamiku 5 bersaudara. Keluarga kami memiliki latar belakang yang tidak jauh berbeda, kami sama-sama berasal dari keluarga yang hubungan kekeluargaannya akrab dan hangat. Karena saudara-saudara kami tidak lagi berada dalam satu kota, saat mudik itulah kami berkumpul kembali. Itu yang membuat kita kangen. Dari tahun ke tahun, anggota keluarga kita selalu bertambah. Anak, keponakan bertambah jumlah atau besarnya. Rumah orang tuaku atau rumah mertuaku rasanya semakin lama semakin tidak cukup menampung kami semua saat kami semua mudik ke Solo. Kalau dulu tiap malam semua kamar tidur terisi, sekarang tidak cuma kamar tidur, tapi sofa di ruang tamu, musholla, karpet di depan TV, semua sudah ada yang mem-booking untuk tidur nyenyak malam itu.

Tidak sekedar pembagian tempat tidur, pembagian tugas memasak dan mencuci piring pun harus dilakukan. Biasanya kalau kami ber 8 mudik semua, adik bungsuku yang membagi tugas. Misalnya hari ke1 tugas kakak ke 1 dan kakak ke 2 yang harus menyediakan makan selama sehari itu. Selanjutnya digilir keluargaku atau adik-adikku yang lain. Untuk mencuci piring sama saja pembagian tugasnya, bila hari ini kebagian menyiapkan makan, tentu saja tidak kebagian jatah mencuci piring. Semua pembagian itu dilakukan agar tidak merepotkan kedua orang tuaku yang sudah sepuh. Soal cuci mencuci baju, itu urusan tiap keluarga masing-masing. Tinggal booking mesin cuci saja, asal nganggur mesin cuci bisa dipakai. Kadang aku berpikir, alangkah kasihan mesin cuci keluarga kami yang sudah tua. Di saat kami mudik semuanya dia harus bekerja tanpa henti, Kalau bisa mengeluh, dia pasti mengeluh deh....

Punya keluarga besar memang menyenangkan dan fenomenal. Di saat mudik bareng begitu, kalau kita pesen makanan di restoran pasti jumlah besar. Kalau nonton film pun harus pesen tiket dulu. Lebaran kemarin kita nonton film ’Laskar Pelangi’ bareng-bareng. Tiket harus pesen dulu karena kita nonton ber-17 orang. Kebayang kan hebohnya...

Makin ke sini, aku dan Herlan telah menemukan urgensi mudik di hari lebaran yang sesungguhnya. Aku ingin melihat binar mata bahagia dari keempat orang tua kami saat kami semua berkumpul. Dulu aku tak pernah bisa membedakan binar mata itu. Sekarang aku tahu, saat kami semua (hampir semua) berkumpul di hari lebaran, binar mata bahagia itu selalu terlihat di mata kedua orang tuaku dan kedua mertuaku. Wajah mereka juga terlihat cerah dan mereka banyak tersenyum. Mereka seperti lupa dengan segala masalah yang ada, penyakit tua yang sering berjangkit dan kekurangan fisik yang mereka derita. Menyadari hal ini seringkali membuatku terharu. Semoga dengan niat ingin membahagiakan keempat orang tua kami ini, Allah memberi kami sekeluarga kesempatan dan kemudahan untuk tetap bisa mudik ke Solo lebaran tahun ini dan tahun-tahun selanjutnya...

Tidak ada komentar: