Hari
ini Senin, waktunya aku menulis tentang ‘Work and Profession’. Pilihanku jatuh
pada judul yang aku tulis di atas. Pasti kalian sudah banyak yang kenal dengan
yang disebut ‘Orodispersable Tablet’ kan ya? Buat yang sudah familiar maupun
yang ‘have no idea about it’ semoga tulisanku hari ini dapat bermanfaat buat
kalian semua.
Definisi:
Ok mulai dari definisi
ya...Orodispersable Tablet (selanjutnya sepakat kita singkat OT saja ya biar
gak panjang banget ngetiknya) itu adalah bentuk sediaan padat seperti tablet
konvensional, yang terbuat dari bahan ‘super disintegrant’ yang membuat tablet
tersebut larut dengan cepat dalam air ludah sehingga mudahuntuk ditelan. OT
dikenal juga dengan nama ‘orally disintegrating tablet’,’ mouth-dissolving
tablet’ , ‘rapid disintegrating tablet’, ‘fast dissolving tablet’, atau ‘fast
dissolving tablet’. Farmakope Amerika dan
Eropa menggunakan istilah OT ini.
Jadi OT ini intinya ada di
super disintegrant nya yang membuatnya hancur dan segera larut di mulut. Kenapa
harus dibuat tablet yang begitu ya..? Ternyata OT ini dibuat khususnya untuk
kaum pediatri (anak-anak), geriatri (lansia) dan kaum yang ‘mentally retarded’
alias orang dengan keterbelakangan mental, yang kesulitan menelan tablet
konvensional.
Keuntungan:
OT ini memiliki keuntungan
yang dimiliki oleh sediaan tablet biasa (stabil, dosis akurat, pembuatan mudah,
mudah dalam pengemasan dan penanganan) plus keuntungan tidak memerlukan air
saat mengkonsumsinya dan kerja obatnya, dalam arti ‘onset of action’ nya bisa
lebih cepat (karena tablet langsung hancur, larut dalam air liur dan zat aktif
obat diharapkan akan lebih cepat diabsorpsi juga). Keuntungan lainnya adalah
ketersediaan hayati zat aktif obat akan meningkat (karena obat sudah mulai
diabsorpsi sesudah larut dalam air ludah di mulut) dan tidak mengalami ‘first
pass metabolism’.
Tantangan:
Kalau OT harus hancur dan
melarut dalam air ludah di mulut kita tentu tantangan terberatnya adalah
masalah rasa. Kalau bahan aktif obat yang akan kita buat menjadi OT itu berasa
pahit maka harus kita pikirkan bagaimana menutup rasa pahit itu. Tentu saja
pasien akan menolak tablet yang hancur di mulut tapi berasa tidak enak atau
pahit. Menutup rasa pahit obat yang paling umum adalah dengan menambahkan
pemanis dan perasa (flavouring agent) dalam formula OT. Pemanis yang digunakan
tentu saja yang larut air seperti manitol,
aspartam. Eksipien seperti asam sitrat
dapat dikombinasikan dengan pemanis karena akan memberi rasa yang segar. Sedang
perasa yang dapat dipilih antara lain rasa
mint pepermint, jeruk atau strwberry. Selain dengan pemanis dan perasa cara
menutup rasa pahit yang lain adalah dengan enkapsulasi atau penyalutan bahan
aktif obat. Jadi sebelum dibuat tablet bahan aktif obat yang berasa pahit
tersebut disalut dulu sehingga rasa pahitnya tertutupi baru kemudian
diformulasikan menjadi tablet. Dalam suatu penelitian misalnya untuk menutup
rasa pahit zat aktif metronidazole yang akan diformulasikan menjadi OT, si
peneliti melakukan 3 cara. Yang pertama dengan menambahkan pemanis berupa
sakarin natrium. Yang kedua membuat kompleks metronidazole dengan ekstrak Glycerrhiza glabra (1:3) dengan
penambahan suatu pelarut. Cara terakhir dengan membuat lidah mati rasa, dengan
jalan menambahkan eugenol dalam metronidazole dan dalam campuran disintegrant
nya.
Sudah panjang ya, udahan
dulu ya. Senin depan kutulis tentang cara pembuatan dan evaluasi si OT ini
ya.....
Oya meskipun kutulis dalam
bahasa sehari-hari bahasan ini kuambil dari publikasi ilmiah lho, terutama dari
Journal of Natural Science, Biology and Medicine |July 2010| Vol 1| Issue 1.,
judul publikasinya Orodispersible Tablets: A New Trend in Drug Delivery,
penulisnya Paramita Dey dan Sabyasachi Maiti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar