Senin, Maret 24, 2014

‘Orodispersable Tablet’ (Bagian 1 dari 2 Tulisan)



Hari ini Senin, waktunya aku menulis tentang ‘Work and Profession’. Pilihanku jatuh pada judul yang aku tulis di atas. Pasti kalian sudah banyak yang kenal dengan yang disebut ‘Orodispersable Tablet’ kan ya? Buat yang sudah familiar maupun yang ‘have no idea about it’ semoga tulisanku hari ini dapat bermanfaat buat kalian semua.
Definisi:
Ok mulai dari definisi ya...Orodispersable Tablet (selanjutnya sepakat kita singkat OT saja ya biar gak panjang banget ngetiknya) itu adalah bentuk sediaan padat seperti tablet konvensional, yang terbuat dari bahan ‘super disintegrant’ yang membuat tablet tersebut larut dengan cepat dalam air ludah sehingga mudahuntuk ditelan. OT dikenal juga dengan nama ‘orally disintegrating tablet’,’ mouth-dissolving tablet’ , ‘rapid disintegrating tablet’, ‘fast dissolving tablet’, atau ‘fast dissolving tablet’.  Farmakope Amerika dan Eropa menggunakan istilah OT ini.

Jadi OT ini intinya ada di super disintegrant nya yang membuatnya hancur dan segera larut di mulut. Kenapa harus dibuat tablet yang begitu ya..? Ternyata OT ini dibuat khususnya untuk kaum pediatri (anak-anak), geriatri (lansia) dan kaum yang ‘mentally retarded’ alias orang dengan keterbelakangan mental, yang kesulitan menelan tablet konvensional.

Keuntungan:
OT ini memiliki keuntungan yang dimiliki oleh sediaan tablet biasa (stabil, dosis akurat, pembuatan mudah, mudah dalam pengemasan dan penanganan) plus keuntungan tidak memerlukan air saat mengkonsumsinya dan kerja obatnya, dalam arti ‘onset of action’ nya bisa lebih cepat (karena tablet langsung hancur, larut dalam air liur dan zat aktif obat diharapkan akan lebih cepat diabsorpsi juga). Keuntungan lainnya adalah ketersediaan hayati zat aktif obat akan meningkat (karena obat sudah mulai diabsorpsi sesudah larut dalam air ludah di mulut) dan tidak mengalami ‘first pass metabolism’.

Tantangan:
Kalau OT harus hancur dan melarut dalam air ludah di mulut kita tentu tantangan terberatnya adalah masalah rasa. Kalau bahan aktif obat yang akan kita buat menjadi OT itu berasa pahit maka harus kita pikirkan bagaimana menutup rasa pahit itu. Tentu saja pasien akan menolak tablet yang hancur di mulut tapi berasa tidak enak atau pahit. Menutup rasa pahit obat yang paling umum adalah dengan menambahkan pemanis dan perasa (flavouring agent) dalam formula OT. Pemanis yang digunakan tentu saja yang larut air seperti manitol,  aspartam. Eksipien  seperti asam sitrat dapat dikombinasikan dengan pemanis karena akan memberi rasa yang segar. Sedang perasa yang dapat dipilih  antara lain rasa mint pepermint, jeruk atau strwberry. Selain dengan pemanis dan perasa cara menutup rasa pahit yang lain adalah dengan enkapsulasi atau penyalutan bahan aktif obat. Jadi sebelum dibuat tablet bahan aktif obat yang berasa pahit tersebut disalut dulu sehingga rasa pahitnya tertutupi baru kemudian diformulasikan menjadi tablet. Dalam suatu penelitian misalnya untuk menutup rasa pahit zat aktif metronidazole yang akan diformulasikan menjadi OT, si peneliti melakukan 3 cara. Yang pertama dengan menambahkan pemanis berupa sakarin natrium. Yang kedua membuat kompleks metronidazole dengan ekstrak Glycerrhiza glabra (1:3) dengan penambahan suatu pelarut. Cara terakhir dengan membuat lidah mati rasa, dengan jalan menambahkan eugenol dalam metronidazole dan dalam campuran disintegrant nya.

Sudah panjang ya, udahan dulu ya. Senin depan kutulis tentang cara pembuatan dan evaluasi si OT ini ya.....

Oya meskipun kutulis dalam bahasa sehari-hari bahasan ini kuambil dari publikasi ilmiah lho, terutama dari Journal of Natural Science, Biology and Medicine |July 2010| Vol 1| Issue 1., judul publikasinya Orodispersible Tablets: A New Trend in Drug Delivery, penulisnya Paramita Dey dan Sabyasachi Maiti.

Tidak ada komentar: