Sabtu, April 10, 2010

Pisuhan Gaya Solo

Aku dan suami memang berasal dari Solo. Dari kecil hingga SMA kuhabiskan waktuku di Solo. Hingga sekarang aku dan suami tetap berkomunikasi secara intens menggunakan bahasa Jawa. Ketiga anak kamipun aktif berbahasa Jawa, hanya rasanya mereka lebih kasar (terutama Lia dan Akbar, karena lebih terpengaruh logat Suroboyoan saat kami tinggal di Surabaya dulu). Anak-anak kami juga praktis tidak bisa ‘boso kromo alus’ lagi. Makanya kalau ke nenek dan kakeknya mereka malah lebih sering berbahasa Indonesia karena takut ngomongnya tidak sopan.

Meskipun bisa berbahasa Jawa, anak-anak kami sudah tidak familiar lagi dengan kata-kata yang sangat khas Solo, terutama pisuhan-pisuhan nya. Pisuhan adalah pengungkapan rasa kesal terhadap sesuatu yang tidak memuaskan (Kata kerja : misuh, definisi ini aku ambil dari http:// wiki.cahandong.org/pisuhan ). Dari kecil kedua orang tuaku melarangku dan saudara-saudaraku untuk misuh, karena itu menunjukkan ketidaksopanan. Sampai sekarangpun aku sangat jarang misuh. Tapi dalam pergaulan dengan teman-teman saat remajaku baik dulu maupun sekarang, pisuhan itu masih sering aku dengar dari mulut mereka. Untuk aku dan suamiku yang sudah lama cabut meninggalkan Solo dalam waktu lama (dan hanya kadang-kadang pulang, terutama Lebaran) mendengar pisuhan gaya Solo benar-benar menggiringku bernostalgia masa remajaku di Solo dulu.

Beberapa pisuhan gaya Solo yang masih sering kudengar antara lain yang aku tulis di bawah ini (sedangkan artinya yang dijelaskan dengan cukup jenaka aku ambil dari http:// wiki.cahandong.org/pisuhan

Dapurmu, berarti, Raimu, Rupamu, Mukamu.
Bajigur, bajinguk (???)
Gentho, makna aselinya adalah Maling.
Kemplu, biasanya dipasangkan dengan Kere. Bisa berarti bodoh atau tolol.
Keple , Sebutan untuk mereka yang menjadi selimut malam.
Kere, mengatai si obyek pisuhan sebagai orang miskin.

Matamu, berarti mata dan alat indera penglihatan. Diucapkan kepada orang tolol yang ndak punya mata dan tidak bermaksud menyinggung teman-teman yang tuna netra. Kata ini merupakan cikal bakal merk Dagadu, suvenir khas Jogja.
Matane, bentuk lain dari Matamu.
Modar, berarti seperti bilang Mampus!.
Modyaaar, Sama seperti Modar, cuman lebih mantep.
Munyuk, berarti monyet atau hewan primata lainnya.
Ndasmu, berarti kepalamu.
Nggatheli, memuakkan, menyebalkan, menjengkelkan.
Ndloghok (???)
Pathéken
Pekok, berarti tolol.
Sontoloyo, makna aselinya adalah gembala bebek. Entah kenapa eh kenapa kemudian menjadi pisuhan tingkat tinggi sungguh sejarah tentang kata pisuhan ini sudah kabur. Pokoknya ini termasuk pisuhan.

Simbahmu koprol, pisuhan yang ibarat kata: bagai pungguk merindukan bulan, karena sampai kapanpun sepertinya seorang simbah-simbah tidak akan mampu koprol.

Semprul, jenis pisuhan yang disinyalir mampu menimbulkan hujan lokal……..

...............
Tulisan ini mestinya aku post hari Selasa yang lalu.....

Tidak ada komentar: