Minggu, April 11, 2010

Filosofi Kopi

Hari Kamis, saatnya aku nulis tentang Literary….(makanya mestinya diposting Kamis kemarin, tapi karena meleset ya sudah diposting hari Minggu ini aja……)

Belum lama ini aku membaca buku Filosofi Kopi, yang berupa kumpulan cerita dan prosa satu dekade karya Dee (Dewi Lestari, si penulis Supernova itu). Buku yang dinyatakan sebagai Karya Sastra Terbaik 2006 pilihan Majalah Tempo. Buku itu diterbitkan oleh Truedee Books dan GagasMedia, tahun 2006.

Bener, isinya kumpulan cerpen dan prosa pendek. Aku kok seneng pada cara Dee bercerita atau bertutur. Berterus terang dengan bahasa puitis, tapi tidak cengeng. Sukses mengantarkan jalan pikirannya yang akan diceritakan pada pembaca, dengan cara dan bahasa yang menyentuh. Filosofi Kopi adalah salah satu judul cerpennya pada buku itu. Cerpen lain yang aku suka adalah ‘Lara Lana’, topik yang common diungkapkan dengan sangat menyentuh hati.

Kalau mau ngintip cara bertuturnya Dee, ini tak kutipin salah satu prosa pendeknya yang bahasa dan maknanya sangat aku suka, judulnya ‘Spasi’…

Spasi
(1998)

Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.

Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.

Pegang tanganku, tapi jangan teralu erat, karena aku ingin seiring bukan digiring.
………………….

Tidak ada komentar: