Rabu, April 21, 2010

Pencet Komedo….

Begitulah judul postingku hari ini. Garing banget ya…? Ya biarin aja. Aku memang mau nulis tentang aktivitas pencet komedo di salon-salon dan pusat perawatan kecantikan.

Bagi para remaja, ibu-ibu atau bahkan bapak-bapak yang suka mengunjungi salon atau tempat perawatan wajah (kecantikan) untuk melakukan facial (baca: cuci muka), tentu kenal dengan aktivitas pencet komedo ini. Karena aktivitas ini merupakan bagian atau tahapan dari acara facial itu. Setelah muka dibersihkan,dimassage alias dipijit, discrubbing, maka tibalah masanya unuk aktivitas pencet komedo tersebut (sebelum akhirnya muka kita dimasker dan mengakhiri proses facial itu).

Aktivitas itu berupa tindakan untuk mengeluarkan komedo. Lha apa sih komedo itu? Komedo hanyalah salah satu dari jenis atau tingkatan dari jerawat. Komedo merupakan jerawat kering yang tidak menimbulkan peradangan (non-inflammatory acne). Penyebab timbulnya komedo sama dengan penyebab terjadinya jerawat yaitu kelenjar minyak (sebaceous gland) memproduksi minyak kulit (sebum) secara berlebihan sehingga terjadi penyumbatan pada saluran folikel rambut dan pori-pori kulit.

Aktivitas mengeluarkan komedo itu menggunakan batang besi kecil yang ujungnya berupa lingkaran. Ujung lingkaran itu ditekankan pada kulit yang berjerawat, lalu digeser, sehingga bila di kulit yang ditekan tersebut ada komedonya maka komedonya akan terpencet keluar saat ujung lingkaran itu digeser. Dan ternyata aktivitas ini menimbulkan rasa sakit /nyeri / perih.

Kalau lagi facial dan tiba masanya untuk pencet komedo ini aku selalu ’nggerundel’ dan nanya si mbak beautician itu, ”Apa gak ada cara lain yang gak bikin sakit untuk ngeluarin komedo sih mbak.....?”. Si mbak beauticiannya biasanya tersenyum dan menjawab, ”Sampai saat ini belum ada, bu, cara ini yang paling efektif. Sabar ya bu, boleh nangis kok bu....”. Diperbolehkan atau gak diperbolehkan sama si mbak itu, biasanya aku tetap keluar air mata, habis sakit sih. Biasanya si mbaknya juga dengan telaten ngelap air mata yang nekat keluar itu. Sering kalau lagi facial bareng ibu-ibu yang lain, tidak jarang mereka juga nggerundel, ”Kita bayar mahal kok malah disakitin sih.....?”. Jawaban si mbaknya juga klise, ”Sakit sebentar bu, tapi nanti jadi cantik, mukanya bersih.....”.

Kupikir logis juga, karena yang dikeluarkan adalah sumbatan sebum, memang dengan cara fisik seperti itu, sumbatannya pasti hilang (komedonya keluar). Cara fisik yang lebih halus seperti ditempeli pore pack memang terbukti kalah efektif dibanding cara pencet tadi. Selain cara fisik memang hingga saat ini belum ada sediaan kosmetik yang efektif merangsang keluarnya komedo yang menyumbat pori-pori kulit itu. Untuk mencegah atau mengurangi munculnya komedo memang bisa kita gunakan anti acne cosmetic. Tapi kalau komedonya sudah ada, ya tetep harus pencet komedo lah...

Pencet komedo memang selalu jadi bagian dari acara facial, tujuannya jelas agar pori-pori kulit tidak tersumbat, sehingga segala macam krim yang bertujuan untuk nutrition, rejuvenation, tidak terhambat untuk berpenetrasi ke kulit. Walhasil facial pasti berkorelasi dengan pedih karena pencet komedo. Tapi ngomong-ngomong aktivitas ini bisa digunakan untuk menyamarkan kesedihan kita. Rasa sedih sering memancing kita untuk menangis. Bila dilihat orang, menangis juga memancing banyak pertanyaan, kenapa menangis?, dst...dst... Kalau lagi sedih, pergi sono facial.... Saat komedomu dipencet, nangislah sepuasnya, dijamin si mbak beautician itu gak akan nanya kenapa-kenapa. Karena dia mengira kita menangis karena pedihnya dipencet komedo kita......

Doa Ibu Di Ultah Mas dan Mbak

Alangkah cepat waktu berlalu,
Sudah 19 dan 16 tahun berlalu, sejak ibu melahirkan kalian berdua,
Hampir tak terasa kalian berdua sudah (dan di ambang kedewasaan).
Ibu selalu menyelipkan doa untuk kalian di sela doa-doa ibu setiap hari.
Dan hari-hari ini, hari-hari kalian berulang tahun, Ibu mengulang-ulang memanjatkan doa spesial, agar Allah SWT memperkenankan doa ibu, (yang merupakan harapan ibu pada kalian berdua),
……
Tuhanku,
Kala sebagian hambaMu tidak Kau karuniai amanah untuk mengasuh keturunan,
Kau karuniai aku dengan amanah 3 orang anak,
Kala sebagian hambaMu Kau karuniai amanah anak-anak yang sulit dan banyak masalah,
Kau karuniai aku anak-anak yang alhamdulillah memberiku banyak kebahagiaan karena
Memang mereka selama ini dapat menjadi penyejuk hatiku,
Hari-hari ini, aku mengenang saat Kau amanahkan mbak Lia dan mas Akbar kepadaku.
Saat mereka Kau hadirkan ke duniaku,
Perkenankan aku memanjatkan doa kepadaMu,
Jagalah mereka dengan mataMu yang tiada pernah tertidur,
Jagalah mereka dengan tanganMu yang rengkuhannya tiada batas,
Agar mereka senantiasa istiqamah dalam ketaatan kepadaMu,
Agar mereka senantiasa berjalan dengan bimbinganMu sehingga tiada pernah tersesat ke jalan ke jalan yang tidak Kau ridhoi,
Agar mereka pandai memilih teman dan teman dekat, yang mampu memberi mereka semangat untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar,
Agar mereka senantiasa menjaga seluruh anggota tubuhnya, tidak menggunakannya untuk maksiat,

Limpahi mereka dengan kasih sayangMu, karena kasih dan sayang dariMu
Akan melembutkan hati mereka,
Akan mengajari mereka untuk
Mengasihi dan menyayangiMu, menambah cinta dan pengabdian kepadaMu,
mengasihi dan menyayangi kedua orang tua mereka, dengan cara berbakti kepada mereka,
mengasihi dan menyayangi saudaranya,
mengasihi dan menyayangi sesama, terutama yang lebih berkekurangan,
mengasihi dan menyayangi alam pemberianMu ini,

Karuniai mereka dengan kekuatan dan semangat,
Untuk membekali diri mereka dengan ilmu agama sehingga mereka memiliki pegangan dalam menjalankan perintahMu dan menjauhi laranganMu,
Untuk menuntut ilmu yang bermanfaat, sehingga mereka dapat menyelami rahasia alam ini, dan memanfaatkan ilmu yang mereka miliki untuk memakmurkan bumi ini,
Untuk dapat memimpin dirinya sendiri, dan orang-orang di sekitar mereka agar berubah ke arah yang lebih baik,

Tuhanku,
Berkahilah semua langkah mereka, agar umur pemberianMu menjadi sesuatu yang berkah,
Jauhkanlah mereka dari segala macam penyakit fisik dan penyakit rohani,
Jadikan hari ulang yahun ini menjadi momen yang tepat bagi mereka untuk introspeksi perjalanan yang telah mereka tempuh...

Engkau Maha Mendengar, dengarkanlah doaku,
Engkau Maha mengabulkan doa, kabulkanlah doaku,

Amin.....

[Ultah Akbar ke 16 (14 April 2010); Ultah Lia ke 19 (16 April 2010)]

Senin, April 12, 2010

Strategi Pengembangan Obat Asli Indonesia Berdasarkan Pendekatan Islam

Awal Agustus 2008, aku dipanggil untuk mengikuti test Seleksi Penerimaan Dosen Tetap Yayasan Unisba. Wah surprise juga aku, masalahnya aku sendiri hampir gak ingat pernah masukin lamaran ke sana (soalnya sudah hampir setahun kirim lamaran, baru dipanggil untuk test). Kupikir-pikir akan banyak manfaatnya bagiku kalau berkhidmat di Unisba. Makanya aku respon panggilan untuk test itu. Sayangnya setelah beberapa tahap test aku tidak lolos. Menurut info yang aku denger sih karena umurku yang sudah setengah tuwir.... Jadi niat baik untuk berkhidmat jadi guru di Unisba gak kesampean deh. Gak papa, aku merasa nothing to loose. Postingku hari Senin ini adalah makalah yang aku susun dalam rangka test di Unisba itu.

Untuk menyusun makalah itu aku mengambil nara sumber dari beberapa pustaka, antara lain:

Sastroamidjojo, Seno, Obat Asli Indonesia, PT Dian rakyat, 1988, halaman 21-22

Litbang Depkes RI, Tanaman Obat Asli Milik Masyarakat Bangsa dan Negara RI, http://www.bmf.litbang.depkes.go.id, 21 Agustus 2007

Wasito, Hendri dan Herawati E., Diar, Etika Farmasi dalam Islam, edisi 1, Graha Ilmu, Bandung, 2008

Agoes, Goeswin, Teknologi Bahan Alam, edisi 1, Penerbit ITB, Bandung, 2007

............
O ya postingku tentang Ayo Mengenal Transporter Obat belum tuntas ya....lain kali aku lanjutkan lagi deh.....


Strategi Pengembangan Obat Asli Indonesia
Berdasarkan Pendekatan Islam



Bagian 1
Pendahuluan



Definisi Obat Asli Indonesia
Dalam buku “Obat Asli Indonesia” karya Dr. Seno Sastroamidjojo disebutkan bahwa yang dimaksud dengan obat asli Indonesia adalah obat-obat yang diperoleh langsung dari bahan-bahan alam yang terdapat di Indonesia, diolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional (Sastroamidjojo, 1988). Dalam buku tersebut dikatakan definisi itu merupakan hasil kesepakatan pada Seminar Nasional Penggalian Sumber Alam Indonesia untuk Farmasi yang berlangsung di Yogyakarta, 30 November sampai 4 Desember 1964. Untuk masa sekarang definisi tersebut dipandang sudah tidak tepat lagi terutama dalam hal cara pengolahan dan penggunaannya. Sekarang banyak obat asli Indonesia yang diolah secara modern, tidak sekedar dari hasil pengalaman tetapi berdasarkan hasil penelitian ilmiah. Penggunaannya juga tidak lagi dalam pengobatan tradisional tetapi mulai mendekat pada pelayanan formal kesehatan masyarakat.

Dalam Al Qur’an disebutkan beberapa tanaman yang jelas memiliki khasiat untuk pengobatan dan penyembuhan penyakit, antara lain buah kurma (Phonex dactylifera), habbatus saudah atau biji jinten hitam (Nigella sativa), buah zaitun (Olea eurofea) dan madu (Wasito dan Herawati, 2008).

Potensi untuk Memanfaatkan Obat Asli Indonesia
Indonesia dikenal kaya akan sumber daya hayati yang beraneka ragam. Keanekaragaman hayati Indonesia diperkirakan terkaya, kedua sesudah Brazilia. Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tanaman obat, yang dari jumlah tersebut baru sekitar 1200 spesies tanaman yang sudah dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional (Litbang Depkes, 2007). Bangsa Indonesia sejak dulu juga telah mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern dikenal masyarakat. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman obat tersebut merupakan warisan budaya bangsa turun temurun berdasarkan pengetahuan dan pengalaman. Dari warisan ini tercipta berbagai ramuan tanaman obat yang merupakan ciri khas pengobatan tradisional Indonesia. Dengan demikian selain memiliki kekayaan hayati yang besar, pengetahuan masyarakat lokal tentang pemanfaatan sumber daya hayati tersebut cukup tinggi.

Pemanfaatan tanaman obat untuk pemeliharaan kesehatan dan gangguan penyakit hingga saat ini masih sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan, terutama dengan melonjaknya biaya pengobatan dan harga obat-obatan. Adalah suatu kenyataan bahwa tingkat kebutuhan masyarakat terhadap pengobatan semakin meningkat, sementara taraf kehidupan masyarakat kita kebanyakan masih rendah. Obat dari bahan tanaman diketahui memiliki harga yang lebih murah dibandingkan obat-obatan modern hasil sintesis kimia. Maka dari itu, pengobatan dengan tanaman obat yang ekonomis merupakan solusi yang baik untuk menanggulangi mahalnya biaya kesehatan. Dengan kembali maraknya gerakan kembali ke alam, kecenderungan penggunaan bahan obat alam atau herbal di dunia semakin meningkat. Selain ekonomis sumber tanaman obat di Indonesia sangat melimpah dengan jenis beraneka ragam. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa obat yang berasal dari tanaman obat mengandung zat-zat atau senyawa aktif yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan dan memiliki efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat-obatan hasil sintesis kimia.

Semua data yang disebutkan di atas menjadikan tanaman berkhasiat obat menjadi sesuatu yang sangat potensial untuk dikembangkan budidayanya, proses penyarian bahan berkhasiatnya, dan teknologi untuk menjadikannya suatu sediaan farmasi. Mengingat lebih dari 90% penduduk Indonesia beragama Islam maka dalam pengembangan tanaman obat untuk tujuan pengobatan di Indonesia harus tetap berdasarkan pendekatan yang islami.


Etika Pengobatan Menurut Islam
Sebagai agama yang kaffah Islam memberikan solusi untuk semua permasalahan, termasuk masalah pengobatan terhadap penyakit yang diderita oleh manusia. Islam mendorong kita untuk tetap mengobati penyakit yang kita derita dengan cara yang islami, dengan obat atau terapi yang diajarkan oleh Al Qur’an dan Sunnah nabi.

Diriwayatkan dari Usamah, ia berkata: “Seorang Badui berkata: Ya Rasulullah, tidakkah kita berobat? Rasulullah SAW menjawab: Ya, wahai hamba-hamba Allah, berobatlah. Sesungguhnya Allah tidak membuat penyakit tanpa membuat kesembuhan baginya kecuali satu penyakit. Mereka bertanya: Apakah satu penyakit itu Ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: Tua” (HR Usamah).

Diriwayatkan dari Abu Ad Darda’, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala tidak membuat penyakit (melainkan) dengan obatnya, dan Allah ta’ala membuat obat buat setiap penyakit. Karena itu hendaklah kamu berobat dan jangan berobat dengan yang haram”. (HR Abu Ad Darda’).

Ketentuan halal dan haram merupakan hak Allah yang harus ditaati oleh manusia. Sebagai landasan dalam penentuan halal dan haram umat Islam berpedoman kepada Al Qur’an dan Sunnah nabi. Al Qur’an memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan thayib (baik). Al Qur’an juga memberikan rambu batasan makanan yang diharamkan yaitu bangkai, babi, darah, khamr, hewan yang mati tidak wajar dan hewan yang disembelih tanpa nama Allah. Surah Al Qur’an dan Sunnah nabi yang menjelaskan hal tersebut antara lain seperti yang tertera di bawah ini.

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali kamu sempat menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala..” (Q.S. Al Maidah : 3)

“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut, sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan, dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang buruan darat selama kamu ihram, dan bertakwalah kepada Allah yang kepadaNya kamu akan dikumpulkan” (Q.S. Al Maidah: 96)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya” (Q.S. Al Maidah: 87-88).

“Setiap daging yang tumbuh dari yang haram, maka nerakalah tempat yang pantas baginya” (H.R. Turmudzi).

Pedoman Al Qur’an dan Sunnah nabi di atas berlaku untuk segala produk yang dikonsumsi oleh manusia berupa makanan dan juga termasuk obat-obatan. Oleh karena itu dalam memilih obat yang akan digunakan setiap muslim harus memperhatikan kehalalannya. Meskipun penggunaan produk halal hukumnya wajib bagi setiap muslim, para ulama memperbolehkan obat yang haram dalam keadaan darurat, yaitu timbulnya kekhawatiran akan kematian jika pengobatan dengan obat haram itu tidak dilakukan. Yang berhak menilai keadaan darurat seseorang adalah tenaga ahli yang memiliki kompetensi dan mengetahui kondisi pasien yaitu dokter, pasien yang bersangkutan yang merasakan penderitaannnya dan pemerintah yang berwewenang untuk menilai kondisi darurat yang menyangkut kepentingan umum (Wasito dan Herawati, 2008).

Berdasarkan batasan atau rambu-rambu yang sudah diberikan dalam Al Qur’an dan Sunnah nabi, maka semua obat yang dikonsumsi oleh setiap muslim harus dipilih obat yang halal. Artinya semua bahan berkhasiatnya dan bahan pembantunya harus beretiket halal. Proses pembuatannya juga tidak melibatkan bahan-bahan yang haram atau tidak jelas halal haramnya.


Bagian 2
Strategi Pengembangan Obat Asli Indonesia Berdasarkan Pendekatan Islam


Dari uraian pada Bagian 1 maka langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mengembangkan obat asli Indonesia berdasarkan pendekatan yang islami antara lain adalah:

Langkah 1:
Mendata ulang jenis-jenis tanaman obat asli Indonesia, habitat tumbuhnya, bagian tanaman yang berkhasiat, manfaatnya bagi pengobatan dan penyembuhan penyakit dan data hasil penelitian tentangnya.
Langkah awal ini harus dilakukan dan secara berkala harus selalu dilakukan revisi agar data yang ada merupakan data terkini. Data ini juga harus dibuat oleh tim yang kompeten dalam bidang morfologi tanaman, fitokimia, farmakologi dan lain-lain. Akan lebih baik lagi bila data dilengkapi dengan efek samping pemakaian obat, metoda umum untuk penyarian bahan berkhasiatnya, dan produsen yang sudah memasarkan obat ini dalam bentuk sediaan farmasi.

Langkah 2:

Mensosialisasikan mengenai jenis dan pemanfaatan tanaman obat asli Indonesia pada masyarakat.
Data rinci yang sudah dibuat tidak akan berarti kalau tidak disertai dengan gerakan untuk mensosialisasikan data tersebut kepada masyarakat melalui media sekolah, media massa, dakwah agama dan lain-lain. Apapun media yang digunakan, informasi mengenai kehalalan proses pembuatan dan produk akhirnya harus tetap disampaikan. Sosialisasi seyogyanya disertai pula dengan gerakan kampanye untuk menggunakan obat yang berasal dari tanaman obat Indonesia.

Langkah 3:
Melakukan pembinaan terhadap petani dan produsen simplisia tanaman obat asli Indonesia.
Yang dimaksud dengan simplisia adalah bahan yang belum mengalami perubahan apapun kecuali pengeringan (Goeswin Agoes, 2007). Simplisia nabati dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman (akar, batang, daun, bunga, biji dan lain-lain) atau eksudat tanaman.
Pembinaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran petani dan produsen simplisia untuk melaksanakan prinsip cara tanam dan pembuatan simplisia yang baik. Seperti diketahui kandungan bahan berkhasiat dalam setiap simplisia sangat dipengaruhi antara lain oleh cara tanam, waktu tanam, lokasi tanam, cara pengeringan, penyimpanan dan distribusi simplisia serta cara ekstraksi atau penyarian bahan berkhasiat. Arah pembinaan ini adalah pembakuan cara tanam dan pembuatan simplisia agar setiap waktu diperoleh simplisia yang memiliki kandungan bahan berkhasiat relatif berada dalam rentang tertentu. Selain itu pembinaan juga harus dilakukan untuk menyadarkan para petani dan produsen simplisia tanaman obat asli Indonesia untuk selalu menjaga kelestarian sumber tanaman obat asli Indonesia. Hal ini sangat penting mengingat ada banyak tanaman obat yang belum berhasil dibudidayakan dan masih diambil dari hutan seperti pule dan pasak bumi. Bila eksplorasi atau pemanenan tidak memperhatikan waktu untuk tumbuh kembali dikhawatirkan dapat terjadi kelangkaan jenis tanaman obat tertentu. Melestarikan tanaman obat termasuk usaha untuk tidak berbuat kerusakan di bumi yang dianjurkan oleh Al Qur’an , seperti yang tertera di bawah ini:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Q.S. Al Qasas : 77)

Langkah 4:
Melakukan pembinaan dan pelatihan pada produsen ekstrak tanaman agar obat agar dihasilkan ekstrak tanaman obat yang halal, berkhasiat, aman dan siap diproses menjadi sediaan farmasi.
Ekstrak tanaman adalah sediaan yang mengandung bahan berkhasiat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi tanaman atau bagian tanaman obat dengan berbagai cara. Arah pembinaan ini adalah untuk pembakuan cara ekstraksi tanaman obat, karena hal ini berpengaruh pada kandungan bahan berkhasiat dalam simplisia tersebut. Selain itu pembinaan ini juga sangat penting untuk mengarahkan pada penggunaan pelarut yang aman lagi halal. Proses ekstraksi memerlukan pelarut yang dapat berupa air, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya. Bila ekstrak ini akan dikonsumsi secara oral maka ada syarat batas residu pelarut organik yang harus dipatuhi oleh produsen ekstrak. Disamping itu sebagai muslim kita harus memperhatikan fatwa MUI yang memfatwakan bahwa alkohol boleh ada pada produk akhir dengan kadar tidak lebih dari 1%.

Al Qur’an mengatakan:
“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan di antara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” (Q.S. Al Maidah: 91)

Allah melarang kita meminum khamr atau minuman keras yang mengandung alkohol karena menghalangi dari mengingat Allah dan shalat. Alkohol memang terdapat dalam minuman keras tapi yang menyebabkan minuman keras memabukkan bila konsentrasi alkoholnya melampaui batas tertentu.

Peranan alkohol dalam dunia farmasi hingga saat ini masih sangat strategis dan belum tergantikan oleh senyawa lain. Alkohol ini digunakan untuk bahan pembantu pembuatan sediaan farmasi, cairan pengekstraksi, pelarut bahan berkhasiat obat dan juga sebagai antiseptik. Pelarut organik lain kedudukannya dikiaskan sama dengan alkohol.
Oleh karena itu pembinaan terhadap produsen ekstrak tanaman obat harus pula diarahkan untuk mentaati peraturan perundangan kefarmasian yang berlaku dan juga mentaati fatwa MUI untuk tidak meninggalkan residu alohol pada produk akhir melebihi 1%.

Langkah 5:
Melakukan pengujian dan penilaian mutu, penetapan spesifikasi serta pembakuan secara bertahap terhadap simplisia dan ekstrak tanaman obat. Untuk langkah ini disamping diperlukan penilai atau penguji yang memiliki kompetensi di bidang pengujian ini juga diperlukan mental yang baik agar tidak terjadi kerjasama yang tidak baik antara penilai dan produsen ekstrak untuk dapat meloloskan ekstrak yang tidak memenuhi syarat umum dan syarat kehalalan.

Langkah 6:
Melakukan pembinaan dan pelatihan pada produsen sediaan farmasi barbahan dasar ekstrak tanaman obat, agar diperoleh sediaan farmasi yang halal, berkhasiat, aman dikonsumsi dan mutu terjamin.

Ekstrak tanaman obat seringkali diformulasikan menjadi sediaan farmasi (sediaan yang terdiri dari bahan berkhasiat dan bahan tambahan atau bahan pembantu agar mudah dalam pembuatannya, memudahkan konsumen untuk mengkonsumsinya, mendistribusikannnya, menyimpannya dan menjaga stabilitas bahan berkhasiatnya). Untuk itu pada ekstrak tersebut ditambahkan beberapa macam bahan pembantu dan pada campuran itu dilakukan proses pembuatan sehingga diperoleh bentuk sediaan akhir (sirup, suspensi, emulsi, tablet, kapsul dan lain-lain) yang kemudian dikemas.
Pembinaan yang dilakukan arahnya adalah nuntuk menghasilkan sediaan farmasi yang tetap berkhasiat, aman dikonsumsi dan mutunya terjamin dengan baik. Untuk menjamin ke arah itu pemerintah sudah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik dan harus diikuti dan dipatuhi oleh para produsen obat (industri farmasi). Di samping itu untuk menjamin kehalalan sediaan farmasi yang dibuat maka info mengenai bahan pembantu yang haram harus terus disampaikan pada produsen obat, agar tidak ada lagi formulasi yang mengandung bahan pembantu atau bahan berkhasiat lain yang haram.

Sesuai dengan Al Qur’an, pada tahun 1994 MUI telah memfatwakan bahwa babi dan komponen-komponennya haram untuk dikonsumsi baik sebagai pangan maupun sebagai obat dan kosmetika, untuk pemakaian oral, parenteral maupun topikal. Bahan obat dan kosmetik yang berpotensi haram karena pada umumnya dibuat dari bagian organ babi adalah kolagen, gelatin, cerebroside, insulin, heparin dan tripsin.

LPPOM MUI juga telah mengeluarkan fatwa yang mengharamkan penggunaan plasenta manusia sebagai bahan obat. Pengkiasannya adalah bila bangkai manusia haram hukumnya maka plasenta sebagai bagian tubuh manusiapun haram hukumnya. Disamping itu harus diingat penggunaan alkohol dalam produk akhir sediaan farmasi tidak boleh melebihi 1%.

Karena itu bila ekstrak tanaman obat akan diformulasikan menjadi sediaan farmasi sebaiknya menghindari penambahan dengan bahan tambahan yang berasal dari babi dan plasenta seperti yang disebutkan di atas, serta kandungan alkoholnya tidak melebihi 1% agar kehalalannya terjaga.

Langkah 7:
Melakukan pengujian dan penilaian mutu, penetapan spesifikasi serta pembakuan secara bertahap terhadap sediaan farmasi berbahan baku ekstrak tanaman obat.

Langkah ini hampir sama dengan langkah 5, tetapi pengujian dilakukan terhadap sediaaan farmasi yang berbahan baku ekstrak tanaman obat. Untuk langkah ini disamping diperlukan penilai atau penguji memiliki kompetensi di bidang pengujian ini juga diperlukan mental yang baik agar tidak terjadi kerjasama yang tidak baik antara penilai dan produsen obat untuk dapat meloloskan obat yang tidak memenuhi syarat umum dan syarat kehalalan.

Pada umumnya hasil dari pengujian ini akan memasukkan obat sediaan farmasi berbahan baku tanaman obat ini menjadi 3 kelompok yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah ramuan dari bahan tanaman, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat dari bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan bahan bakunya telah terstandarisasi. Sedangkan fitofarmaka adalah sediaan obat dari bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dengan hewan percobaan dan uji klinis dengan manusia serta bahan baku dan produknya telah terstandarisasi (Wasito dan Herawati, 2008).

Langkah 8:
Mendekatkan sediaan galenik dan sediaan farmasi berbahan baku ekstrak tanaman obat pada pelayanan kesehatan masyarakat secara formal.

Langkah ini sangat penting untuk dilakukan. Pemerintah (dalam hal ini PPOM) telah melakukan penggolongan terhadap obat yang berasal dari tanaman ke dalam golongan jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Dan mungkin sosialisasi mengenai obat yang berbahan baku tanaman obat sudah dilakukan melalui sekolah, media massa, dakwah agama dan lain-lain. Tetapi kalau produk ini tidak didekatkan dengan pelayanan kesehatan masyarakat yang berlaku saat ini maka pengembangan tanaman obat asli Indonesia akan menjadi kurang berarti.

Ada beberapa cara untuk pendekatan ini. Yang pertama adalah melalui jalur akademis di fakultas kedokteran dengan cara memasukkan pendidikan mengenai obat herba ke dalam kurikulum pendidikan kedokteran. Dengan cara ini diharapkan calon dokter sudah mengenal tentang obat-obat berbahan baku tanaman obat sejak di fakultas, dan dapat mengaplikasikannya nanti dalam resep yang ditulisnya. Cara kedua adalah keberanian pemerintah untuk memasukkan pengobatan dengan bahan tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal yang ada di puskesmas dan rumah sakit seperti yang sudah dilakukan oleh Cina, Korea, India dan Srilanka. Bila langkah ini dilakukan maka pemanfaatan obat asli Indonesia akan terus berlangsung dalam jumlah yang meningkat. Hal ini akan memacu pula peningkatan proses produksinya.

Langkah 9:
Melakukan penelitian sinambung tentang tanaman obat asli Indonesia dan memperbanyak distribusi peralatan pengujian untuk tanaman obat.

Langkah ini penting agar pemahaman akan khasiat, efek samping, cara ekstraksi, cara produksi, stabilitas bahan berkhasiat, pengaruh waktu dan tempat tanam dan lain-lain dari tanaman obat asli Indonesia senantiasa bertambah. Pemahaman yang lebih baik akan membuat konsumen tidak ragu untuk mengkonsumsinya. Sedangkan mengenai distribusi alat pengujian ini penting dilakukan mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas dan tanaman obat asli Indonesiapun tersebar di berbagai wilayah yang luas itu. Akan sangat baik bila ada kebijakan pemerintah untuk meratakan distribusi peralatan pengujian spektrofotodensitometri, HPLC, NMR dan lain-lain, baik yang dimiliki oleh perguruan tinggi ataupun instansi pemerintah yang lain (misalnya di balai penelitian tanaman obat yang tersebar di semua propinsi), agar penelitian tentang tanaman obat di berbagai wilayah di Indonesia tidak terhambat karena masalah peralatan.

Langkah 10:
Membuat peraturan perundangan yang jelas mengenai syarat-syarat, cara memproduksi yang baik, cara pengujian, pemakaiannya untuk pelayanan kesehatan dan lain-lain untuk sediaan galenik / sediaan farmasi yang berbahan baku ekstrak tanaman obat. Juga melakukan pengawasan sinambung terhadap proses pembuatan dan distribusi obat dari bahan alam ini. Persyaratan perundangan juga harus mencantumkan kewajiban produsen untuk memperoleh sertifikat halal dari MUI untuk setiap produk yang dihasilkannya. Untuk ini maka seyogyanya dipilih pelaksana yang memiliki penilaian moral yang baik agar tidak terjadi kecurangan dalam pembuatan produk perundangan maupun proses pengawasan pelaksanaaanya.

Langkah 11:
Menggalang kerjasama antar berbagai pihak seperti pemerintah, industri obat tradisional dan industri farmasi, peneliti, perguruan tinggi baik secara nasional maupun internasional dan MUI untuk meningkatkan pemanfaatan dan pengolahan obat asli Indonesia sehingga dapat dikonsumsi secara aman, mutu terjamin dan halal.



Bagian 3
Penutup


Dibutuhkan usaha dan kerja keras setiap umat Islam agar pengembangan obat asli Indonesia tidak mengarah pada produksi sediaan farmasi yang meskipun aman, berkhasiat, bermutu baik tapi bersifat syubhat, belum jelas halal dan haramnya. Harus dirintis dari sekarang agar semua usaha pengembangan obat asli Indonesia bermuara pada terwujudnya sediaan galenik atau farmasi berbahan baku ekstrak tanaman obat asli Indonesia yang aman, berkhasiat, bermutu baik dan halal. Semua apoteker muslim harus berperan aktif untuk mewujudkan harapan tersebut.

Minggu, April 11, 2010

WEEP NOT FOR ME

To my dear children, Lia, Akbar and Salman
Mommy found this poem of Joe Fazio a few weeks ago,
I dedicated this poem posting to all of you
It expressed what mommy’s will and want,
so read and understand the meaning, honey…..


Do not weep for me
when I no longer dwell among the wonders of the earth;
for my larger self is free,
and my soul rejoices on the other side of pain...
on the other side of darkness.

Do not weep for me,
for I am a ray of sunshine that touches your skin,
a tropical breeze upon your face,
the hush of joy within your heart
and the innocence of babes in mothers arms.
I am the hope in a darkened night.
And, in your hour of need,
I will be there to comfort you.
I will share your tears, your joys, your fears,
your disappointments and your triumphs.

Do not weep for me,
for I am cradled in the arms of God.
I walk with the angels,
and hear the music beyond the stars.

Do not weep for me,
for I am within you;
I am peace, I am a soft wind that caresses the flowers.
I am the calm that follows a raging storm.
I am an autumns leaf that floats among the garden of God,
and I am pure white snow that softly falls upon your hand.

Do not weep for me,
for I shall never die,
as long as you remember me...
with a smile and a sigh.......


By: Joe Fazio

An Advice For You

I found this advice of Imam Al-Hadad, in his book (the Book of Assisance). And I dedicate this posting for you….

Beware, O brother, of doing in secret that which if seen by
people would make you ashamed and worried about being censured.
If you cannot make your inward better than your outward, the least that you can do is
to make them equal, so that you behave equally well privately and publicly in
obeying God's injunctions, avoiding His prohibitions, respecting what He has
made sacred, and hastening to please Him.
This is the first step a servant takes on the path of special knowledge…….

Filosofi Kopi

Hari Kamis, saatnya aku nulis tentang Literary….(makanya mestinya diposting Kamis kemarin, tapi karena meleset ya sudah diposting hari Minggu ini aja……)

Belum lama ini aku membaca buku Filosofi Kopi, yang berupa kumpulan cerita dan prosa satu dekade karya Dee (Dewi Lestari, si penulis Supernova itu). Buku yang dinyatakan sebagai Karya Sastra Terbaik 2006 pilihan Majalah Tempo. Buku itu diterbitkan oleh Truedee Books dan GagasMedia, tahun 2006.

Bener, isinya kumpulan cerpen dan prosa pendek. Aku kok seneng pada cara Dee bercerita atau bertutur. Berterus terang dengan bahasa puitis, tapi tidak cengeng. Sukses mengantarkan jalan pikirannya yang akan diceritakan pada pembaca, dengan cara dan bahasa yang menyentuh. Filosofi Kopi adalah salah satu judul cerpennya pada buku itu. Cerpen lain yang aku suka adalah ‘Lara Lana’, topik yang common diungkapkan dengan sangat menyentuh hati.

Kalau mau ngintip cara bertuturnya Dee, ini tak kutipin salah satu prosa pendeknya yang bahasa dan maknanya sangat aku suka, judulnya ‘Spasi’…

Spasi
(1998)

Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.

Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.

Pegang tanganku, tapi jangan teralu erat, karena aku ingin seiring bukan digiring.
………………….

Sabtu, April 10, 2010

We’re All Alone…..

Ini jatah nulis hari Rabu kemarin….

Pulang kerja, terjebak macet di jalan, mata jadi ngantuk. Mencet tombol CD di mobilku, ee.... yang muncul Peppi Kamadhatu dengan We’re All Alonenya Boz Scaggs and Rita Coolidge. Aku jadi nglangut, ingat kamarku waktu aku masih SMA di Solo. Kamarku yang berada di luar bangunan utama rumahku. Besar dan luas (wong seharusnya kamar itu bisa dibuat 2 kamar tidur….). Meja bundar beralas poselen yang aku pakai untuk belajar, satu papan tulis besar, tempat tidurku yang tua tapi nyaman, dan radio yang selalu menemaniku begadang (terutama kalau ada tugas menggambar teknik dari almarhumah ibu Admirah…..) semua terbayang kembali berkat lagu We’re All Alone itu. Jaman dulu, dari radio JPI di Solo, lagu itu begitu sering aku dengar.

Outside the rain begins and it may never end
So cry no more on the shore of dreams
Will take us out to sea
Forever more, forever more

Close your eyes and dream and you can be with me
Neath the waves through the caves of ours
Long forgotten now
We're all alone, we're all alone

Close the window, calm the light
And it will be all right
No need to bother now
Let it out. let it all begin
Learn how to pretend

Once a story's told it can't help but grow old
Roses do, lovers too
So cast your seasons to the wind
And hold me dear, oh, hold me dear

Close the window, calm the light
And it will be all right
No need to bother now
Let it out. let it all begin
All's forgotten now
We're all alone, we're all alone

Close the window, calm the light
And it will be all right
No need to bother now
Let it out. let it all begin
Throw it to the wind, my love
And hold me dear, oh, hold me dear

All's forgotten now, my love
We're all alone, we're all alone

…………………..
Alangkah cepat waktu berlalu. Sudah 27 tahun sejak masa SMA ku…. Aku berangkat tua, barangkali perjalananku tidak akan lama lagi. Sudah cukupkan bekalku??? Ya Allah, jadikan aku pandai mengisi waktu dengan hal-hal yang berkah…….

Pisuhan Gaya Solo

Aku dan suami memang berasal dari Solo. Dari kecil hingga SMA kuhabiskan waktuku di Solo. Hingga sekarang aku dan suami tetap berkomunikasi secara intens menggunakan bahasa Jawa. Ketiga anak kamipun aktif berbahasa Jawa, hanya rasanya mereka lebih kasar (terutama Lia dan Akbar, karena lebih terpengaruh logat Suroboyoan saat kami tinggal di Surabaya dulu). Anak-anak kami juga praktis tidak bisa ‘boso kromo alus’ lagi. Makanya kalau ke nenek dan kakeknya mereka malah lebih sering berbahasa Indonesia karena takut ngomongnya tidak sopan.

Meskipun bisa berbahasa Jawa, anak-anak kami sudah tidak familiar lagi dengan kata-kata yang sangat khas Solo, terutama pisuhan-pisuhan nya. Pisuhan adalah pengungkapan rasa kesal terhadap sesuatu yang tidak memuaskan (Kata kerja : misuh, definisi ini aku ambil dari http:// wiki.cahandong.org/pisuhan ). Dari kecil kedua orang tuaku melarangku dan saudara-saudaraku untuk misuh, karena itu menunjukkan ketidaksopanan. Sampai sekarangpun aku sangat jarang misuh. Tapi dalam pergaulan dengan teman-teman saat remajaku baik dulu maupun sekarang, pisuhan itu masih sering aku dengar dari mulut mereka. Untuk aku dan suamiku yang sudah lama cabut meninggalkan Solo dalam waktu lama (dan hanya kadang-kadang pulang, terutama Lebaran) mendengar pisuhan gaya Solo benar-benar menggiringku bernostalgia masa remajaku di Solo dulu.

Beberapa pisuhan gaya Solo yang masih sering kudengar antara lain yang aku tulis di bawah ini (sedangkan artinya yang dijelaskan dengan cukup jenaka aku ambil dari http:// wiki.cahandong.org/pisuhan

Dapurmu, berarti, Raimu, Rupamu, Mukamu.
Bajigur, bajinguk (???)
Gentho, makna aselinya adalah Maling.
Kemplu, biasanya dipasangkan dengan Kere. Bisa berarti bodoh atau tolol.
Keple , Sebutan untuk mereka yang menjadi selimut malam.
Kere, mengatai si obyek pisuhan sebagai orang miskin.

Matamu, berarti mata dan alat indera penglihatan. Diucapkan kepada orang tolol yang ndak punya mata dan tidak bermaksud menyinggung teman-teman yang tuna netra. Kata ini merupakan cikal bakal merk Dagadu, suvenir khas Jogja.
Matane, bentuk lain dari Matamu.
Modar, berarti seperti bilang Mampus!.
Modyaaar, Sama seperti Modar, cuman lebih mantep.
Munyuk, berarti monyet atau hewan primata lainnya.
Ndasmu, berarti kepalamu.
Nggatheli, memuakkan, menyebalkan, menjengkelkan.
Ndloghok (???)
Pathéken
Pekok, berarti tolol.
Sontoloyo, makna aselinya adalah gembala bebek. Entah kenapa eh kenapa kemudian menjadi pisuhan tingkat tinggi sungguh sejarah tentang kata pisuhan ini sudah kabur. Pokoknya ini termasuk pisuhan.

Simbahmu koprol, pisuhan yang ibarat kata: bagai pungguk merindukan bulan, karena sampai kapanpun sepertinya seorang simbah-simbah tidak akan mampu koprol.

Semprul, jenis pisuhan yang disinyalir mampu menimbulkan hujan lokal……..

...............
Tulisan ini mestinya aku post hari Selasa yang lalu.....

Ayo Mengenal Transporter Obat (5)

Sebagai lanjutan tulisanku Senin kemarin, hari ini akan kutulis tentang Transporter Obat yang Berperan pada Proses Ekskresi melalui ginjal.....

Banyak jenis obat yang diekskresi ke dalam urin melalui sistem transpor anion dan kation yang terdapat pada membran brush-border dan membran basolateral dari sel tubulus ginjal.

Karena beberapa transporter secara spesifik terdapat pada sel tubular ginjal, maka mereka dapat digunakan sebagai target penghantaran obat ke ginjal yang dapat mengontrol proses eliminasi.

OAT1 dan OAT3 terutama terdapat di ginjal dan terlokalisasi pada membran basolateral dari tubulus proksimal . Substrat dari OAT1 dan OAT3 termasuk anion organik yang kecil dan hidrofil seperti p-amino hipurat (PAH), methotrexat, antibiotika beta laktam, anti inflamasi non steroid dan obat-obat antiviral analog nukleosid. Akhir-akhir ini sudah dapat dikembangkan mencit yang dihilangkan Oat3 nya dan mencit-mencit ini mengalami gangguan fungsi transport anion organik di ginjal, tetapi tidak terjadi gangguan tersebut di hati. Hal ini menunjukkan bahwa Oat3 berperan penting pada pengambilan anion organik di ginjal tetapi tidak di hati.

Pada umumnya anion organik amfipatik yang berat molekulnya relatif tinggi seperti substrat-substrat OATP dieliminasi dari hati dan atau ekskresi empedu, sedangkan anion organik yang kecil dan hidrofilik diekskresikan ke dalam urin. Distribusi jaringan dan jalur eliminasi dari obat-obat dapat dijelaskan dengan kesamaan dan perbedaan pada pengenalan substrat oleh transporter yang terdapat di hati dan ginjal. Jadi dengan memodifikasi obat sehingga dapat dikenal oleh OATP atau OAT akan mengarah pada organotropisme hati atau ginjal. Secara umum keluarga OAT terdapat dalam jumlah banyak di ginjal kecuali OAT2 yang jumlahnya di hati lebih banyak daripada jumlahnya di ginjal.

Sabtu, April 03, 2010

Intellectuality and Sensuality…

Mawlana Jalaluddin Rumi said,he who has intellect dominates his sensuality, is higher than the angels, and he whose sensuality dominates his intellect, is lower than the beasts.

It’s really true….is lower then the beast……,

Wise Quote of Abul Qasim al-Qushayri

Abstaining from the unlawful is the beginning of renunciation
of the world, just as contentment with one's lot is a branch of satisfaction
with the will of God..... (semestinya ini diposting Jum'at kemarin....).

Doa Kang Suto

Berikut ini jatah postingku hari Kamis kemarin (tentang Literary).

Sebagai muslimah, alhamdulillah semangatku untuk tetap belajar memahami kitab suci Al Qur’an masih tetap tinggi. Aku masih tetap ingin memperbaiki tajwidku, dan aku ingin belajar tafsir, agar pemahamanku tidak terbatas pada apa yang tersurat dalam Al Qur’an saja. Baru-baru ini keinginanku untuk mulai belajar tafsir muncul lagi setelah beberapa tahun lamanya semangatku anjlok karena ’bete’.

Kejadian yang bikin aku bete itu terjadi di Surabaya kira-kira 8 tahun yang lalu. Aku memperoleh info dari teman kalau di suatu masjid pengajaran tentang tafsir Al Qur’an nya OK banget. Akupun mendaftar untuk belajar. Ternyata aku harus melewati test untuk bisa bergabung belajar tafsir. Test nya berupa membaca Al Qur’an. Hasil test aku dinyatakan tidak lulus, karena tajwid masih perlu dipoles (jelasnya makhorijal hurufnya tidak jelas) dan panjang pendek bacaan belum konsisten. Walhasil aku disarankan untuk masuk kelas belajar membaca Al Qur’an lagi. Setahun aku belajar membaca Al Qur’an, (bersama-sama dengan teman-teman yang kualitas bacaannya di bawahku), akibatnya aku bosan dan memilih mengaji sendiri di rumah. Aku agak jengkel, dan berpikir, kalau semua masjid menerapkan sistem seperti itu, kapan kita bisa belajar tafsir? Aku meyakini untuk belajar tafsir kita harus berguru pada yang ahli, agar pemahaman kita tidak melenceng. Untuk belajar tafsir memang kita harus memiliki kemampuan untuk membaca Al Qur’an, dalam arti memahami huruf per huruf, kaidah penulisan dan penyambungan huruf serta semua tanda bacaan. Tetapi aku kira untuk berguru tafsir tidak harus kita sudah sempurna bacaan makhorijal huruf serta panjang pendeknya bacaan. Kalau syarat terakhir ini diterapkan trus kapan umat ini memahami isi kitab sucinya? Orang seperti kang Suto pun kali sampai mati tidak dapat kesempatan untuk berguru tafsir. Menurut pendapatku, di masjid-masjid, majelis ta’lim semestinya tidak memberikan syarat yang begitu berat seperti yang aku tulis di atas, agar umat ini dapat dengan paralel belajar memperbaiki bacaan Al Qur’an nya dan sekaligus berguru tafsir.

Tapi nanti dulu, siapa sih kang Suto yang aku sebut-sebut tadi? Sebelumnya aku jelaskan ya...judul postinganku kali ini aku ambil dari sub judul bukunya kang Mohamad Sobary (’Kang Sejo Melihat Tuhan’, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, cetakan kedua tahun 1993, halaman 55-57). Aku termasuk yang cocok dengan falsafah kang Mohamad Sobary dan suka membaca tulisan-tulisannya. Untuk lebih mengenal Kang Suto, sebaiknya aku tuliskan sebagian dari tulisan kang Mohammad Sobary di buku itu yang sub judulnya adalah ’Doa Kang Suto’ ya.....

.............................
Dalam suasana ketika tiap orang yakin tentang Tuhan, muncul Kang Suto, sopir bajaj, dengan jiwa gelisah. Sudah lama ia ingin salat. Tapi salat ada bacaan dan doanya. Dan dia tidak tahu. Diapun menemui pak ustad untuk minta bimbingan, setapak demi setapak.

Ustad Betawi itu memuji Kang Suto sebagai teladan. Karena, biarpun sudah tua, ia masih bersemangat belajar. Katanya, ”Menuntut ilmu wajib hukumnya, karena amal tanpa ilmu tak diterima. Repotnya malaikat yang mencatat ilmu kita cuma tahu bahasa Arab. Jadi wajib kita paham Quran agar amal kita tak sia-sia”.

Setelah pendahuluan yang bertele-tele, ngajipun dimulai. Alip, ba, ta dan seterusnya. Tapi di tingkat awal ini Kang Suto sudah keringat dingin. Digebukpun tak bakal ia bisa menirukan pak ustad. Di Sruweng, kampungnya, ’ain itu tidak ada. Adanya cuma ngain. Pokoknya kurang lebih, ngain.

Ain, Pak Suto,” kata Ustad Bentong bin H. Sabit.
Ngain,” kata Kang Suto.
” Ya kaga bisa nyang begini mah,” pikir ustad.

Itulah hari pertama dan terakhir pertemuan mereka yang runyem itu. Tapi Kang Suto tak putus asa. Dia cari guru ngaji lain. Nah, ketemu anak PGA. Langsung Kang Suto diajarinya Alfatika.

Al-kham-du...,” tuntun guru barunya.
Al-kam-du...” Kang Suto menirukan. Gurunya bilang, ”Salah.”
Alkhamdulillah...’” panjang sekalian pikir gurunya itu.
Lha kam ndu lilah...” Guru itu menarik napas. Dia merasa wajib meluruskan. Dia bilang, bahasa Arab tidak sembarangan. Salah bunyi lain arti. Bisa-bisa kita dosa karena mengubah arti Quran.

Kang Suto takut. ”Mau belajar malah cari dosa,” gerutunya.
Ia tahu, saya tak paham soal kitab, Tapi ia datang ke rumah, minta pandangan keagamaan saya.
”Begini Kang,” akhirnya saya menjawab. ”Kalau ada ustad yang bisa menerima ngain, teruskan ngaji. Kalau tidak, apa boleh buat. Salat saja sebisanya. Soal diterima tidaknya, urusan Tuhan. Lagi pula bukan bunyi yang penting. Kalau Tuhan mengutamakan ain, menolak ngain, orang Sruweng masuk neraka semua, dan surga isinya cuma Arab melulu.”

Kang Suto mengangguk-angguk.
Saya ceritakan kisah ketika Nabi Musa marah pada orang yang tak fasih berdoa. Beliau langsung ditegur Tuhan. ”Biarkan, Musa. Yang penting ketulusan hati, bukan kefasihan lidahnya.”

Sira guru nyong”, (kau guruku) katanya, gembira.
Sering kami lalu bicara agama dengan sudut pandang Jawa. Kami menggunakan sikap semeleh, berserah, pada Dia Yang Maha Welas dan Asih. Dan sayapun tak berkeberatan ia zikir, ”Arokmanirokim,” (Yang Pemurah, Pengasih).

Suatu malam, ketika Klender sudah lelap dalam tidurnya, kami salat di teras masjid yang sudah tutup, gelap dan sunyi. Ia membisikkan kegelisahannya pada Tuhan.
”Ya tuhan, adakah gunanya doa hamba yang tidak fasih ini. Salahkah hamba, duh Gusti, yang hati-Nya luas tanpa batas,,,,”
Air matanya lalu bercucuran. Tiba-tiba dalam penglihatannya, masjid gelap itu seperti mandi cahaya. Terang-benderang. Dan Kang Suto tak mau pulang. Ia sujud, sampai pagi.....
.............................................................
Jadi sekali lagi, menurut pendapatku, di masjid-masjid, majelis ta’lim semestinya tidak memberikan syarat yang begitu berat seperti yang aku tulis di atas, agar umat ini dapat dengan paralel belajar memperbaiki bacaan Al Qur’an nya dan sekaligus berguru tafsir. Dan para da’i / ustad semestinya memperbaiki metoda berdakwah/mengajar nya. Orang seperti Kang Suto semestinya tidak diajar dengan metoda yang sama dengan anak atau orang yang sudah melek huruf Arab dalam waktu yang lama......

Syair, Musik dan Semangat Juang

Tulisan ini jatah posting Rabu kemarin.....

Waktu Bung Karno melarang para pemuda Indonesia mendengar dan mendendangkan lagu-lagu yang menurut beliau digolongkan lagu ngak ngik ngok, aku masih terlalu kecil untuk memahami alasannya. Tapi seumurku sekarang aku jadi mengerti mengapa Presiden pertama kita itu menerapkan larangan itu. Menurutku, para pemuda seyogyanya mengasah dirinya dengan membiasakan dirinya dengan segala sesuatu yang memberi semangat juang tinggi. Dalam semua keadaan. Baik di kala sedang belajar, bekerja, gembira, jatuh cinta, sedang rindu pada kekasih atau bahkan sedang dirundung kesedihan.

Musik, lagu dan syairnya merupakan salah satu bentuk seni suara yang sangat cocok untuk mengasah dan mengekspresikan perasaan kita. Mendengar dan ikut mendendangkan lagu yang syairnya cocok dengan suasana hati kita akan sangat mengekpresikan perasaan kita. So what’s the point? The point is how such expression will influence our spirit. Sama-sama mengasah dan mengekpresikan perasaan, mengapa tidak kita pilih lagu-lagu yang tetap membangkitkan semangat kita? Di negara kita sekarang ini tidak ada batasan bagi para seniman musik untuk berekspresi (tidak seperti jaman bung Karno dulu). Lagu dengan syair dan nuansa musik apapun (asal tidak mengancam keutuhan NKRI) bisa dilaunching dan diapresiasi oleh publik. Dari satu sisi ini bagus karena tidak membatasi HAM untuk berekspresi dan memperoleh penghasilan dari situ. Di sisi lain, kita, para konsumen musik dan lagu itu yang harus pandai memilih agar menikmati hasil seni itu tidak membuat semangat juang kita melorot. Menurutku, terutama para pemudalah yang harus lebih mewaspadai hal ini. Mengapa? Ya karena para pemudalah yang harus selalu memiliki semangat juang tinggi, bukankah merekalah yang nantinya menentukan masa depan kita setelah masa orang seusia kita berakhir? Kalau mereka banyak memble apa jadinya nanti….?

Ada beberapa contoh lagu yang sering dinyanyikan anakku yang menurutku syair dan musiknya sangat memble dan tidak macho. Aku suka mengingatkan anakku untuk tidak menyukai lagu begituan. Habis kesannya kita begitu loyo, tidak berdaya dan tidak punya pengharapan banget. Di posting ini aku tidak mau menyebut judul lagu dan penyanyi atau grup bandnya. Tidak etis dan rasanya sesudah kasusnya mbak Prita, seyogyanya aku tidak menulis yang beresiko di blogku ini. Lebih baik aku berikan contoh lagu yang baik musik dan syairnya membangkitkan semangat kita, supaya anda sekalian menilai apa pendapatku ini benar (akan lebih baik seandainya anda tidak hanya membaca teks syairnya tetapi kenal lagu itu dong biar lebih yakin…..).

Ada lagu Titi DJ yang aku suka dari dulu, kalo gak salah judulnya ‘Demi Cita-Cita’….
…….
Terik matahari dan panasnya hari
menyengat diriku
Namun ku tetap melangkah dengan pasti
Walau sejuta duka atau prahara
Tak akan merubah tujuanku

Badai menggelegar atau halilintar
yang akan datang
Yakin ku tetap melawan
dengan pasti
Biar segala nista atau sengsara
Tak akan merubah hasrat diri
yang kutuju

Doa dan semangat juang diriku
Tak kan kenal lelah selalu
Segala daya dan upaya
Pantang menyerah dan frustasi
S'lalu memohon kepada Nya
Semuanya demi cita-citaku

Terik matahari dan hujan yang akan datang
Tapi ku tetap melawan dengan pasti
Biar segala duka atau prahara,
Tak akan mengubah hasrat diri yang kutuju

Doa dan semangat juang diriku
Tak kan kenal lelah selalu
Segala daya dan upaya
Pantang menyerah dan frustasi
Slalu memohon ke padaNya
Semuanya demi cita-citaku……

Atau lagu “Smile’ nya Nat King Cole. Meskipun musiknya bernuansa mellow tapi syairnya jauh dari cengeng dan memble…

Smile though your heart is aching
Smile even though it's breaking
When there are clouds in the sky, you'll get by
If you smile through your fear and sorrow
Smile and maybe tomorrow
You'll see the sun come shining through for you

Light up your face with gladness
Hide every trace of sadness
Although a tear may be ever so near
That's the time you must keep on trying
Smile, what's the use of crying?
You'll find that life is still worthwhile
If you just smile

Buat yang lagi gak beruntung di kisah cinta, mengekspresikan perasaan lewat lagunya almarhum Christ Kayhatu yang satu ini juga OK (judulnya Biarkan Saja), syairnya tetap memberi semangat dan musiknya rancak dan gembira, tidak memble….

Ini kali tiada lagi, hasrat hati tuk berlari
Menerjang rasa, mengejar cinta di hidup ini,
Anganku terbang melayang, berarak terjang gelombang
Meniti buih, bebas dan lepas, tiada peduli….
Tiada lagi waktuku yang tersisa tuk menggali duka,
Bertahun tlah berlalu,
Meninggalkan hampa dalam dada,
Aku bukanlah lagi aku seperti aku yang dahulu
Kusadari, kumengeri betapa jauh perjalanan
yang harus kutempuh dalam hidup ini
Kala kutegak berdiri, saat kumelangkah pasti
Angin berlari, menyongsong mentari, sejuk di hati
Biarlah semua resah, biarkan segala duka menghilang pergi
Biarkan musnah dan biarkan saja…….

Nah kalo kita mempertimbangkan sisi religius itu lebih baik lagi. Agama apapun rasanya mengajarkan kita untuk fight, berjuang sesuai ajaran agama itu. Lagu Bimbo berikut ini cocok untuk mengingatkan kita bahwa segala masalah, kegagalan, duka cita yang kita rasakan tidak membuat kita lupa akan tujuan hidup kita ini…..

Hidup bagaikan garis lurus
Tak akan kembali ke masa yang lalu
Hidup bukan bulatan bola
Yang tiada ujung dan tiada pangkal
Hidup ini melangkah terus
Semakin mendekat ke titik terakhir
Tiap langkah hilangkan jatah
Menikmati hidup nikmati dunia
Pesan Nabi, jangn takut mati
Meski kau sembunyi dia menghampiri
Takutlah pada kehidupan
Sesudah kau mati, renungkanlah itu

Nikmati hidup dengan cinta
Ingatkan diri saat untuk berpisah
Tegakkan shalat lima waktu
Dan ingatkan diri saat dishalatkan……

Postinganku ini kalau orang Jawa bilang hanya ‘ngudoroso’ alias berpendapat saja. Anda sekalian boleh menilai pendapatku subyektif, tapi siapa tau tulisanku ini dapat mengetuk hati dan menginspirasi para seniman musik dan lagu agar apapun jenis musiknya, apapun konteks syairnya, mereka lebih memilih syair dan merilis musik yang tetap memberi semangat juang untuk ke arah yang lebih baik……

William Arthur Ward quote

Tulisan ini mestinya aku post di blogku ini hari Selasa kemarin.

Ada salah satu dari William Arthur Ward quote yang sangat aku suka karena quote itu memang benar.

“We must be silent before we can listen.
We must listen before we can learn.
We must learn before we can prepare.
We must prepare before we can serve.
We must serve before we can lead.”

Ternyata sebelum kita dapat memimpin lebih dahulu kita harus melayani. Sebelum memimpin keluarga, kita harus melayani anggota keluarga kita dulu….. (have you?...). Sebelum menjadi pemimpin di masyarakat, harus kita tunjukkan bahwa kita mampu dan mau melayani kebutuhan masyarakat dulu……..

Ayo Mengenal Transporter Obat (4)

Seminggu kemarin, lagi-lagi aku gak sempet posting sekalipun. Padahal tabungan tulisan cukup banyak. Jadi pada hari Sabtu ini aku rapel dah.....

Ini jatah posting hari Senin kemarin. Seri ke 4 tentang Mengenal Transporter Obat ini akan kuisi dengan tulisan tentang Transporter yang Berperan pada proses Distribuai Obat.

Drug targeting (penyampaian obat ke sasaran obat) merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan aktivitas farmakologi dan untuk menurunkan efek samping obat. Bermacam-macam transporter obat yang terdapat di hati, ginjal dan organ lain dapat menjadi target atau sasaran yang menjanjikan untuk penghantaran obat.

Kasus yang terdokumentasikan dengan baik adalah Pravastatin. Pravastatin (suatu 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A dari inhibitor reduktase ) mengalami sirkulasi enterohepatik yang menyebabkan perpanjangan pemaparan pada hati yang menjadi organ sasaran pravastatin dan juga menyebabkan pengurangan efek samping yang merugikan pada jaringan perifer. Sirkulasi enterohepatik ini diperantarai oleh berbagai transporter obat, mulai dari absorpsi dari saluran cerna hingga transpor empedunya. Dari vena porta hepatik pravastatin diambil oleh protein keluarga OATP yang terdapat pada membran sinusoidal (basolateral). Setelah memberikan efek farmakologi pada hati pravastatin diekskresikan dalam empedu oleh MRP2 tanpa mengalami perubahan metabolik yang berarti. Fraksi obat yang dilepaskan ke dalam duodenum kemudian direabsorpsi melalui transpor aktif.Jadi transpor hati-empedu yang efisien oleh OATP dan MRP2 memegang peran penting dalam sirkulasi enterohepatik yang bertanggung jawab pada kadar signifikan pravastatin dalam hati.

Juga telah dibuktikan bahwa penyampaian ke sasaran pada obat antikanker dapat dicapai menggunakan transporter oligopeptida PEPT1 yang terdapat pada tumor. Beberapa sel kanker pada manusia menunjukkan aktivitas transpor oligopeptida. Telah diteliti penghantaran obat antikanker yang mempunyai struktur mirip peptida seperti bestatin (yang merupakan substrat dari PEPT1) . Sesudah pemberian bestatin secara intra vena pada tikus gundul yang diinokulasi dengan sel tumor, konsentrasi bestatin pada tumor yang proses transpornya melibatkan PEPT1 tersebut lebih besar dibandingkan tumor yang proses transpornya tidak melibatkan PEPT1. Selanjutnya pemberian dosis berulang secara oral oral menekan pertumbuhan tumor yang proses transpornya melibatkan PEPT1. Diperkirakan bestatin terdistribusi ke jaringan tumor melalui mekanisme yang khas.

NTCP adalah protein ‘kotransporter’ untuk ion Na+-asam empedu yang memperantarai pengambilan asam-asam empedu oleh hati. Karena NTCP secara eksklusif terdapat dalam membran sinusoidal hati, transporter ini dapat digunakan sebagai target dalam penghantaran obat ke organ hati. Menurut Dominguez et.al. melakukan ‘coupling’ obat-obat tertentu dengan rantai samping dari asam-asam empedu dapat digunakan sebagai strategi untuk penyampaian obat pada sel-sel tumor pada hati. Cisplatin-turunan ursodeoksicholat (Bamet-UD2) secara efisien ditranspor oleh NTCP. Konsentrasi Bamet-UD2 di dalam hati beberapa kali lebih tinggi daripada konsentrasi setelah pemberian cisplatin saja.

Strategi penyampaian ke sasaran (drug targeting strategy) harus memperhatikan keberadaan transporter-transporter pada organ sasaran dan organ-organ lain (yang bukan organ sasaran). Sangat penting untuk mendisain molekul obat yang transpornya dapat diperantarai oleh transporter khas yang ada pada organ sasaran.

This posting will be continued next Monday ya…..