Rabu, September 30, 2009

Sendratari Ramayana

Kalau mendengar Sendratari Ramayana, apa yang terbayang di benak anda? Ya, pasti suatu seni gerak dan tari yang menceritakan kisah Rama Sinta. Nah yang aku maksud di judul postingku ini adalah sendratari Ramayana yang digelar selama 4 malam berturutan di candi Prambanan saat bulan sedang purnama. Aku jadi pengin menulis tentang ini karena pas kemarin mudik ke Solo, lewat Prambanan malam-malam, aku jadi ingat pengalamanku dulu jadi salah satu pendukung sendratari tersebut selama berbulan-bulan.

Adalah guru kesenianku di SMP Negeri 4 Solo (Ibu Suyuti, seandainya beliau masih ’sugeng’ / hidup semoga Allah memberinya kesehatan yang baik) yang mula-mula mengajakku berlatih menari di ndalem Sosromijayan, Njero Mbeteng Solo. Kalo nggak salah tiap hari Selasa/Kamis, sore hari aku dan kakakku, mbak Ninik, bersepeda ke ndalem Sosromijayan, untuk berlatih menari Jawa. Teman sekolahku yang ikut berlatih antara lain Tutuk (Kusmartinjung Probo Nugroho) dan Dyah Qwartina (sekarang di Telkom Datel Malang). Sedang temen mbak Ninik yang ikut latihan adalah mbak Citra dan mbak Teki. Di ndalem Sosromijayan kami berlatih 4 buah tarian yang memang jadi jatah kami dalam sendratari Ramayana itu, yaitu tari jin,mina (ikan), api dan parkan Sinta. Sementara penari yang lebih senior juga berlatih tarian yang menjadi bagian mereka masing-masing, seperti penari Rama, Sinta, Rahwana, Laksmana, Trijatha, Anoman, Karna, dll.

Pada tahun 1976-1979, saat kejadian yang kuceritakan ini berlangsung, tim yang berlatih menari di ndalem Sosromijayan itu adalah tim yang ditunjuk
untuk mengisi sendratari Ramayana setiap bulan purnama, 4 malam berurutan. Sebenarnya tidak hanya tim tersebut tapi ada satu tim lagi dari daerah prambanan dengan jumlah personil yang cukup banyak tapi tidak perlu banyak berlatih serius. Mengapa? Karena tarian yang mereka bawakan lebih sering bersifat spontanitas dan improvisasi, lebih banyak berjumpalitan, melompat dan berguling-guling yang boleh semau-maunya. Mereka menarikan rombongan kera dan raksasa.

Dalam setiap bulan, aku dan mbak Ninik bisa dapat jatah 2-4 malam menari di panggung. Setiap malam manggung ada judul ceritanya. Malam pertama dan kedua aku lupa judulnya, tapi yang jelas bercerita tentang awal diculiknya Sinta oleh Rahwana dan awal pencarian oleh Rama. Malam ketiga berjudul Rama Tambak, yang bercerita usaha Rama membendung lautan agar dapat menyeberang ke Alengka. Malam keempat berjudul Sinta Obong yang bercerita tentang dibakarnya Sinta untuk menunjukkan bahwa dirinya masih suci dari jamahan Rahwana.

Bila kebagian 4 malam manggung biasanya aku menari parkan Rahwana (malam 1), menari jin (malam 2), menari parkan Sinta atau mina (malam 3) dan menari sebagai api (malam4). Dintara tarian itu yang paling berat kalau menari parkan Sinta. Parkan berarti pelayan jadi paling berat menari sebagai pelayan Sinta. Soalnya ini adalah tari putri, dengan gerakan lambat, kostumnya kain jarik panjang yang ribet (bandingkan dengan tari api, mina dan jin yang pake celana sedengkul), rambutnya dikonde lagi. Belum lagi berada di panggungnya lama dan harus menguasai blocking panggung, banyak adegan menangis dengan posisi jongkok jadi pegelnya minta ampun, banyak dishoot oleh lampu jadi kalau salah gerak ketahuan banget sama penonton. Paling enak kalau kebagian menari parkan Rahwana, sebenarnya itu bukan menari tapi hanya mejeng alias pemain figuran. Habis dengan kostum pelayan yang membawa segala makanan si raja raksasa Rahwana, masuk panggung berbaris mengikuti Rahwana, lalu duduk seperti pager ayu di ujung pintu keluar panggung. Ya sudah, duduk dan ikut nonton adegan yang terjadi di panggung, kalau bosan bisa ngobrol dengan sesama parkan Rahwana. Kalau si juragan Rahwana keluar dari panggung, baru kita berbaris lagi di belakangnya ikut keluar. Sedangkan tari jin, mina dan api merupakan tarian massal dengan gerak serempak dan kostum yang ’agak santai’ berupa celana sedengkul dan rambut terurai tapi memakai jamang (ikat kepala). Sesuai namanya tari jin itu menari sebagai jin, makhluk halus yang mengganggu Rama/Laksmana yang sedang bertapa. Sedangkan tari mina(=ikan) itu menari tentang ikan yang menderita karena lautannya dikeringkan oleh Rama agar dia dan pasukan kera dapat menyerbu Alengka. Setelah datang dewa Baruna, barulah air laut dikembalikan lagi dan para ikan hidup normal kembali. Pada tari api kami berperan sebagai api yang membakar tubuh Sinta, dengan kostum merah cerah yang membuat panggung menyala di malam terakhir pertunjukan.

Pada malam manggung biasanya kami harus sudah berkumpul di ndalem Sosromijayan sesudah Ashar. Jam setengah empat sore dengan dua buah bis (namanya bis ’PENI’) kami berangkat. Menjelang magrib kami sampai di Prambanan. Sesudah shalat magrib, kami mulai berdandan. Tau nggak tim periasnya? Mereka adalah ibu-ibu sepuh yang pantas jadi nenekku. Pada awal ikut manggung, aku menyerahkan diriku untuk dirias oleh mereka. Hasil riasan yang bagaimanapun aku terima. Setelah beberapa bulan aku mulai belajar merias mukaku sendiri dibantu temen-temanku. Untuk kostum kami memang harus bisa memakainya sendiri, juga dibantu sesama teman. Aku hanya menyerahkan kepalaku pada ibu perias bila aku kebagian menari parkan Sinta, karena memang aku nggak bisa pasang konde sendiri. Sekitar jam setengah delapan pertunjukan dimulai. Ibu Suyuti dibantu suaminya selalu mengingatkan kita untuk siap di belakang panggung tepat pada waktunya agar semua adegan berlangsung sesuai skenario. Bila jatah tarian kita kelar, kita dapat berganti kostum, menghapus riasan, mengembalikan kostum kita pada yang bertugas dan ke bagian administrasi untuk menerima honor. Berapa honornya? Awal aku bergabung di sekitar tahu 1977, honor menari itu hanya Rp 600,- setiap malam. Tidak peduli kita menari sebagai Rama yang serius , parkan Rahwana yang cuma figuran atau pasukan kera/raksasa yang pegel badannya karena berkali-kali berguling, honornya rata, Rp 600,- per kepala per malam. Honor ini naik sedikit demi sedikit, honor terakhir yang aku terima di tahun 1979 adalah Rp 1250,-. Kalau sudah terima honor di tengah pertunjukan biasanya aku dan mbak Ninik ikut duduk di tempat penonton dan mengikuti sisa adegan selanjutnya. Bila pagelaran selesai, sambil menunggu teman-teman yang lain berganti kostum, kami menunggu di dalam bis PENI atau jajan makanan di sekitar itu. Jam setengah sepuluh malam kami meluncur kembali ke Solo. Di dalam bis seringkali terjadi guyonan tentang aksi panggung malam tadi. Biasanya ini karena aksi spontanitas di panggung. Misalnya si tukang kendang yang nggerundel tentang si pemain Anoman yang nggak cepet bergerak meskipun si kendang sudah ngajak. Atau sebaliknya cengengesan gaya Tukul, si tukang kendang sengaja membuat penari melakukan gerakan yang sama berkali-kali sehingga si penari mengerling dan mengancam akan membalasnya di belakang panggung. Dalam gamelan Jawa, kendang memang berfungsi sebagai pengatur irama, mau cepet atau lambat, kendanglah komandonya. Ritme ini diikuti penari. Jadi kalau tukang kendangnya sinting banyak kejadian di panggung yang bisa terjadi di luar skenario. Jam sebelas malam sampai di ndalem Sosromijayan, papiku sudah menjemput aku dan mbak Ninik dengan vespa tuanya.

Begitu sudah di SMA aku tidak lagi bergabung dengan tim sendratari Ramayana itu. Aku nggak ingat sebabnya, tapi kemungkinan adalah aku jarang berlatih. Jatah manggung memang diprioritaskan bagi yang rajin berlatih. Ini berlaku bagi penari junior seperti aku atau penari-penari senior pemeran Rama, Laksmana, Sinta, Trijatha dan lain –lain.

Ada hal-hal positif yang dapat aku ambil dengan bergabung dengan para seniman tari itu. Mereka punya jiwa solidaritas yang tinggi, perasaan mereka pada umumnya halus, sehingga sering dari adegan tari terbawa ke hati jadi cinta lokasi. Aku tidak tahu dengan panggung baru sekarang ini (tempat aku manggung dulu sudah dipindah ke lokasi baru yasng sekarang ini), tim kesenian mana yang ditunjuk untuk mengisi sendratari Ramayana di candi Prambanan. Apakah masih tim Sosromijayan itu, aku tidak tahu. Semoga pihak-pihak yang berkepentingan masih memelihara budaya menampilkan sendratari ini setiap bulan. Sambil memelihara budaya dapat pemasukan dari turis yang menonton. Panggung terbuka tidak memerlukan AC, (konon tiap malam manggung selalu ada pawang hujan yang bertugas agar hujan tidak turun), di bawah cahaya bulan purnama, menyaksikan kisah cinta Rama Sinta yang melegenda (tapi menurutku berakhir sia-sia).

Secara tidak langsung, menjadi bagian dari sendratari Ramayana memberi manfaat lain bagiku. Aku jadi menyukai menyukai bahasa Inggris dan berani mempraktekkan kemampuan bahasa Inggrisku yang masih minimal untuk berkomunikasi dengan turis bule, menterjemahkan adegan yang sedang berlangsung di panggung, hingga si bule dapat mengikuti jalan ceritanya. Istilahnya menjadi penerjemah nekad alias ’hantem kromo’, he..he.. Tapi dari penerjemah nekad itu, sampai sekarang aku tetap menyukai dan aktif mempergunakan bahasa Inggris untuk menulis dan menyampaikan aspirasi serta perasaanku.

Selasa, September 29, 2009

Lebaran di Rumah Orang Tuaku

Alhamdulillah, lebaran tahun ini seluruh anggota keluargaku dapat lengkap berkumpul di rumah orang tuaku di Solo. Kalau kubilang lengkap itu berarti formasinya terdiri dari kedua orang tuaku, aku dan tujuh orang saudara kandungku, suamiku dan ketujuh iparku, ketiga anakku dan 14 orang keponakanku. Momen seperti ini langka terjadi, dulu hanya mungkin terjadi pada saat diantara kami (aku atau saudaraku) ada yang menikah. Sudah beberapa kali lebaran ini adikku yang di Balikpapan tidak bisa berlebaran bersama kami. Tapi tahun ini kami lengkap hadir di hari pertama lebaran dan bergiliran sungkem pada kedua orang tuaku. Papiku yang baru saja mulai pulih dari serangan stroke yang kedua dan ibuku yang makin sepuh tapi alhamdulillah kelihatan sehat, terlihat berbahagia dengan berkumpulnya kami semua. Semoga kebahagiaan itu benar-benar menjadi obat bagi segala penyakit mereka di usia sepuh itu.

Berkumpul dengan formasi lengkap itu tidak sekedar membahagiakan tapi harus diimbangi dengan manajemen yang handal untuk mengatur segala kebutuhan geng sebesar keluargaku itu. Manajemen itu meliputi pengaturan lokasi kamar, pengaturan menu dan pengadaan makan, pengaturan penyediaan minum, pengaturan tugas cuci piring dan bersih-bersih rumah hingga pengaturan jadwal mencuci baju.

Dulu dengan anak sejumlah 8 orang, rumah orang tuaku yang luas rasanya sangat cukup mengakomodasi ruang gerak kami berdelapan. Mau tidur di kamar yang manapun, tidak perlu aturan njelimet. Sekarang dengan 8 pasangan kita dan 17 anak-anak kita, aturan ‘siapa tidur di kamar yang mana’ itu harus disepakati. Biasanya ibuku yang mengatur, kami 8 anak beserta pasangan masing-masing pasti dapat satu buah kamar. Sedangkan anak-anak kami, tidak akan cukup kalau diberikan kamar masing-masing. Oleh karena anak-anak kami belum ada yang berumah tangga makanya anak-naka kami biasanya tersebar di berbagai kamar dan di ruang publik. Pengaturan ini tentu ada baiknya karena anakku dan sepupu-sepupunya tetap bisa lebih akrab. Mereka ada yang tidur di depan TV, di sofa, di kamar tamu dll.

Untuk acara makan, sudah beberapa tahun terakhir ini kita terapkan pengaturan menu yang notabene lebih banyak menu ’beli’ alias tidak memasak sendiri. Hal ini karena masalah kepraktisan dan mencegah ibuku repot dan capek. Untuk tahun ini hari pertama lebaran kami memborong bebek goreng pak Slamet yang kesohor di Solo itu. Hari kedua kami belanja nasi liwet lengkap, hari ketiga kita memilih beli gudeg Yogya mbah Mul di Pasar Klewer, hari keempat dan selanjutnya giliran beli ketengan ada bakso, selat jawa, soto Triwindu, goreng bandeng dll. Pokoknya untuk lauk kita lebih banyak beli. Sedangkan untuk nasi dan minum tetap kita sediakan sendiri. Minum ada aqua dan dispensernya, tapi setiap pagi dan sore kami selalu menyediakan teh anget dalam mug. Ini ritual keluarga kami dari dulu, menikmati teh anget terutama di sore hari. Hebohnya adalah setiap pagi dan sore selain mug teh untuk papi dan ibuku, kami membuat teh dalam 33 buah mug. Masing-masing untuk 8 orang kami dan pasangan kami beserta 17 orang cucu papi dan ibuku. Kayak mau arisan saja kan?

Untuk tugas cuci piring dan bersih-bersih rumah tidak kita atur dengan begitu ketat, tapi alhamdulillah di antara kami ada tenggang rasa dalam hal ini. Kalau belum kebagian biasanya terus ambil bagian. Anak sulungku sudah gadis, jadi pas giliranku aku bisa minta bantuannya. Kebayang gak, sekali kena tugas nyuci, yang dicuci adalah 35 buah piring, 35 buah mug, sendok garpunya juga tempat sayur dan nasinya. Lumayan makan waktu dan tenaga....

Bagaimana dengan jadwal mencuci baju? Ya diatur dengan bijaksana dan penuh tenggang rasa di antara kami, tapi rasanya tidak tenggang rasa terhadap mesin cuci kami (baca: tidak berperimesincucian). Lha gimana, mesin cuci kami yang dua buah itu rasanya tidak berhenti kerja siang dan malam. Kalau pagi ini aku dan adikku yang mencuci, nanti satu jam lagi ganti kakakku dan adikku yang lain, siang nanti giliran saudaraku yang lain, bahkan malam haripun sambil kita bercengkerama masih ada yang nyambi nyuci. Bener-bener menguras tenaga mesin cuci kami...

Itulah gambaran suasana lebaran di rumah orang tuaku di Solo tahun ini. Tahun ini kami tidak bepergian kemana-mana karena kondisi papiku yang tidak memungkinkan diajak bepergian. Tahun-tahun lalu kami ada kalanya bepergian, ke luar kota bersama-sama. Atau nonton film bersama-sama (tahun lalu kami nonton Laskar Pelangi dan membeli 17 buah tiket).

Kadang aku membayangkan, kalau Allah memberiku perkawinan yang langgeng dengan Herlan, dan memberiku usia yang panjang sehingga aku bisa menyaksikan ketiga anakku berkeluarga dan memberiku cucu-cucu yang mengunjungiku di hari lebaran, sepertinya suasananya tidak akan seramai dan seheboh suasana di rumah orang tuaku saat ini. Tapi aku tahu pasti persamaannya, yaitu suasana dan berkumpulnya anak, menantu dan cucu-cucuku akan membuatku bahagia, sangat bahagia. Semoga Allah memberiku kesempatan menikmati masa itu....

Senin, September 28, 2009

Faktor-Faktor Farmasetik yang Mempengaruhi Pemberian Obat Secara Parenteral

Beberapa karakteristik farmasetik mempengaruhi metoda,rute pemberian, kecepatan dan ketercapaian ketersediaan hayati obat-obat yang diberikan secara parenteral. Faktor-faktor itu antara lain kelarutan obat dan volume injeksi; karakteristik pembawa; pH dan osmolalitas larutan injeksi, bentuk sediaan injeksi dan komponen formulasi.

Kelarutan Obat dan Volume Injeksi
Pada pemberian secara intravena, obat-obat harus sepenuhnya dalam keadaan terlarut dalam pembawa (dan lebih disukai pembawa yang digunakan adalah air). Kelarutan obat dalam pembawa yang digunakan dan dosis yang diperlukan akan menentukan volume injeksi intravena. Untuk rute injeksi selain intravena seperti intramuskular, intradermal, subkutan, intraokular, intraventrikular, intratekal, ada volume maksimum yang dapat diberikan. Untuk rute intramuskular sediaan injeksi dapat berupa suspensi atau larutan dalam pembawa non air.

Karakteristik Pembawa
Pembawa air dapat digunakan untuk sediaan injeksi melalui berbagai rute pemberian, sedangkan injeksi dalam pembawa non air (yang bercampur atau tidak bercampur dengan air) hanya digunakan terutama untuk rute injeksi intramuskular. Injeksi dengan rute pemberian intravena dapat diformulasikan dengan menggunakan pelarut campur (misalnya untuk formula injeksi mengandung diazepam, digoxin dan fenitoin), dengan catatan kecepatan pemberian infus harus tetap diperhatikan agar tidak terjadi pengendapan obat di lokasi pemberian. Emulsi lemak dapat juga diberikan secara intravena (dengan catatan emulsinya harus berupa emulsi mikro). Pembawa non air yang lebih kental dari air akan mempengaruhi kecepatan injeksi melalui jarum dan kecepatan absorpsi di lokasi injeksi.

pH dan Osmolalitas Larutan Injeksi
Idealnya sediaan injeksi adalah isohidri dan isotoni dengan cairan biologis, sayangnya hal ini seringkali tidak dapat dicapai karena beberapa sebab, misalnya banyak obat-obat yang tidak stabil pada pH netral (pH cairan biologis). Karena itu banyak obat diformulasikan dalam bentuk sediaan injeksi pada pH stabilitasnya yang tidak sama dengan pH cairan biologis. Sebagai contoh diazoxide (turunan benzotiadiazin non diuretik) diformulasikan sebagai sediaan injeksi pada pH stabilitasnya yaitu 11,6. Banyak senyawa obat yang merupakan basa lemah banyak diformulasikan sebagai sediaan injeksi dalam bentuk garamnya (misalnya tetrasiklin HCl) pada pH stabilitasnya yaitu sekitar 2,0. Atau senyawa obat yang merupakan asam lemah banyak diformulasikan sebagai sediaan injeksi dalam bentuk garamnya (misalnya Dilantin®) pada pH stabilitasnya yaitu sekitar 12,0. Sediaan injeksi dengan pH ekstrem (berbeda jauh dari pH cairan biologis) harus diinjeksikan dengan kecepatan yang terkontrol untuk menghindari terjadinya nyeri dan iritasi pada pasien serta terjadinya kerusakan jaringan di sekitar lokasi penyuntikan.

Beberapa formulasi sediaan injeksi merupakan sediaan yang hiperosmotik atau hipertoni dibandingkan dengan cairan biologis dengan tujuan untuk mencapai ketersediaan hayati yang diinginkan. Sebagai contoh adalah golongan anestetik spinal, diaxozide dan golongan diuretik osmotik, dan obat tetes mata sulfasetamide. Produk nutrisi parenteral mengandung asam amino dan dekstrosa dengan konsentrasi tinggi sehingga hipertoni. Larutan ini disebut larutan hiperalimentasi dan harus diberikan melalui vena yang besar seperti vena subclavian. Darah dari vena ini langsung menuju jantung sehingga larutan yang hipertoni itu langsung diencerkan dengan volume darah yang besar.

Pada umumnya sediaan yang hipertoni merupakan kontarindikasi untuk rute pemberian intramuskular dan subkutan. Karena pada lokasi penyuntikan tersebut, tidak banyak cairan biologis yang tersedia untuk mengencerkan larutan hipertoni itu sehingga hal ini dapat menimbulkan rasa sakit dan kerusakan jaringan di sekitar tempat penyuntikan.

Bentuk Sediaan Injeksi
Bentuk sediaan parenteral berupa larutan sejati, suspensi atau padatan steril untuk direkonstitusi dengan pembawa steril. Bentuk sediaan suspensi hanya dapat digunakan melalui rute intramuskular dan subkutan. Tidak boleh ada partikel sedikitpun pada sediaan yang diberikan secara intravena, atau rute parenteral lain yang obatnya langsung cairan biologis atau jaringan yang sensitif (misal otak atau mata), sehingga untuk rute-rute tersebut bentuk sediaannya harus berupa larutan sejati. Padatan steril sebelum digunakan harus dilarutkan dahulu dalam pembawa steril sebelum digunakan. Formulasi ini seringkali berhubungan dengan stabilitas bahan aktif obat dalam bventuk terlarut. Karena itu pelarutan bahan aktif obat dilakukan sesaat sebelum penyuntikan dilakukan.

Komponen Formulasi
Komponen formulasi sediaan parenteral antara lain meliputi bahan aktif obat, pembawa, pendapar, pengisotoni, antioksidan, surfaktan, pengikat logam (chelating agents) dan pengawet. Komponen pengawet terutama digunakan untuk sediaan dosis ganda atau multidose. Pengawet tidak boleh diberikan pada sediaan injeksi untuk rute melalui cairan cerebrospinal atau cairan intraokular karena dapat menimbulkan toksisitas. Surfaktan kadang dimasukkan dalam formulasi untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif, tapi harus diingat surfaktan dapat juga mengubah permeabilitas membran, oleh karena itu sebaiknya surfaktan digunakan dengan hati-hati pada sediaan yang ditujukan untuk rute intramuskular dan subkutan.

Untuk sediaan pelepasan lambat atau terkontrol seringkali ditambahkan eksipien berupa pelarut minyak atau polimer dengan berat molekul yang tinggi. Sediaan pelepasan lambat ini seringkali ditujukan untuk rute subkutan atau intramuskular.

...........................
untuk posting ini aku ngintip buku Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral Medications, Volume I, yang diedit oleh Kenneth A. Avis, Leon Lachman dan Herbert A. Lieberman, Marcel Dekker, Inc., New York, 1984, halaman 14-16.

Minggu, September 27, 2009

Maaf yang Membangkitkan

Judul postingku kali ini kuambil dari judul tulisan Zaim Ukhrowi di Republika, Jum’at, 18 September 2009. Sesungguhnya adalah aku setuju dan membenarkan apa yang ditulisnya itu. Secara ringkas, Zaim menulis:

‘Memaafkan sepertinya merupakan kebaikan hati kita terhadap orang lain yang telah berbuat salah pada kita atau menyakiti kita. Dengan memaafkan seolah-olah posisi kita tampak lebih tinggi dibanding yang kita maafkan. Sebenarnya, kepentingan terbesar memaafkan adalah buat diri kita sendiri, bukan buat orang lain yang kita anggap salah. Ketika kita menganggap seseorang bersalah terhadap diri kita, orang atau kesalahan itu akan menyita perhatian kita, mendominasi pikiran kita, berpikir seolah kesalahan itu menentukan nasib kita, menggeser berbagai urusan yang lebih penting dan lain-lain. Dengan memaafkan akan berarti membebaskan diri kita sendiri dari beban-beban yang tidak penting itu. Dengan memaafkan berarti membebaskan diri dari amarah, dendam dan mengingat kesalahan orang lain. Hanya ketika telah terbebas dari beban-beban itu dan hanya ketika telah bersih dari ‘kotoran-kotoran’ itu, setiap pribadi akan menjadi dirinya sendiri secara murni, kembali ke jati dirinya yang sejati dan disebut berada pada posisi fitri. Menjadi bersih dan tanpa beban merupakan modal terpenting buat bangkit menjadi pribadi yang sukses dunia akherat. Jadi memaafkan akan membangkitkan diri kita sendiri dan bukan orang lain….’

Yap. Aku setuju dengan yang ditulis bang Zaim itu. Seperti kata Al Qur’an QS Asy Syuuraa:40 ..dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim…
Jadi sebenarnya Islam mengajarkan umatnya untuk menuntut balas secara sepadan. Namun lebih dari itu Al Qur’an menegaskan bahwa memaafkan adalah lebih baik daripada menuntut balas….

Al Qur’an dan tulisan bang Zaim sungguh membuka mata dan very inspiring. Memaafkan lebih baik daripada menuntut balas. Memaafkan akan membangkitkan diri kita. Kebangkitan akan lebih lagi kalau kita mau meminta maaf juga. Jadi mumpung masih dalam suasana lebaran, aku memaafkan anda dan tolong maafin aku juga ya......

Sabtu, September 26, 2009

All Mighty

Grant me authority.
My craft is to travel on the sea light
Do not amend my attention to others, but you,
My head, brain and acumen
Shall be acquiescent to you.

I pray to you.
I shall not desire depending upon the will of another.
Where doubtful and uncertainty
You are compassionate.

I pray to you.

I have no accusation but am grateful to you.
Me and my life, the gifts you manifest.

I pray to you.

.......

By: Abu Bakr Ahmad al Haroun

QS Al Jatsiyah:14-15

14. Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut akan Hari-hari Allah, karena Dia akan membalas suatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan.

15. Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhan-mulah kamu dikembalikan.

..........

Tulisan harusnya diposting hari Jum'at kemarin, tapi karena kemarin aku dan keluarga masih dalam perjalanan dari Solo ke bandung makanya tak posting hari Sabtu ini....

Rabu, September 16, 2009

Menjaga Kemabruran Haji

Sepulang haji awal tahun 2006, aku berjanji dalam hatiku untuk selalu menjaga kemabruran hajiku (semoga Allah SWT benar-benar menganugerahi aku dengan haji yang mabrur, amin). Aku berusaha untuk menambah ibadahku kepada Allah, aku berusaha lebih tawadlu’ terhadap sesama, lebih berkontribusi yang baik terhadap lingkungan, ikhlas menerima semua ketentuan Allah untukku, dan sabar menghadapi semua kesulitan dan cobaan hidup.

Rasanya untuk yang besar-besar itu, planning dan implementasinya sudah nyata (aku lakukan). Tapi kadang untuk hal-hal yang kesannya sepele malah kurasa aku belum sepenuhnya mampu aku lakukan. Sebagai contoh adalah aku sering tidak mampu bersabar dan menahan diri untuk tidak mengumpat bila sedang menyetir mobil dan di jalan banyak orang yang tidak tertib. Jalanan sepi, tapi tiba-tiba ada motor nyelonong memotong jalanku yang membuat aku kaget dan mengerem mendadak. Paling tidak ‘dasar kampret…’ atau ‘astaghfirullaah, dasar semprul, samin…..’. Atau jalanan macet..cet, semua antri tapi ada orang yang keluar dari antrian, bikin barisan baru yang membuat jalan lebih macet lagi. Paling tidak, ‘wah memang kemplu itu orang…’ atau ‘mobil aja yang bagus tapi IQ nya jongkok pisan…’, itu gerundelanku. Meskipun umpatan itu tidak seheboh umpatan kapten Haddock, aku tahu bahwa itu sudah cukup membuktikan kalo aku tidak menjaga kemabruran hajiku. Apalagi bila aku hanya mengucap, ‘masya Allah sopir angkot itu…..’, tapi anakku yang paling kecil, Salman, yang duduk di sebelah tempat dudukku ikut-ikutan berucap, ‘kentir bin koplak itu, bu…’. Aku tidak hanya mengumpat tapi juga mengajari anakku meniru kebiasaan burukku, jadi aku belum berhasil menjaga kemabruran hajiku. Aku menyadari kesalahan itu, dan aku akan berusaha untuk memperbaikinya dengan tidak lagi mengulanginya lagi….

Aku berhaji bersama Herlan, suamiku. Entah apa yang sudah dilakukannya untuk menjaga kemabruran hajinya……

Bella Luna

Anakku, Akbar, beberapa waktu yang lalu seneng banget nyanyi dan main gitar lagu Bella Luna-nya Jason Mraz. Begitu denger lagunya, bapaknya langsung menyukainya dan ikut-ikutan nyanyi. Adik dan kakaknya juga ikutan seneng. Terakhir mak-nya juga seneng dengernya. Cuma seneng dengernya tapi sulit apal nyanyinya. Lha gimana, syair lagu itu terdiri dari 47 baris, tapi nggak ada yang diulang sama sekali. Nggak tau deh sudah estewe begini ingatanku kok agak error (Jawa:’kethul’), susah untuk mengingat dengan cepat. Pokoknya lagunya enak, cengkok suara penyanyinya khas banget.

Oya ini tak copy-in text lagu Bella Luna yang sempet jadi fave song di rumahku....

BELLA LUNA
Jason Mraz

Mystery the moon
A hole in the sky
A supernatural nightlight
So full but often right
A pair of eyes a closing one
A chosen child in golden sun
A marble dog that chases cars
To farthest reaches of the beach and far
beyond into the swimming sea of stars

The cosmic fish they love to kiss
They're giving birth to constellations
No riffs and oh no reservation
If they should fall you get a wish or dedication
May I suggest you get the best
For nothing less than you and I
Let's take a chance as this romance is rising over
before we lose the lighting
Oh bella bella please
Bella you beautiful luna
Oh bella do what you do
Do do do do do

You are an illuminating anchor
Of leagues to infinite number
Of crashing waves and breaking thunder
Tiding the ebb and flows of hunger
You're dancing naked there for me
You expose all memory
You make the most of boundary
You're the ghost of royalty imposing love
You are the queen and king combining everything
Intertwining like a ring around the finger, of a girl
I'm just a singer, you're the world
All I can bring ya
Is the language of a lover
Bella luna, my beautiful beautiful moon
How you swoon me like no other

May I suggest you get the best
Of your wish may I insist
That no contest for little you or smaller I
A larger chance yet, but all them may lie
On the rise, on the brink of our lives
Bella please
Bella you beautiful luna
Oh bella do what you do
Bella luna
My beautiful beautiful moon
How you swoon me like no other, oh oh oh

Senin, September 14, 2009

MEMBUAT TABLET DENGAN KECEPATAN DISOLUSI ZAT AKTIF MAKSIMUM (Bagian 3 dari 3 Tulisan)

PROSES PEMBUATAN TABLET

Metoda Granulasi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses granulasi meningkatkan kecepatan disolusi dari zat aktif yang kurang larut. Pemakaian bahan pengisi seperti amilum, laktosa anhidrat, laktosa spray-dried dan mikrokristal selulosa cenderung meningkatkan hidrofilisitas zat aktif dan meningkatkan karakteristik disolusinya. Karena itu sering dikatakan metoda granulasi basah lebih baik dibanding metoda granulasi kering atau slugging. Tetapi sekarang dengan lebih canggihnya mesin cetak tablet dan adanya bahan-bahan yang cocok untuk tablet cetak langsung, dengan formula yang sesuai dapat dihasilkan tablet dengan karakteristik disolusi yang lebih baik dari tablet yang dibuat dengan cara granulasi basah. Bila digunakan metoda granulasi basah maka harus diperhatikan waktu pencampuran granul, jumlah zat pengikat, metoda, waktu dan suhu pengeringan, waktu pencampuran dengan lubrikan, usia granul (saat pencetakan), kadar air granul saat pencetakan dan kekerasan tablet.
Ho dan Hersey, memperkenalkan suatu metoda novel granulasi yang didasarkan pada terbentuknya aglomerat bila penggerusan serbuk dilakukan dalam waktu yang panjang. Metoda ini disebut Agglomerative Phase of Comminution (APOC). Metoda ini diketahui menghasilkan tablet dengan kekuatan mekanik yang lebih besar dan kecepatan disolusi zat aktif yang lebih besar dibanding tablet yang diperoleh dengan cara granulasi basah. Tetapi bagaimanapun pemilihan metoda pembuatan tablet yang menekankan pada hasil yang memiliki karakteristik disolusi yang baik harus tetap mempertimbangkan kecocokannya dengan zat aktif yang digunakan. Misalnya zat aktif tidak tahan dengan suhu pengeringan (panas) atau terhidrolisa dengan adanya air, sebaiknya tidak dibuat dengan metoda granulasi basah. Sedangkan zat aktif yang merupakan polimorf yang dengan penggerusan dapat terjadi polimorf yang tidak aktif secara biologi maka tidak dapat digranulasi dengan cara APOC.

Kekuatan Kompresi (Pencetakan)
Kekuatan kompresi pada satu sisi menyebabkan penambahan luas permukaan partikel tablet yang memberi efek meningkatkan disolusi zat aktif, tetapi pada sisi yang lain memberi efek menurunkan disolusi karena meningkatnya ikatan antar partikel akan meningkatkan densitas sehingga akan meningkatkan kekerasan tablet.
Kekuatan kompresi berpengaruh pada densitas, porositas, kekerasan dan waktu hancur tablet. Porositas tablet dapat memfasilitasi penetrasi medium ke dalam tablet, sehingga membuat tablet lebih cepat hancur memungkinkan zat aktifnya terliberasi dari matriks tablet dan terdisolusi. Kekuatan kompresi yang besar akan mengurangi porositas tablet sehingga kemungkinan dapat berpengaruh pada disolusi zat aktifnya. Kekuatan kompresi yang besar juga akan meningkatkan kekerasan tablet, sehingga meningkatkan waktu hancurnya dan mungkin dapat menurunkan kecepatan disolusi zat aktifnya.
Jadi pengaruh kekuatan kompresi terhadap disolusi zat aktif dari tablet sebenarnya merupakan akibat berbagai faktor yang saling bergantung. Karena itu menentukan kekuatan kompresi harus mempertimbangkan faktor-faktor yang saling bergantung tersebut, yang penting diperoleh tablet dengan kekerasan yang optimal dan memiliki waktu hancur yang cukup singkat serta karakteristik disolusi zat aktifnya juga memenuhi syarat.


PENUTUP

Demikian sudah diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi zat aktif dari sediaan tablet yang berasal dari sifat fisikokimia zat aktif, formulasi tablet dan proses pembuatan tablet. Dari uraian di atas teoritis bila ingin membuat tablet dengan kecepatan disolusi zat aktif yang maksimum dalam media yang dipersyaratkan maka dapat dicapai dengan menggunakan:
a. Pilih bentuk zat aktif yang memiliki kelarutan paling tinggi (misal bentuk garamnya)
b. Dilakukan pengecilan ukuran partikel zat aktif lebih dahulu sampai tingkat yang optimum
c. Pilih bentuk zat aktif yang anhidrat
d. Pilih bahan pengisi golongan amilum yang sudah ada di pasaran (spesifikasi jelas) digunakan dengan konsentrasi 5-20%
e. Pilih disintegran Ac-Di-Sol digunakan dengan konsentrasi yang sesuai
f. Pilih lubrikan Mg-sterat <1% bila zat aktif cukup hidrofil, atau pakai Na-lauril sulfat bila zat aktif sangat hidrofob dan kelarutan kecil
g. Pilih pengikat polivinilpirolidon 3-15%
h. Kalau perlu ditambahkan Na-Lauril Sulfat untuk meningkatkan pembasahan
i. Dibuat dengan metoda granulasi basah
j. Kekuatan kompresi sedang

Uraian di atas adalah uraian teoritis yang belum tentu dapat diterapkan pada semua zat aktif. Karena sesungguhnya untuk memperoleh kecepatan disolusi zat aktif yang maksimum itu harus melihat zat aktif yang digunakan, baru kemudian ditetapkan formulasinya (bahan-bahan pendukungnya) serta proses pembuatan tablet yang sesuai dengan sifat zat aktif tersebut .

Semoga 3 bagian tulisan ini bermanfaat buat anda.

O ya untuk bahan tulisan itu aku ngintip bukunya pak Hamed M. Abdou
(Dissolution, Bioavailability & Bioequivalence, Mack Publishing Company, Pensylvania, 53-105) dan bukunya pak Lieberman, pak Lachman dan pak Schwartz (Pharmaceutical Dosage Forms: Tablet Volume 1, 2nd ed., Marcel Dekker, Inc., New York, 88-120 ).

Sabtu, September 12, 2009

Nobody Knows the Trouble I see

Nobody knows the trouble I see, nobody knows my sorrow….
Those phrase was crafted at the gravestone of Soe Hok Gie (before the gravestone was secondly demolished, the rest of his bones were cremated and the ashes were spreaded over mount Pangrango), whose diary often accompanied my bed time in 1983-1984. As long as his life he struggled for something he convinced about right, but everytime the system, the situation and the mentality of the people around him made him dissappointed. Idealism and pride had made him isolated, wanted to be separated out of his environment and he felt that his struggle was meaningless and useless.

Nobody knows the trouble I see, nobody knows my sorrow….Very sad and so gloomy, Gie. Recently I truly understand what you felt at that time. Once, just like you, I ever feel so meaningless and for the first time in my life I feel so desperate.

You know Gie, as your brother Arief Budiman said, your life was not meaningless. A soft, sadness cry of the coffin maker and the pilot that flied your dead body to Jakarta, who ever read your writings, proved that. So do I, Gie. No, despair is prohibited in my life. Maybe someone or something ever makes me so meaningless, but I believe that another one or another thing will really need me and make me so worthy and meaningful.

Nobody knows the trouble I see, nobody knows my sorrow….

Jumat, September 11, 2009

Peliharalah Shalatmu !!!

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

Barang siapa memelihara shalat, Allah memuliakannya dengan 5 hal yaitu dihilangkan darinya kesempitan hidup dan siksa kubur; Allah memberikan padanya kitab pada tangan kanannya; diperjalankan di atas al-shirath seperti kilat; dan masuk surga tanpa penghisaban.
Akan tetapi barang siapa meremehkan shalatnya, Allah mengancamnya dengan 14 macam siksaan. 5 Siksaan diberikan di dunia, 3 siksaan ketika mati, 3 siksaan di dalam kubur dan 3 macam lagi ketika dikeluarkan dari kubur.

Siksa yang diberikan di dunia adalah dicabutnya berkah dari umurnya; dihapuskan tanda orang saleh dari wajahnya; tidakdiberika pahala untuk semua amal baiknya; tidak diangkat doanya ke langit dan tidak mendapat bagian dari doa orang-orang saleh.

Siksa yang diberikan ketika mati adalah kematian dalam kehinaan, kematian dalam kelaparan dan kematian dalam kehausan.

Siksa yang diberikan di dalam kubur adalah disempitkan kuburannya sehingga tulang-tulangnya patah, dinyalakan api dalam kuburnya sehingga ia berguling di dalam bara api itu siang dan malam dan dikerubungi ulat bernama al-syujaa al-aqra’ yang matanya dari api, kukunya dari besi, dan panjangnya sepanjang jarak perjalanan satu hari, suaranya seperti guntur mengelegar. Ia berkata pada mayat, “Tuhanku menyuruhku untuk memukulmu karena disia-siakannya shalat shubuh hingga terbit matahari. Aku memukulmu karena disia-siakannya shalat zuhur hingga tiba waktu ashar. Aku memukulmu karena disia-siakannya shalat ashar hingga tiba waktu maghrib. Aku memukulmu karena disia-siakannya shalat maghrib hingga tiba waktu isya’. Aku memukulmu karena disia-siakannya shalat isya’ hingga terbit waktu fajar. Setiap dipukul satu pukulan orang itu terbenam ke dalam bumi sedalam 70 hasta. Ia terus menerus disiksa hingga hari kiamat.

Adapun siksa yang diberikan ketika dikeluarkan dari kubur adalah di tempat perhentian hari kiamat dengan kerasnya penghisaban, kemurkaan Tuhan dan masuk neraka.

Naudzubillaahi min dzalik, semoga kita termasuk golongan umat yang menegakkan dan memelihara shalat kita sehingga kita menjadi umat yang terhindar dari segala siksa yang disebutkan dalam sabda baginda nabi di atas……

Kamis, September 10, 2009

Pelajaran dari Kisah Ramayana

Sebagian dari kita tentu mengenal kisah Ramayana, yang konon ditulis oleh Resi Walmiki. Sindhunata menuliskan kisah Ramayana ini dalam bukunya yang berjudul “Anak Bajang Menggiring Angin” (diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1983).

Aku selalu merasa sedih dan menyesal setiap membaca bagian akhir dari buku itu. Rahwana sudah dibinasakan, Sinta sudah diselamatkan. Tapi Rama tetap menyangsikan kesucian Sinta.

Sinta : Rama, ketahuilah, tahun-tahun telah berlalu, belum sekecap aku menikmati kebahagiaan bersamamu. Aku telah ditakdirkan untuk menderita, penderitaan telah menjadi hidupku. Demikian penderitaan telah menjadikan aku, sampai aku sendiri telah menjadi penderitaan itu. Penderitaan itu telah membuatku tak berdaya untuk meraih kemuliaan, bahkan andaikata aku berdaya, aku tak berani membayangkan kemuliaan itu, karena kemuliaan itu bukan milikku. Tapi aku percaya Rama, karena penderitaankulah maka kemuliaan menjadi milikmu. Sebagai wanita aku hanya ingin menumpang pada kemuliaanmu. Memang demikianlah nasib wanita, ia hanya layak untuk menumpang pada kebahagiaan dan kemuliaan lelakinya, meski untuk menumpang itu saja ia harus menderita dan hidup celaka..

Rama : Sinta, cukup sudah segala kata-katamu. Sekarang buktikanlah kesucianmu. Kalau kau berani membuktikannya terjunlah ke dalam api yang kusediakan bagimu. Dan bila kau memang suci belum terjamah oleh Rahwana sedikit jua, takkan api menelanmu sampai binasa...

Laksmana: Rama, urungkan niatmu. Seharusnya keraguanmu sendiri yang harus dimurnikan oleh kesucian kekasihmu...

Sugriwa: Apa artinya pengorbanan kami selama ini kalau akhirnya kami mesti menyaksikan kesedihan ini. Tak terbayangkan oleh bangsa kera bahwa di dunia ini ada wanita seluhur Dewi Sinta. Mengapa manusia tak pernah puas akan apa yang sebenarnya telah menjadi miliknya?....

Wibisana: Rama, jangan kau menyia-nyiakan milikmu yang berharga seperti Dewi Sinta ini...

Trijata: Tak terbayangkan oleh hamba, paduka masih tega untuk meragukan pengorbanan dan kesucian Dewi Sinta junjungan hamba...

Anoman: Paduka, cincin paduka menyala ketika dikenakan di jari manis kekasih paduka. Tapi ingatlah paduka, permata Dewi Sinta tak menyala terang ketika paduka kenakan di dada paduka. Tidakkah keraguan paduka sendiri yang menuduh paduka, sampai paduka tidak tahan lalu melemparkan tuduhan itu pada kekasih paduka yang tak bercela?....

Sinta : Rama, sediakan api itu bagiku. Aku akan terjun ke dalamnya, karena memang demikianlah kehendakmu. Aku telah berbuat segala-galanya demi dirimu, mengapa aku takut akan api yang hendak menguji kesucianku? Rama, tak hendak aku membuktikan kesucianku, karena sejak pertama kali bertemu denganmu tak pernah aku menodai kesucian itu. Semata-mata aku hanya hendak menunjukkan betapa aku mencintaimu...

Maka disulutlah tumpukan kayu, api berkobar-kobar ke angkasa. Dalam sekejap Sinta tertelan dalam warna merah yang menyala-nyala.

Kera-kera menutup matanya tak tega menyaksikan api yang menyala di tengah kesucian itu. Para wanita berteriak, memohon para dewa melindungi kesucian itu. Para bidadari menitikkan air mata agar air mata itu dapat memadamkan api. Awan-awan sedih menghitam, merendah ingin menjatuhkan hujannya. Samudra melarikan ombaknya ke tepi daratan memaksa diri untuk melimpahkan airnya ke jilatan api yang membakar kesucian. Tapi api tak juga padam, Sinta makin tenggelam dalam bara yang menghanguskan.

Tapi anak-anak kera dan anak-anak raksasa bermain riang bersama. Mereka telah kehilangan ayah-ayah mereka yang mati dalam peperangan. Tapi tiada kesedihan, dendam dan permusuhan pada mereka. Dan mereka tiada peduli dengan api yang menghanguskan Sinta. Kegembiraan mereka seakan mengejek kisah Rama Sinta dan riwayat yang dialami orang tua mereka ternyata hanyalah mimpi yang berakhir dengan kesia-siaan belaka.........

Rabu, September 09, 2009

Anjing dan Sepotong Daging

Seekor anjing tengah berjalan riang sembari membawa sepotong daging yang segar. Ia merasa sangat bahagia, bahkan sombong dengan apa yang dimilikinya. Tatkala ia menyeberangi sebuah jembatan, di air dia melihat seekor anjing lain sedang menggigit daging yang tampak lebih besar daripada yang ada di mulutnya. Seketika perasaan riangnya hilang karena tertutupi rasa iri untuk meraih daging yang lebih besar itu. Maka ia membuang daging di mulutnya dan terjun ke sungai untuk merenggut daging itu. Namun alih-alih mendapatkan daging yang lebih besar, badannya basah kuyup dan letih karena harus berenang menuju tepian.

Tidak lama kemudian seekor gagak menyambar daging itu dan terbang jauh. Sementara itu sang anjing melangkah gontai meninggalkan jembatan dan sungai itu. Sambil menarik nafas panjang ia mengeluh, ”Celakalah diriku. Kerakusan telah menyesatkanku. Aku membuang yang sedikit karena menginginkan yang banyak, sehingga tidak mendapatkan keduanya”.

.......banyak sekali orang yang melepaskan esensi hanya untuk mengejar bayangan........

(diambil dari Fabled Wisdom for modern life, ditulis oleh Nia Kurniawati –Dedeh Sri Ulfah, Progressio, Bandung)

Smile

Hampir jam 12 malam dan belum bisa tidur juga. Pertengahan bulan Ramadhan ini aku merasa makin dekat dengan Allah. Banyak kekhawatiran, kesedihan, kegelisahan, ketakutan dan bermacam-macam persoalan kuadukan padaNya, dan rasanya hatiku menjadi lapang. Keadaan papiku yang sedang sakit, persoalan dik Salman, dan luka hati, sejenak serasa terlupakan. Allah melapangkan hatiku melalui syair lagu Nat king Cole yang kudengar dari radio di malam yang larut ini.....

Smile though your heart is aching
Smile even though it's breaking
When there are clouds in the sky, you'll get by
If you smile through your fear and sorrow
Smile and maybe tomorrow
You'll see the sun come shining through for you

Light up your face with gladness
Hide every trace of sadness
Although a tear may be ever so near
That's the time you must keep on trying
Smile, what's the use of crying?
You'll find that life is still worthwhile
If you just smile

Smile, kali memang benar dengan tersenyum kita dapat menyadari kalau hidup pemberian Allah ini memang sangat berharga untuk diisi dengan hal-hal yang berharga pula….

Selasa, September 08, 2009

MEMBUAT TABLET DENGAN KECEPATAN DISOLUSI ZAT AKTIF MAKSIMUM (Bagian 2 dari 3 Tulisan)

Ini lanjutan dari tulisanku Senin yang lalu. Mestinya tak posting hari Senin kemarin tapi karena sibuk di tempat kerja trus malamnya ngantuk jadi baru Selasa ini dipostingnya....


FORMULASI TABLET

Bahan Pengisi
Kecepatan disolusi zat aktif dari sediaan tablet dapat dipengaruhi oleh bahan pengisi tablet yang digunakan. Pemakaian amilum sebagai bahan pengisi dengan konsentrasi 5-20% diketahui dapat meningkatkan kecepatan disolusi zat aktif karena adanya amilum berfungsi juga sebagai disintegran. Bila waktu hancur lebih cepat dapat diharapkan kecepatan disolusi juga meningkat. Underwood dan Cadwallader meneliti kemampuan beberapa jenis amilum dalam meningkatkan disolusi zat aktif dari sediaan tablet, dan hasilnya adalah kemampuan meningkatkan disolusi pada amilum kentang >amilum jagung>amilum garut (ararut)> amilum beras , bila pengujian disolusi menggunakan pengaduk tipe ‘stirring’. Sedangkan bila digunakan pengaduk tipe ‘oscillating’ maka kemampuan meningkatkan kecepatan disolusi pada amilum jagung>amilum beras>amilum garut>amilum kentang.

Disintegran
Disintegran adalah bahan yang digunakan untuk memecahkan tablet bila tablet terpapar pada lingkungan berair. Pemilihan disintegran yang baik umumnya akan mengantar pada peningkatan kecepatan disolusi. Secara umum dikenal enam golongan disintegran yaitu golongan amilum, ‘clay’, selulose, alginat, ‘gum’ dan lain-lain. Dari enam golongan itu ada yang dikenal dapat dipakai luas untuk berbagai macam zat aktif dan memberi waktu disintegrasi yang cukup pendek. Disintegran itu antara lain sodium starch glycolat (Primojel/Explotab), Starch 1500 (keduanya ini dari golongan amilum dengan beberapa modifikasi) dan Ac-Di-Sol yaitu sutu bentuk ‘crosslink’ dari karboksimetilselulosa natrium.Agar dapat membantu meningkatkan kecepatan disolusi harus dipilih disintegran yang memeberikan waktu hancur yang singkat tetapi juga cocok untuk zat aktif yang digunakan.

Lubrikan
Fungsi utama lubrikan adalah untuk mengurangi friksi pada antar partikel dan antara permukaan tablet dan dinding die selama pencetakan. Seringkali lubrikan juga berfungsi sebagai antiadherent dan glidan. Antiadherent itu untuk mencegah perlengketan ke punch dan dinding die. Sedang glidan untuk memperbaiki aliran granul/serbuk. Pemakaian lubrikan dan waktu pencampurannya yang tidak tepat dapat menurunkan efektivitas disintegran. Lubrikan hidrofobik seperti magnesium stearat akan membentuk film hidrofobik yang tipis di sekeliling eksipien tablet sehingga mencegah penetrasi air melewati pori tablet dan menunda disintegrasi tablet, dan biasanya hal ini dapat berpengaruh pada kecepatan disolusi zat aktifnya. Karena itu pemakaian lubrikan harus dalam jumlah yang tepat dan waktu pencampurannya dengan seluruh eksipien (serta zat aktif) harus dalam waktu yang tepat pula agar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap waktu hancur dan disolusi zat aktifnya. Sebaliknya Natrium Laurilsulfat bila digunakan sebagai lubrikan akan meningkatkan kecepatan disolusi zat aktif. Hal ini terutama karena natrium lauril sulfat meningkatkan pembasahan dan penetrasi pelarut ke dalam tablet dan granul sebagai akibat dari turunnya tegangan permukaan antara permukaan partikel tablet dan pelarut (media disolusi).
Umumnya dengan evaluasi berbagai faktor, golongan logam stearat (magnesium/kalsium/natrium) paling baik digunakan sebagai lubrikan asalkan dalam jumlah kecil (<1%) dan dicampur dengan matriks (bahan-bahan) tablet dalam waktu yang cukup singkat. Tetapi bila bila karakteristik disolusi dari zat aktif yang hidrofobik sangat ingin ditingkatkan maka bisa digunakan surfaktan seperti natriun lauril sulfat sebagai lubrikan.

Bahan Pengikat
Bahan pengikat adalah zat yang ditambahkan untuk menambah kohesivitas atau kualitas ikatan dari serbuk bahan tablet untuk menjamin tablet tidak mudah pecah sesudah pencetakan. Bahan pengikat digunakan pada tablet yang dibuat dengan metoda granulasi basah.Yang termasuk bahan pengikat adalah larutan gelatin, amilum, gula, gum alam (akasia, tragakan) dan gum sintetik (polietilen glikol, polivinilpirolidon, veegum dan karboksimetilselulosa).
Metoda granulasi basah diketahui dapat meningkatkan kecepatan disolusi zat aktif yang kurang larut dengan cara membuat permukaan partikel menjadi lebih hidrofilik. Solvgang dan Finholt meneliti disolusi granul fenobrbital, fenasetin dan prednisolon lebih baik dibanding disolusi serbuknya. Disamping itu terbukti bahwa disolusi tablet hasil pencetakan granulnya juga lebih baik dari disolusi granulnya. Hal ini disebabkan oleh karena tablet menjadi lebih mudah terbasahi dan kenyataan bahwa adanya deformasi granul selama pencetakan meningkatkan luas permukaan sehingga pembasahan menjadi lebih efektif lagi. Pemilihan bahan pengikat harus disesuaikan dengan zat aktif dan dalam jumlah tepat agar diperoleh kualitas pengikatan yang diinginkan tetapi tidak mempengaruhi kualitas disintegrasi tablet dan disolusi zat aktifnya.

Zat Tambahan Lain
Zat tambahan lain di sini misalnya adalah surfaktan, zat pewarna dan komponen salut. Ada kalanya dalam formula tablet ditambahkan surfaktan terutama untuk tablet yang memiliki sifat permukaan hidrofobik dan kelarutan kecil. Penambahan dalam jumlah kecil (Penambahan dalam jumlah besar (>harga konsentrasi misel kritik) surfaktan berfungsi untuk meningkatkan kelarutan zat aktif dengan cara membentuk misel dengan zat aktif sehingga hal ini akan meningkatkan disolusi juga.

Ada kalanya tablet perlu diberi warna sehingga dalam formulanya ditambahkan zat warna yang larut air. Kadang-kadang adanya zat warna ini dapat menurunkan kecepatan disolusi zat aktif . Hal ini terjadi pada disolusi Sulfatiazol yang diketahui menurun dengan adanya FD&C Blue No.1. Efek pengurangan disolusi ini disebabkan oleh molekul zat warna teradsorpsi pada permukaan partikel zat aktif sehingga mengahalangi disolusinya. Karena itu perlu kehati-hatian pada penambahan zat warna pada formula tablet agar tidak terjadi pengaruh pada kecepatan disolusi zat aktifnya.

Komponen salut khususnya shellac (selulosa asetat ftalat) dapat memberi pengaruh yang signifikan pada kecepatan disolusi zat aktif dari tablet salutnya. Tetapi biasanya efek ini lebih disebabkan karena waktu hancur dan kelarutan zat salutnya daripada tablet intinya.

....to be continued next Monday ya......

Sabtu, September 05, 2009

I Cry

Sometimes when I'm alone I Cry,
Cause I am on my own.
The tears I cry are bitter and warm.
They flow with life but take no form
I Cry because my heart is torn.
I find it difficult to carry on.
If I had an ear to confide in,
I would cry among my treasured friend,
but who do you know that stops that long,to help another carry on.
The world moves fast and it would rather pass by.
Then to stop and see what makes one cry,
so painful and sad.
And sometimes...
I Cry
and no one cares about why.


(By: Tupac Shakur)

Selasa, September 01, 2009

Give Me Strength

This is my prayer to thee, my lord,
strike, strike at the root of penury in my heart.
Give me the strength lightly to bear my joys and sorrows.
Give me the strength to make my love fruitful in service.
Give me the strength never to disown the poor or bend my knees before insolent might.
Give me the strength to raise my mind high above daily trifles.
And give me the strength to surrender my strength to Thy will with love.


(By: Rabindranath Tagore 1861-1941)

Tulisan ini mestinya diposting hari Sabtu yang lalu, tapi karena aku sibuk nengok papiku yang sakit di Solo, baru sekarang diposting....

MEMBUAT TABLET DENGAN KECEPATAN DISOLUSI ZAT AKTIF MAKSIMUM (Bagian 1 dari 3 Tulisan)

PENDAHULUAN

Disolusi secara umum didefinisikan sebagai proses melarutnya zat padat (dalam zat cair). Sedangkan tablet menurut Farmakope Indonesia edisi ketiga adalah sediaan padat, kompak, berbentuk silinder putih dengan kedua permukaan rata atau cembung, mengandung dalam jumlah tertentu satu atau beberapa jenis zat aktif dengan atau tanpa zat tambahan.

Disolusi zat aktif dalam sediaan tablet secara umum dipengaruhi oleh faktor yang menyangkut keadaan tablet itu sendiri dan faktor yang berhubungan dengan peralatan disolusi dan parameter pengujian disolusi.

Faktor yang mempengaruhi disolusi zat aktif dalam sediaan tablet yang menyangkut keadaan tablet itu sendiri meliputi:
a. Sifat-sifat fisikokimia zat aktif itu sendiri
b. Formulasi Tablet (pemilihan pengisi, pengikat, disintegran, lubrikan, zat tambahan lain)
c. Proses Pembuatan (metoda granulasi, gaya kompresi)

Faktor yang mempengaruhi disolusi zat aktif dalam sediaan tablet yang menyangkut peralatan dan parameter pengujian disolusi meliputi:
a. Pengadukan dan kecepatan pengadukan
b. Media disolusi (jenis, pH, viskositas, volume,’sink condition’, deaerasi, suhu dan tegangan permukaan)

Tulisan ini hanya membahas faktor yang mempengaruhi disolusi zat aktif dalam sediaaan tablet yang menyangkut keadaan tablet itu sendiri, dan pemilihan bahan untuk formulasi sehingga diperoleh tablet dengan kecepatan disolusi yang maksimum secara teoritis.

SIFAT-SIFAT FISIKOKIMIA ZAT AKTIF

Kelarutan Zat Aktif:
Kelarutan zat aktif (dalam media air) memegang peranan penting dalam disolusi. Sesuai dengan Rumus Noyes and Whitney yang dimodifikasi sebagai berikut:

R = dc/dt = k.DS/vh . [Cs – Ct] = k1 [Cs – Ct]

pada keadaan ‘sink condition’ persamaan di atas menjadi:
R = k2.Cs

Dimana R = kecepatan disolusi; D=koefisien difusi; S=total luas permukaan partikel ; v=volume media disolusi; h= tebal lapisan difusi; sedangkan k, k1 dan k2 adalah konstanta disolusi pada masing-masing persamaan di atas.



Dari persamaan R = k2 Cs bila dibuat plot antara R dan Cs harus diperoleh garis lurus dengan kemiringan = k2.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Hamlin, et al, pada 45 jenis zat dengan kelarutan yang berbeda disimpulkan bahwa kecepatan disolusi berbanding lurus dengan harga kelarutannya (dalam medium yang sama). Dan secara matematis ditemukan hubungan R = 2,24.Cs, yang berarti kecepatan disolusi berbanding lurus dengan 2,24 kali harga kelarutannya. Jadi kecepatan disolusi akan makin besar pada zat aktif yang harga kelarutannya dalam medium disolusi makin besar.

Pembentukan Garam:
Pembentukan garam merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan dalam usaha untuk meningkatkan kelarutan zat dan kecepatan disolusinya. Hasil studi yang dilakukan oleh Nelson menunjukkan bahwa kecepatan disolusi beberapa asam lemah lebih rendah dibanding kecepatan disolusi garam dari asam-asam lemah tersebut. Karena itu bila dalam formulasi sediaan tablet memungkinkan untuk memilih zat aktif dalam bentuk garamnya, maka ada kemungkinan akan diperoleh kecepatan disolusi yang lebih tinggi.

Ukuran Partikel:
Seperti diketahui kelarutan suatu zat bergantung pada ukuran partikel zat tersebut. Persamaan Ostwald-Freundlich sebagai menyatakan:
ln S sebanding dengan 1/r


dimana S adalah kelarutan zat dan r adalah jari-jari ukuran partikel. Jadi log naturalis kelarutan berbanding terbalik dengan ukuran partikel. Bila ukuran partikel makin kecil (jari-jari kecil) maka harga ln S akan makin besar maka S (kelarutan) akan makin besar juga. Bila kelarutan makin besar maka diharapkan kecepatan disolusi akan bertambah besar pula. Karena itu untuk meningkatkan kecepatan disolusi zat aktif dari tablet bila memungkinkan perlu dilakukan pengecilan ukuran partikel zat aktif sampai tingkat yang mikro. Pengecilan partikel secara ekstrem ini tidak dapat dilakukan secara milling biasa tetapi harus dengan metoda khusus seperti mendispersikan zat aktif dalam pembawa yang larut air seperti larutan PVP.

Keadaan Kristal:
Karakteristik keadaan padat zat aktif seperti amorfisitas, kristalinitas, keadaan hidrasi, solvasi dan struktur polimorfik diketahui memberi pengaruh pada kecepatan disolusi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa bentuk anhidrat memiliki kelarutan yang lebih tinggi daripada bentuk hidratnya, hal ini terbukti pada ampisilin, kalsium sulfat dan teofilin, yang bentuk anhidratnya memiliki kelarutan lebih besar dari bentuk hidratnya, dengan demikian kecepatan disolusinya juga lebih tinggi dari bentuk hidratnya.

Polimorfisme:
Polimorfisme pada zat aktif diketahui potensial memberi perbedaan kecepatan disolusi pada setiap bentuk polimorfnya. Biasanya bentuk-bentuk polimorf memberi kecepatan disolusi lebih baik daripada bentuk stabilnya. Karena itu dalam usaha untuk meningkatkan disolusi zat aktif, bila memungkinkan dipilih bentuk polimorf yang diketahui memberikan kecepatan disolusi terbesar.

....to be continued next Monday ya......