Selasa, Juli 28, 2009

Labaika Allaahumma labaik….

Labaika Allaahumma labaik, aku datang memenuhi undanganmu ya Allaah…..
Hampir 2 minggu aku absen menulis di blogku ini karena aku dan suamiku, Herlan, berangkat umrah ke tanah suci dari tanggal 16 – 24 Juli 2009. Meskipun mulai berlangganan black berry, aku sengaja tidak memikirkan untuk posting di blog ku ini. Karena aku berniat sepenuhnya untuk beribadah. Kenyataannya memang gak sempet lagi. Shalat 5 waktu selalu di masjid (Haram/Nabawi), thawaf 3-4 kali sehari di masjidil Haram, terus umrah 2x, tahajud di masjid Nabi dan Haram, baca Al Qir’an sambil nunggu waktu shalat fardlu berikutnya, bener-bener memenuhi hari-hariku dan Herlan selama di tanah suci. Kami hanya ngecek sms dan membalas terutama untuk sms yang dikirim oleh anak-anak. Herlan tetap masih merespon urusan pekerjaannya tapi hanya yang bener-bener urgent. Kami tetap telpon anak-anak 2-3 kali sehari untuk mengetahui keadaan mereka. Sisanya full ibadah, tapi tentu saja tetap mandi, gosok gigi, makan, tidur and off course had a nice time with my husband (maklum jarang sekali kami bisa berduaan selama 9 hari penuh….).

Seperti saat aku berulang tahun atau saat bulan ramadhan, waktu umrah kemarin kujadikan kesempatan untuk meretrospeksi perjalanan hidupku, sebagai pribadi hamba Allah, maupun sebagai istri Herlan, ibunya anak-anak, anaknya ibu dan papiku, dan sebagai muslimah biasa.

Sebagai hamba Allah, aku menyadari begitu banyak dosa dan ketidaktaatanku padaNya, karena itu di tanah suci begitu banyak waktu kugunakan untuk mengingat dosaku dan memohon ampun padaNya. Suasana yang ada membuat mata, pikiran dan hatiku jernih melihat betapa banyak dosa yang sudah aku lakukan, dan itu membuat hatiku perih menyadari alangkah sayang waktu yang sudah kulewatkan untuk melakukan ketidaktaatan itu. Juga membuat nyaliku ciut mengingat suatu saat aku akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang sudah aku lakukan. Semua anggota tubuhku kelak akan menjadi saksi yang tidak bisa disuap, yang hanya akan mengatakan kebenaran dihadapanNya. Menyadari itu, hanya mohon ampun pada Allah dan mohon dijauhkan dari azab neraka, yang dapat aku lakukan. Dan mohon diberi kekuatan untuk istiqamah pada ketaatanku kepadaNya, sepanjang sisa umurku. Suasana dan perasaan yang ada membuatku beribadah dengan khusyuk dan aku merasa dekat sekali dengan Rabb-ku. Suasana dan perasaan yang ada juga membangkitkan harapanku yang sangat besar bahwa Allah akan menuntunku mendekati segala hal membawa pada kebaikan padaku dan keluargaku dan peningkatan iman kami padaNya, serta memberiku perlindungan terhadap segala godaan syaitan yang dilaknat Allah. Akhirnya doa yang selalu kupanjatkan adalah aku diberi kekuatan untuk mempertahankan kekhusyukanku beribadah kepadaNya, meskipun aku sudah kembali ke tanah airku dan suasana yang kuhadapi tidak lagi suasana di tanah suci….
Amin….

Senin, Juli 13, 2009

TDDS (3): Permeasi ke dalam Kulit dan Cara Peningkatan Permeasi

Untuk dapat terabsorpsi dalam pembuluh darah yang ada di bagian dermis maka sebelumnya obat yang digunakan dalam TDDS harus dapat berpermeasi ke dalam stratum corneum, epidermis dan dermis.

Obat harus mempunyai sifat fisikokimia yang mendukung penetrasi obat tersebut pada Stratum Corneum agar obat tersebut dapat mencapai jaringan / sel targetnya dan dapat memberikan efek sistemik. Kecepatan permeasi dapat dinyatakan secara matematika sebagai:
dQ/dt = Ps (Cd - Cr)


dQ/dt = kecepatan permeasi
Cd = konsentrasi ‘skin penetran’ pada fase donor (permukaan
Stratum Corneum)
Cr = konsentrasi ‘skin penetran’ dalam tubuh
Ps = koefisien permeabilitas

Koefisien permeabilitas dinyatakan sebagai:
Ps = (Ks/d . Dss) / hs

Ks/d = koefisien partisi dari ‘skin penetran’ terhadap ’Stratum
Corneum’
Dss = koefisien difusi pada saat ’staedy state’
hs = ketebalan membran

Jika konsentrasi ‘skin penetran’ pada permukaan Stratum Corneum jauh lebih besar daripada konsentrasi ‘skin penetran’ dalam tubuh (Cd >> Cr), maka:

dQ/dt = Ps. Cd

Maka, kecepatan permeasi seharusnya adalah konstan .


Cara Meningkatkan Permeasi Kulit:
Untuk mencapai dan mempertahankan konsentrasi obat dalam plasma di atas konsentrasi efektif minimum, maka membran barrier harus dimodifikasi. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengurangi sifat membran barrier sebagai penghalang sehingga dapat mempercepat permeasi obat melalui kulit:

1. Pendekatan fisika
- ’Stripping of Stratum Corneum’
- Hidrasi Stratum Corneum
- ’Iontophoresis’
- ’Phonophoresis’
- Energi termal

2. Pendekatan kimia
- Sintesis analog lipofilik
- Delipidisasi Stratum Corneum
- Penggunaan ’penetration enhancer’

3. Pendekatan biokimia
- Sintesis ’bioconvertible prodrugs’
- Penggunaan inhibitor metabolisme kulit


Disarikan dari berbagai sumber antara lain:
http://www.aapspharmaceutica.com/inside/discussion_groups/socal/imagespdfs/Gochnour.pdf
Chien,Y.W., 1992, Novel Drug Delivery System, 2nd ed., Marcel Dekker, Inc., New York, halaman 309-314, 361-375

Sabtu, Juli 11, 2009

My Song

I dedicate my Rabindranath Tagore’s poem posting to my children, the light of my eyes, Lia, Akbar, Salman….


My Song

This song of mine will wind its music around you, my children,
Like the fond arms of love.
This song of mine will touch your forehead like a kiss of blessing.
When you are alone it will sit by your side and whisper in
your ear,
when you are in the crowd it will fence you about with aloofness.
My song will be like a pair of wings to your dreams,
it will transport your heart to the verge of the unknown.
It will be like the faithful star overhead when dark night is over your road.
My song will sit in the pupils of your eyes,
and will carry your sight into the heart of things.
And when my voice is silent in death,
my song will speak in your living heart.

(By: Rabindranath Tagore)

Jumat, Juli 10, 2009

Surah Fushshilat (Yang Dijelaskan) QS 41: 19-25

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Anggota tubuh manusia akan menjadi saksi di hari kiamat terhadap perbuatan di dunia…

19. Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan (semuanya)

20. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.

21. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?”. Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepadaNyalah kamu dikembalikan”.

22. Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.

23. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.

24. Jika mereka bersabar (menderita azab) maka nerakalah tempat diam mereka dan jika mereka mengemukakan alasan-alasan, maka tidaklah mereka termasuk orang-orang yang diterima alasannya.

25. Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jin dan manusia; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.

-----------------------

Na’uudzubillaahi min dzaalik, semoga kita semuanya tidak tergolong pada kaum yang merugi seperti yang diungkapkan pada ayat-ayat di atas. Untuk itu kita benar-benar harus menjaga segala kelakuan kita agar senantiasa berpegang pada tali ajaran agama kita, agar semua anggota tubuh kita kelak hanya memberikan persaksian yang baik. Semoga Allah yang Maha Kuat, memberi kita kekuatan untuk melaksanakan itu. Amin.

Kamis, Juli 09, 2009

A Thousand Splendid Suns

Hari Kamis ini aku akan menulis tentang buku karangan Khaled Hosseini, A Thousand Splendid Suns. Buku ini menceritakan tentang dua wanita Afghanistan, Mariam dan Laila yang dipertemukan oleh nasib buruk. Mariam, anak haram yang dari kecil hanya kenal dengan penderitaan. Tidak diakui oleh ayahnya, dikucilkan dari masyarakat luas. Begitu dia menginginkan menjadi bagian dari keluarga ayahnya, ibunya nekad bunuh diri dan dia dinikahkan oleh ayahnya dengan laki-laki tengah baya saat umurnya baru limabelas tahun.

Laila adalah anak seorang dosen bahasa di Kabul. Masa kecilnya begitu berbahagia bersama ibu, ayah dan kedua abangnya. Ketika kedua abangnya wajib mengikuti milisi dan berangkat perang, ibunya mengalami depresi berkelanjutan. Laila remaja terpaksa harus sering menggantikan tugas ibunya mengurus rumah. Satu-satunya teman dari masa kecilnya adalah tetangganya Tariq. Ketika keadaan kota Herat makin tidak aman karena perang keluarga Tariq memutuskan pindah dari Herat. Kesedihan karena akan berpisah membuat mereka melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan sebelum menikah, dan Tariq tidak pernah tahu kalau Laila menjadi hamil karena kejadian itu. Laila akhirnya menjadi sebatangkara saat ibu, ayah dan rumahnya terkena bom.

Mariam dan Laila terpaksa berbagi suami, Rasheed. Mariam terpaksa menerima Laila karena tidak kuasa menolak kemauan dan keputusan suaminya yang menginginkan Laila yang lebih segar dan mampu memberi suaminya anak, sedangkan dirinya sendiri mandul. Laila terpaksa menyakiti hati Mariam dengan menjadi madunya karena ingin menjaga nama baiknya dan menyelamatkan bayi dalam kandungannya, hasil hubungannya dengan Tariq.. Suami yang otoriter, jahat, keadaan perang dengan Russia, kemiskinan dan adat di Afghanistan akhirnya mempersatukan Mariam dan Laila untuk memperjuangkan nasib mereka bersama kedua anak Laila. Nasib akhirnya mempertemukan kembali Laila dengan Tariq, dan Mariamlah yang memperjuangkan agar mereka bersatu kembali, dan harus mempertahankan diri dari amukan Rasheed yang akhirnya justru mengakibatkan kematian Rasheed, dan Mariam menerima hukuman.

Khaled Hosseini, anak diplomat yang lahir di Kabul dan keluarganya memperoleh suaka di Amerika Serikat ini pandai meramu cerita ini sehingga mengaduk emosi dan menyentuh hati. Cerita yang bagus tentang kekuatan cinta, kesabaran, kesedihan, semangat hidup tokohnya di tengah harapan yang hilang, ketakutan dan juga tentang kemenangan. Pantas untuk dibaca terutama untuk para wanita, untuk berkaca bahwa banyak sekali kaum kita di belahan bumi sana yang nasibnya belum seberuntung kita.

Buku ini diterbitkan oleh penerbit Qanita, Bandung.

Rabu, Juli 08, 2009

Di perempatan Buah Batu…..

Di perempatan jalan Buah Batu dan Sukarno Hatta, mobilku sering kali harus berhenti lama, lampu merahnya lama sekali. Hal itu membuatku sering memperhatikan apa yang ada di sekitarku.

Mobilku pas di belakang zebra cross. Tepat di zebra cross di depanku berhenti tiga buah sepeda motor. Satu persatu pengendara sepeda motor tadi didatangi penjual sarung tangan dan masker. Setiap pasang sarung tangan dan masker dikemasnya dalam plastik, dan tiap plastik ditempelkan pada sepapan kardus dengan bantuan halter. Pada karud tertulis: ‘Sarung tangan / Masker Rp 3000,-‘. Sebagai contoh barang dagangannya, si penjualpun mengenakan sarung tangan dan masker tersebut. Ditunjukkannya sarung tangan itu pada pengendara sepeda motor yang didekatinya, dengan sedikit promosi dan persuasi, dari kaca mobilku aku mengamatinya, dalam satu waktu lampu merah dia berhasil menjual 3 pasang sarung tangan dagangannya...

Setelah melewati perempatan Buah batu, ada dua hal melintas di kepalaku. Yang pertama, sukses penjualan 3 pasang sarung tangan dalam waktu 5-10 menit yang aku saksikan tadi bisa jadi suatu sukses penjualan yang sudah sering berulang atau baru tadi terjadi. Aku bukan ahli dalam hal marketing, tapi setidaknya terjadinya transaksi pemasaran (jual beli) diperlukan adanya pertemuan antara kebutuhan konsumen dan harga dan kualitas barang. Yang aku saksikan tadi sepertinya kebutuhan pengendara motor dan harga ketemu deh, dan sepertinya bukan karena ketemunya kebutuhan dan kualitas barang, soalnya si konsumen hanya sekilas melihat barangnya jadi yakinlah aku bukan kualitas yang diperhatikannya. Hal lain adalah kemampuan menjual dari si penjual sarung tangan, caranya berpersuasi dengan konsumennya rasanya menentukan terjadinya kesepakatan jual beli itu. Setidaknya dua hal tadi menentukan setelah sepeninggalku dari perempatan Buah Batu, si penjual tadi masih sukses menjual 3 pasang sarung tangan selama lampu merah, sukses menjual lebih dari 3 pasang sarung tangan atau malah tidak berhasil menjual satu pasang pun.

Hal yang kedua adalah melihat harga yang hanya Rp 3000,- sepasang, membuatku terperangah, nggak habis pikir bagaimana dengan biaya produksinya. Kalau toh bahannya itu merupakan ‘waste’ atau sampah dari proses produksi barang lain, sehingga harganya begitu murah, bagaimana dengan biaya pembuatannya dari bikin pola, penjahitan dan pengemasan. Berapa ongkos yang diperoleh oleh pembuat pola dan penjahit per satu pasang sarung tangan? Rasanya minim sekali. Hal seperti ini hanya bisa menguntungkan produsen bila pembuatannya skala besar, ongkos penjahitnya kecil. Mengapa penjahitnya mau dibayar murah? Mungkin karena si penjahit berpikir biar ongkos kecil tapi kalau volume pekerjaan besar ongkos juga jadi besar. Atau terpaksa menerima ongkos kecil karena tidak ada lagi orderan jahitan yang bisa dikerjakannya. Aku yakin si produsen sarung tangan itu juga minim marginnya, tapi dia berharap dengan volume besar marginnya akan terangkat. Aku kagum pada para pelaku bisnis ini. Mereka setidaknya orang-orang yang selain kreatif (karena dapat melihat peluang, memanfaatkan bahan bekas sehingga bernilai ekonomis), juga mereka adalah orang-orang yang tekun dan ulet serta tahan banting. Mereka aku yakini orang berpenghasilan menengah ke bawah, menghidupkan ekonomi rakyat yang lebih tahan terhadap berbagai krisis. Orang-orang seperti merekalah yang seharusnya berhak disubsidi agar usahanya tambah maju. Rasa kagumku juga tertuju pada si penjual tadi, dengan berpanas-panas di jalanan, dengan margin yang aku yakin tidak besar dia mau berjualan. Dia masih muda, kalau orang tuanya dan negerinya membuatnya tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan sekolah, memiliki pekerjaan yang pantas dan sesuai dengan kemampuannya, setidaknya dia tidak tergerak untuk hanya sekedar minta-minta atau mengamen, tapi dia berusaha menjual sesuatu yang menurutku lebih terhormat.

Si produsen pemilik modal sarung tangan, si penjahit dan si penjual, menurutku mereka adalah orang-orang yang sesungguhnya mengamalkan ajaran agama untuk selalu berikhtiar dengan cara yang thayyib dan tidak mendustakan nikmat yang sudah diberikan Allah pada mereka.....

Selasa, Juli 07, 2009

Guitar and My Family…..

Guitar had been so long accompanied my little family. I, myself, am not a guitar strummer, but just guitar strumming lover. I loved the guitar strumming sound since I was in high school. At the beginning of our marriage, Herlan often filled my bed times by strumming his old guitar (The Kaebu, his old guitar is still accompany us till now). When Lia was still a baby, she showed high interest in the sound of her dad’s guitar strumming. She insisted to strum the guitar. When she was in secondary school (SMP) and Akbar in primary school, I asked the guitar lecturer to teach them. He was kang Muharam (Mumu), graduated from UPI. At first Akbar refused to learn, but I supported him to go on with many reasons. Still, he learned lazily, but when he start to strum melodiously, he was very eager to meet kang Mumu every Tuesday. Lia herself, I admit, is very talented in playing guitar, (not only guitar but in playing the piano and violin too, though she was a self learner). She needed no much time to learn to play the guitar. When Lia entered the high school she quited the course with kang Mumu. So did Akbar. Salman replaced them as the pupil of kang Mumu (the skinny artist, with long hair and appearance just like George Harisson).

Today, the sound of three classic guitars and two electric guitars, fill our days. Akbar, as Mumu said, is fonder in pop and rock music. He is a fan of Joe Satriani, Steve Vai and of course Yngwie Malmsteen. Lia still in love with classic and slow music. Salman, the junior player, which doesn’t graduated yet from “Mumu Guitar Institution” is practicing the easy pop music.

Herlan only comes home in the weekend, and he seldom strums the guitar again, but that’s not make me lonely, for now I have three guitar strummers, that accompany me and strum the melodious guitar for me.

My favourites? Long time ago I liked when Herlan strummed his guitar playing the song of Bimbo ‘Pelabuhan Hati’, began with the guitar intro,….layar perahu kukembangkan ke samudra cinta, gelombang badai menerpaku tanda kudus cintaku, pelabuhan hati …so on…. I like when Lia plays the song of Jikustik ‘Samudra Mengering’, especially in it’s cauda…..meski surya membenamkan tubuhku di lautan, kutunggu sampai samudra mengering….then the cauda with the guitar…. Akbar, the rock player often filled my ears with the noisy music, I don’t like so much, but sometimes he play the soft music. I like when he played the song of Jason Mraz ‘Bela Luna’, and these days he starts to play the song of Eagles, ‘Hotel California’, (especially the intro) melodiously. What about Salman, the junior player? He does not play melodiously yet, but I appreciate his effort to be a sophisticated guitar player. These days he plays the pop music, and I don’t know whether I like the song or not. He starts with the guitar intro…..and then the song of Kuburan ‘Lupa Syairnya’…..lupa, lupa lupa lupa lupa lagi syairnya…….

Well the Great Lord had granted me a healthy ear and a wonderful family. Guitar and my family are complementary. And thanks alot to kang Mumu……

Senin, Juli 06, 2009

TDDS (2): Pemilihan Calon Obat untuk TDDS



Untuk rute transdermal tidak dapat digunakan segala macam jenis obat. Beberapa hal membatasi kecocokan obat untuk digunakan dalam TDDS, yaitu sifat biologis obat, sifat fisikokimia obat dan pemilihan disain TDDS.

Sifat Biologis Obat
Hal-hal yang harus dipertimbangkan antara lain:

Dosis Harian Kecil:
Kulit merupakan barrier yang sangat efisien sehingga membatasi hanya sejumlah kecil obat yang dapat menembus kulit dalam masa sehari. Secara realistis suatu TDDS area kontaknya tidak akan meliputi 50 cm2. Obat seperti nitrogliserin memiliki fluks 10-15 g/cm2/jam dari larutan jenuhnya. Jadi dalam sehari (melewati 50 cm2 kulit) hanya 15 mg nitrogliserin yang dapat melintasi kulit. Jadi TDDS hanya cocok untuk obat yang dosis hariannya hanya beberapa mg dan clearance obat kecil.

Waktu Paruh Eliminasi :
Tidak selamanya waktu paruh eliminasi yang panjang menguntungkan untuk dijadikan calon obat pada TDDS. Hal ini dapat digambarkan seperti ini. Anggap ada obat dengan sifat fisiko kimia sebagai berikut: BM 100, koefisien partisi =1, luas area kontak 5 cm2, kecepatan pelepasan obat secara TDDS = 1 g/cm2/jam, loading dose dengan sistem adesif =0,1 mg (pelepasan mengikuti kinetika orde 1 dengan k= 1,3 /jam) dan volume distribusi 5 liter. Gambar di sebelah atas menunjukkan efek waktu paruh pada profil konsentrasi dalam plasma obat tersebut.

Dari gambar tersebut terlihat yang memiliki waktu paruh 30 jam belum mencapai keadaan steady-state dalam 120 jam. Sementara yang memiliki waktu paruh 3 jam sudah mencapai steady-state dalam 24 jam, hal ini lebih cocok sebagai calon obat untuk TDDS.
Jadi selain waktu yang panjang, harus diperhatikan pula waktu yang diperlukan untuk mencapai steady-state.

Toksisitas Terhadap Kulit:
Pilih obat yang diketahui tidak menimbulkan iritasi, alergi atau sensitisasi terhadap kulit.


Sifat Fisiko-kimia Obat
Pada Gambar bawah diperlihatkan bermacam-macam proses transfer dan proses kehilangan (Loss process) yang terjadi pada TDDS Ideal

Dari gambar tersebut terlihat mula-mula obat terpartisi dari reservoir ke matriks polimer (membran pembatas kecepatan). Setelah berada di membran terjadi difusi searah gradien konsentrasi yang dikontrol oleh koefisien difusi obat pada polimer, yang harganya bergantung pada polimer yang digunakan..

Dari sini diketahui obat yang akan digunakan dalam TDDS harus dipertimbangkan sifat fisiko kimianya dalam hal ini adalah harga koefisien partisinya dalam reservoir dan matriks polimer serta harga koefisien difusinya dalam membran polimer. Harus dilakukan percobaan penentuan untuk itu, bila hasil penentuan tidak memuaskan maka harus dipertimbangkan untuk memasukkan ‘penetration enhancer’ dalam formula TDDS itu.

Pemilihan Disain TDDS
TDDS harus didisain untuk menciptakan profil konsentrasi obat dalam plasma vs waktu seperti yang diinginkan. Bila diinginkan profil pelepasan diperlambat (sustained released), secara substansial kadar obat dalam darah konstan, maka harus dicapai kinetika orde saru selama pemakaian produk TDDS itu. Kecepatan penghantaran harus lebih lambat daripada kecepatan transfer melalui kulit.

Untuk mencapai target konsentrasi pada steady-state sesegera mungkin maka harus dimasukkan loading dose dalam lapis adesif. Pencapaian kinetika orde satu dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan membran yang mengandung reservoir obat yang selama pemakaian senantiasa jenuh dengan obat. Konsekuensi dari sistem ini adalah selalu akan ada obat tersisa bila pemakaian dihentikan. Untuk obat-obat tertentu hal ini akan memakan biaya.

Penerapan alat membran yang selalu jenuh dengan obat ini bergantung pada dua faktor yaitu jumlah obat yang harus dihantarkan dan kepatuhan pasien. Untuk faktor jumlah obat maka ukuran patch nya harus dalam batas normal. Sedangkan untuk faktor kepatuhan pasien harus dipertimbangkan bahwa patch harus diganti dan ditempel lagi pada tempat yang sama selama waktu pengobatan yang telah ditentukan.

Artikel ini disarikan dari: Hadgraft J., Guy R.H., editor, 1989. Transdermal
Drug Delivery, Marcel Dekker, Inc.New York, halaman 59-81.

Minggu, Juli 05, 2009

And Tomorrow

Today is filled with anger
fueled with hidden hate
scared of being outcast
afraid of common fate

Today is built on tragedies
which no one wants to face
nightmares to humanities
and morally disgraced

Tonight is filled with rage violence in the air
children bred with ruthlessness
because no one at home cares

Tonight I lay my head down
but the pressure never stops
knawing at my sanity content when I am dropped

But tomorrow I see change
a chance to build a new
Built on spirit intent of Heart and ideals based on truth
and tomorrow I wake with second wind
and strong because of pride
to know I fought with all my heart to keep my dream alive

(By: Tupac Shakur: 1971-1996)

...a hope will always arise when we keep and fight to keep our dream alive.....

Asy Syams (Matahari) QS 91:1-10

Tulisan ini mestinya aku post hari Jum'at yang lalu, tapi karena aku masih di Solo dan sibuk baru hari Minggu ini aku post di blog-ku ini....

Asy Syams (Matahari) QS 91:1-10


Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Manusia diilhami Allah jalan yang buruk dan yang baik

1. Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,
2. dan bulan apabila mengiringinya,
3. dan siang apabila menampakkannya,
4. dan malam apabila menutupinya,
5. dan langit serta pembinaannya,
6. dan bumi serta penghamparannya,
7. dan jiwa serta penyempurnaan ciptaannya,
8. maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya,
9. sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,
10. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya


Saudara dan sahabat-sahabatku, semoga kita semua termasuk hamba Allah yang menyucikan jiwa kita dengan mengikuti jalan ketakwaan yang telah diilhamkan Allah kepada kita, agar kita senantiasa menjadi orang yang beruntung. Amin.